Monday, October 07, 2019

Cerita Horor: Bunyi Genderang Memekakkan Telinga


Cerita ini berkisar ketika saya masih sekolah, tapi saya lupa apakah SMP atau SMA. Yang jelas, kejadian ini terjadi di rumah orang tua saya. Rumah  yang masih ditempati Bapak dan Ibu saya hingga saat ini. Kami menempati rumah ini sekitar tahun 1980-an. Sebelum menjadi milik Bapak, rumah ini adalah rumah milik Mbah Sumo (nama disamarkan). Beliau seorang abdi dalem Kraton, tinggal berdua saja bersama istrinya. Dia memiliki lahan kira-kira seluas 300m persegi. Istri Mbah Sumo terkenal galak di kampung kami. Bapak berhasil melobi istri Mbah Sumo untuk boleh membelinya separuh. Akhirnya berhasil dengan negosiasi alot. Kemudian dibangun menjadi rumah yang ditempati hingga kini. Di rumah yang kami tempati sekarang, masih dipertahankan sumur dari rumah Mbak Sumo waktu itu. Memang, menurut kepercayaan, sebaiknya kita menghargai sumber mata air yang sudah ada (ditemukan), jangan ditutup, karena akan menutup rejeki. Demikian kepercayaan yang beredar di masyarakat Jawa.

Baiklah, kembali ke cerita horor kali ini. Kejadiannya malam hari, dini hari bahkan, seingat saya pukul 03.00 pagi. Bapak saya orangnya senang laku prihatin, misalnya puasa atau doa malam dan sejenisnya. Salah satu laku prihatin yang Bapak jalani adalah tidur hanya beralas tikar pas didepan pintu masuk rumah. Bapak sudah sering sekali melakukannya. Sedangkan saya, tidur di depan televisi, meskipun saya punya kamar sendiri. Di depan televisi, ibu menyiapkan kasur besar yang nyaman. Kalau kami nonton tivi, bisa leluasa tiduran sambil menikmati tontotan favorit. Ibu tidur sendiri di kamarnya. Kalau tidur, semua lampu biasanya dimatikan oleh Ibu.

Nah, malam itu, saya antara tidur dan tidak, saya sendiri tidak jelas. Saya memang agak gelisah malam itu, seperti susah sekali tidur lelap. Tiba-tiba saya mendengar suara genderang kencang sekali memekakkan telinga! Hanya satu alat musik saja, seperti genderang. “Drundung dung dung dung”! Suaranya seperti musik pengiring pengumuman pemenang. Intonasinya dari pelan ke keras. Sangat keras, seharusnya semua orang pasti dengar. Ketika semakin keras, “Druuuunnggg!” Suara berhenti, dan gantinya, tiba tiba Bapak berteriak, “Aduuuhh Buuuu wetengku loro”! (Aduh Bu, perutku sakit). Ibu terbangun, berlari menghampiri Bapak (jarak kamar Ibu ke tempat Bapak paling 5 meter). Ibu berusaha menolong. Tetapi anehnya, saya tidak terbangun, saya juga tidak menolong Bapak. Saya hanya dengar suara, saya dengar Ibu menolong Bapak. Sudah itu saja. Setelah itu saya tidak tahu apa yang terjadi, saya tidak tahu Ibu mengobati Bapak dengan apa. Yang saya ingat, setelah itu, saya bisa tidur lelap, pulas, nyenyak sampai pagi. Hah?! Aneh...aneh sekali. (Kalau menurut beberapa kalangan, kejadian yang dialami Bapak ini sepertinya ada seseorang yang "mengirim" hal negatif ke Bapak. Entah karena iri, tidak suka atau alasan negatif lainnya).

Esoknya saya lupa mau menanyakan ke Bapak atau Ibu, kami sudah sibuk sendiri-sendiri. Sudah lewat karena kesibukan. Dan esoknya seperti tidak ada kejadian apa-apa tadi malam. Semuanya baik-baik saja! Baik-baik saja. Bapak juga beraktifitas seperti biasa, seperti tidak sakit! Ya Allah. Saya baru teringat beberapa hari setelah kejadian itu. Lalu saya tanyakan ke Ibu,”Buk, kalamben nika, ndalu, Bapak sakit wetenge, bengok-bengok. Onten suoro genderang ugi. Onten napa e Buk?" (Buk waktu itu , malam-malam, Bapak sakit perutnya dan teriak-teriak, ada suara genderang juga, ada apa e Buk), tanya saya. Ibu cuma menjawab singkat,”Enggak”. Saya tidak tahu, Ibu menjawab tidak itu karena tidak mau menjelaskan atau memang tidak terjadi apa-apa. Haaahhh?

Begitulah, sampai sekarang belum ada jawabannya. Bahkan ketika cerita ini saya ulang kembali, saya ceritakan ke Bapak sama Ibu, mereka tidak ingat, atau bahkan tepatnya, seperti tidak pernah ada kejadian itu sepanjang kehidupan kami di rumah itu.

Cerita Horor lain di blog ini:




No comments: