Tuesday, June 12, 2012

Tirana House : Fashion, Art & Creativity







TIRANA HOUSE
Paduan segar Art, Fashion & Creativity
 
Soft Opening: Sabtu, 21 April 2012

Grand Launching: Sabtu, 9 Juni 2012
 
Fashion adalah bagian dari seni.  Orang membeli produk fashion bukan hanya karena fungsinya, namun juga karena keindahan desainnya, warnanya dan juga karena desainer/perancang nya. Tidak ada bedanya dengan pertimbangan orang dalam membeli karya seni.
 
Di Tirana House, kami menggabungkan semua karya seni itu dalam sebuah butik yang terintegrasi dengan Art Space. Tirana House, seperti arti harfiahnya adalah sebuah rumah. Kenyamanan dan keserasian interior menjadi perhatian kami, sehingga dapat memberikan pengalaman yang berbeda dengan berbelanja di mall atau pasar. Kami menyebutnya, “Senyaman belanja di rumah”. Selain butik dan art space yang berada dibagian depan dan siap dibuka untuk umum, di bagian teras Tirana House akan hadir coffee shop serta dibagian belakang akan menjadi rest area yang dilengkapi dengan mini library dan kids’ corner yang saat ini sedang tahap penyelesaian.
 
Tentu saja kualitas produk adalah hal yang mutlak harus kami berikan pada pelanggan. Cara termudah mendapatkan kualitas yang diinginkan adalah dengan memilih produk yang dikeluarkan oleh merk-merk yang sudah terjamin kualitasnya. Kami menghadirkan koleksi Victoria’s Secret, LaSenza, Bonprix, George, Next, Guess, DKNY, Zara, H&M, Mango, Esprit, Ralph Laurent, Nike, Adidas dan masih banyak merk lainnya, mulai dari pakaian dalam (underwear) hingga busana anak, dewasa pria dan wanita. Selain itu kami juga menyediakan produk perawatan kulit merek Eveline dan Perfecta yang merupakan merk asal Eropa. Seluruh koleksi kami dijamin originalitasnya. Harga produk di butik kami cukup bersahabat, bila dibandingkan dengan harga yang dipatok bandroll di mall.
 
Di Tirana House, kami juga bermitra dengan wirausaha-wirausaha muda Jogjakarta . Melalui unit usaha Mitra Tirana, kami menghadirkan karya-karya wirausaha muda Jogjakarta . Saat ini, yang sudah bermitra adalah produk coklat dari dapur “Kakaoku” dan boneka-boneka unik dari workshop “Jahit Tangan”. Selanjutnya akan ada banyak lagi wirausaha muda Jogjakarta yang akan bergabung sebagai Mitra Tirana.
 
Unit kami yang lain adalah Rumah Tirana, yang akan memproduksi produk-produk fashion merk kami sendiri, “Tirana”. Mitra Tirana dan Rumah Tirana merupakan wadah kami untuk dapat berpartisipasi lebih banyak dalam memutar roda perekonomian kota Jogjakarta yang kami cintai.
 
“Little Act for Greener Jogja”, adalah inisiatif-inisiatif kecil kami dalam usaha mengambil peran dalam membangun Jogjakarta menjadi kota yang lebih ramah lingkungan. Melalui konsep “Sustainability Consumption & Production”, kami mencoba mengurangi pemakaian plastik, menghindari pemakaian energi yang tidak perlu serta melakukan kampanye-kampanye kecil dalam kegiatan promosi kami.
 
Jelas, Tirana House bukan sekedar butik tempat berbelanja. Tirana House adalah rumah, butik, ruang seni, wadah kreatifitas dan aktualisasi, tempat bersosialisasi, sarana belajar dan berbagi, yang semuanya harus dapat memberikan keuntungan bukan hanya bagi pemiliknya namun juga masyarakat dan lingkungan Jogjakarta . Tirana House melayani masyarakat Jogjakarta sekaligus menjadi alternatif kunjungan bagi pengunjung kota Jogja.
 
Sebagai penghuni baru Kota Jogja, Tirana House berharap dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Kota Jogjakarta serta berperan serta membangun perekonomian kota Jogja dan sekitarnya. Mohon doa restu dan dukungan nya.
 
 
Salam hangat,
Nunuk Ambarwati
Manajer Operasional

 

Kado Malaikatku untuk Tuhan


Introduction
Solo drawing exhibition by R. Bonar Diat Senan Putro
A gift From My Angel to God’.
Tirana Artspace
Jalan Suryodiningratan 55 Yogyakarta
June 9th – July 9th, 2012


For having a chance to meet R. Bonar Diat Senan Putro or also known as Otong (30 years), was like bring our memory back to our childhood. The world full of fantasy, playing all around and liberate our imagination. Those were my first impression when I looked at Otong’s drawing. Otong was born in Surakarta November 22nd, 1982. He had studied at Art Institute of Solo (ISI), in a year of 2003, but only last for 5 semesters. After that he studied through his experiences, starting as an art worker at Bali until stayed and worked in Yogyakarta. He was also assisted one of the artist in Yogyakarta, Bob ‘Sick’ Yudhita for 5 months. Today with his close friend, Fahla F. Lotan, also known as Dila, both are collaborated to make art toys in thedeoMIXBLOOD. Child characters in his works, also realized in his activities along with the children. As I quoted in Otong’s biographical, together with his close friend in 2010 and 2011, he did a variety of workshops with the children.

With introduction by Bob ‘Sick’ Yudhita, Ugo Untoro and S.Teddy D. (in a year of 2008), he admitted that he has been given a little influences at the beginning of his creative works. He also admires some figures like, Nirvana, Basquiat, Andy Warhol and the genre of Cobra painting. Until today he fell comfortable with his character in a figure of octopus. An animal that lives in the sea, has four pairs of hands, adaptable, can be camouflaged and claimed to be the most intelligent animals in the ocean for the class of invertebrates (animals without backbones). He has been made figures of octopus for 4 years since 2009. So, look at his artworks, although it appears to be the drawing of Batman, but Batman with tentacles. Or the human figure, still with tentacles.

Not only figures of octopus that I found interesting from Otong’s drawing, but also the texts that we can observe in his works. Most of the texts are written backwards. We can read it by reversing the texts, for example ‘otiuqsam namtab isamiofsnart atatirug’, read as ‘mosquito batman transformasi guritata’. And usually those texts are the titles of his drawing. For otong, reversing texts is his play zone during the process of drawing. Even for Otong it can be confusing, puzzling through words/texts. However from his ‘text game’ he can found reversed words to have its own meaning. Such as, ‘Ibu’ reversed to be ‘ubi’, and still be legible. Unique. Moreover, he wants the audiences to be paused for a moment while ‘reading’ his texts. And hopefully there’ll be questions or feedback for Otong’s works.

Otong’s drawing that is shown in Tirana Artspace this time, was only a small part of hundreds works/drawing that are stored neatly in his narrow boarding house, located in the south of Jogja. Even honestly, I didn’t have enough time to select all the entire works for this exhibition. It is too many! Otong has compiled his works based on its year. From there, we could see his process of making the artworks, started from water color, pencil, crayon, ballpoint, markers, etc. Presentation of his works in this exhibition represents his process of making artworks since 2009 until now, 2012.
The maturity of his ideas appears from the chronology of his drawings. When Otong start to draw, he always draws simultaneously by minimum 10 blank papers. His ideas flow wildly, messy but impressive and honest. For each paper that he draw have its own fantasy like fairy tale. Because basically he likes narratives fairy tales, such as Narnia, Harry Potter, Pirates of the Caribbean, etc.

And later, piles of hundreds of Otong’s drawing become ‘A gift From My Angel to God’. Every time he draw, for him is like playing, for him is a contemplation, for him is some kind of therapy. And also worshipping, according in his own way. Every time he draw, he fell there’s ‘an angel’ with him. When I get the chance to meet Otong and having interviewed with him for few times, he showed that he is a serious person in searching for God. Although for the moment, status of religion doesn’t important for him, but his religiosity is quite strong through religious journey that he had since childhood until now. Each work that he made is returned-back to God. And furthermore we’ll wait for your feedback.


Enjoy the artworks and get inspired!
Regards, Nunuk Ambarwati

Short Biography
R. Bonar Diat Senan Putro ( Otong )
Was born at Surakarta, 22 November 1982
Education: Fine Art department, Indonesian Institute of Art, Solo (ISI, Solo)

Solo Exhibition
2012 – ‘Kado Malaikatku untuk Tuhan/A Gift from My Angel to God’, Tirana Artspace, Yogyakarta
2011 -  “INTROVERTASY PHOBIA”, thedeoMIXBLOOD’s Solo Exhibition, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta

Group Exhibition (selection)
2012 : Pameran JANEFO #1 – Jogja New Emerging Forces, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta
2011 : Performance, Istvan Kantor’s Neoist Project from Canada, “NEOIST DISASTER”, collaborator Iwan Wijono, JNM Jogjakarta / Performance, “BoredDay” Doger Panorsa’s Solo Exhibition, at Via-Via Café, Jogjakarta. / Workshop boneka, “Pameran Boneka Jogja Istimewa”, Bentara Budaya, Yogyakarta / Pameran Kelompok Six Needlle Six, “Sew And Share”, Via-via Café Yogyakarta / Pameran Terseleksi, “Imaji Ornamen”, Galeri Nasional Jakarta / Pameran kolaborasi residensi bersama kelompok eksperimental Six A (Hobart, Tazmania), “Machine No.6”, Sangkring Art Space, Yogyakarta / Kids Programme dalam CellsKid rangkaian acara Cellsbutton, International New Media Art Festival, “Institutional Cells”, Bersama HONF / Group Exhibition, “AYO MIX FUN”, Survive ! Garage and Friends,  at Disco Beans, 238 High St, Northcote, Melbourne,Australia / Workshop dan pameran, “DIS” , bersama Metropolelightberry dan Difable SLB Negeri 1 Bantul, Rangkaian Program Biennale 2011.

Award: 5 Finalist at Bazzart Art Award, by Vanessa Art Link and Harpers Bazzar, Vanessa Art Link Jakarta and Ritz Carlton Hotel Jakarta, 2010

Activities:
Recycle workshop for children, by thedeoMIXBLOOD at Bienalle Anak Jogjakarta, 2010
Workshop and performance with collaborator by Iwan Wijono at Istvan Kantor .aka. Monty Cantsin’s Neoist Project from Toronto (Canada), 2011
Clay Workshop and Simple Animation at CellsKid Programme with HONF, 2011
Flour a Sense, Workshop for Difable, SLB Negeri 1 Bantul, Yogyakarta, with Metropolelightberry, Biennale 2011.


Exhibition periode Juni 9th – July 9th 2012.
Open daily, 9am – 9 pm.
Open for public and free.

Information and reservation of artworks, please feel free to contact:
Nunuk Ambarwati
Tirana Artspace
Jalan Suryodiningratan No 55 Yogyakarta
Ph/ +62 81 827 7073
e/ tiranahouse@yahoo.com, qnansha@yahoo.com


TEKS BAHASA INDONESIA

Tulisan Pengantar
Pameran Tunggal Drawing karya R. Bonar Diat Senan Putro
Kado Malaikatku untuk Tuhan
Tirana Artspace
Jalan Suryodiningratan 55 Yogyakarta
9 Juni – 9 Juli 2012

Bertemu dengan seorang R. Bonar Diat Senan Putro atau lebih dikenal dengan Otong (30 tahun), seperti kembali pada masa kanak-kanak kita. Dunia anak-anak yang penuh fantasi, bermain sesuka hati, membebaskan dan meliarkan imajinasi, demikianlah pandangan pertama pada karya-karya drawing Otong. Otong, lahir di Surakarta, 22 November 1982. Pernah menempuh studi di Institut Seni Indonesia (ISI), Solo, angkatan 2003 namun hanya bertahan hingga semester 5 saja. Selebihnya, ia menimba studi langsung dalam perjalanan pengalamannya, mulai dari jadi pekerja seni di Bali hingga akhirnya berlama-lama tinggal dan berkarya di Yogya, dan pernah selama kurang lebih 5 bulan tinggal bersama Bob ‘Sick’ Yudhita dan membantu proses berkaryanya. Saat ini bersama teman dekatnya, Fahla F. Lotan atau akrab dipanggil Dila, mereka berdua berkolaborasi meng-custom mainan dengan bendera thedeoMIXBLOOD. Karakter kanak-kanak dalam karya-karyanya, juga terrealisasi dalam berbagai aktivitasnya yang berhubungan dengan anak-anak. Seperti saya kutip dalam biodata Otong, bersama teman dekatnya Dila, di tahun 2010 dan 2011, berbagai kegiatan workshop ia lakukan bersama anak-anak.

Perkenalannya dengan Bob ‘Sick’ Yudhita, Ugo Untoro dan S.Teddy D (di sekitar tahun 2008) diakuinya memberi sedikit banyak pengaruh di awal proses kreatifnya. Dia juga mengagumi figur-figur seperti Nirvana, Basquiat, Andy Warhol dan aliran Cobra Painting.
Hingga kemudian, saat ini, Otong mengaku merasa nyaman dengan karakter karyanya di sesosok figur Octopus. Sebuah hewan yang hidup di laut, memiliki 4 pasang tangan, mudah beradaptasi, bisa berkamuflase dan diklaim sebagai hewan paling cerdas di laut untuk golongan invertebrata (hewan yang tidak memiliki tulang belakang). Bersama figur Octopus ini, Otong sudah menggeluti selama kurun waktu 4 tahun terakhir (awal 2009). Maka, cermati saja, karya-karyanya, meski pun itu muncul gambar Batman, maka Batman dengan tentakel. Atau figur manusia, tetap dengan tentakelnya.

Tak hanya sosok figur Octopus yang menarik dari deretan drawing Otong. Teks-teks yang termuat didalamnya menarik untuk kita cermati. Hampir sebagian besar teks yang tercantum di dalam karya drawingnya ditulis terbalik. Kita bisa membacanya dengan membalik, misal ada teks ‘otiuqsam namtab isamiofsnart atatirug’ maka dibaca ‘mosqiuto batman transformasi guritata’. Dan biasanya teks-teks itu pula yang akan menjadi judul karya drawing Otong. Bagi Otong, membalik tulisan tersebut merupakan zona bermainnya ketika menggambar. Mengkutak katik teks, bahkan Otong mengaku pernah kesulitan sendiri membaca kembali teks-teks tersebut. Dari permainan teks tersebut, Otong juga menemukan kadang sebuah teks yang dibalikpun, akhirnya mempunyai arti sendiri. Misalnya, kata ‘ibu’ dibalik menjadi ‘ubi’ dan tetap bisa terbaca. Unik. Selebihnya, dia ingin supaya setiap penikmat karyanya bisa terdiam sejenak ‘membaca’ teks sambil memandang karya dan berharap ada selebih pertanyaan atau feedback untuk karya-karya Otong.
 
Karya-karya drawing Otong yang ditampilkan di Tirana Artspace kali ini, hanya sebagian kecil saja dari ratusan karyanya yang tersimpan rapi di rumah kos sempitnya di wilayah Yogya selatan. Bahkan sejujurnya, saya tidak cukup waktu untuk bisa menyeleksi keseluruhan karyanya untuk rencana pameran ini. Terlampau banyaknya! Otong menyusun karya-karya drawingnya berdasar tahun pembuatan. Dari sana, kita bisa melihat proses berkaryanya. Mulai dari media cat air, pensil, crayon, ballpoint, spidol dan seterusnya. Presentasi karyanya dalam pameran ini pun cukup mewakili proses berkaryanya mulai dari tahun 2009 hingga saat ini, 2012. Kematangan gagasannya nampak dari kronologi deretan drawingnya tersebut. Ketika Otong mulai menggambar, dia akan selalu mulai menggambar secara simultan dengan minimal sepuluh kertas kosong. Ide-idenya mengalir begitu saja, liar tak bisa ditahan, berantakan tapi keren dan jujur. Setiap kertas yang dia gambar selalu mempunyai cerita fantasi layaknya dongeng. Hal ini pun didasari karena kesukaannya dengan narasi-narasi dongeng seperti Narnia, Harry Potter, Pirates the Carribean dan sejenisnya.

Dan kemudian, setumpuk ratusan karya drawing Otong menjadi ‘Kado Malaikatku untuk Tuhan’. Setiap kali menggambar, baginya adalah bermain, baginya adalah kontemplasi, baginya adalah terapi. Dan juga bentuk ibadah menurut cara dia sendiri. Setiap kali menggambar, ia merasa ada ‘malaikat’ yang mendampinginya. Ketika bertemu Otong dan sempat interview dengannya beberapa kali, Otong menunjukkan orang yang serius dalam pencariannya akan Tuhan. Meski pun saat ini, status agama tidaklah penting baginya, religiusitasnya cukup tinggi melalui perjalanan keagamaan yang dilewatinya dari kecil hingga saat ini. Setiap karya yang ia hasilkan, pertama kali dikembalikan kepada Tuhannya. Selanjutnya, kami tunggu feedback dari Anda.

Selamat berapresiasi dan semoga terinspirasi.
Salam, Nunuk Ambarwati

Biodata singkat
R. Bonar Diat Senan Putro ( Otong )
Lahir di Surakarta, 22 November 1982
Pendidikan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo

Pameran tunggal
2012
– ‘Kado Malaikatku untuk Tuhan’, Tirana Artspace, Yogyakarta
2011 -  “INTROVERTASY PHOBIA”, thedeoMIXBLOOD’s Solo Exhibition, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta

Pameran bersama (seleksi)
2012 : Pameran JANEFO #1 – Jogja New Emerging Forces, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta
2011 : Performance, Istvan Kantor’s Neoist Project from Canada, “NEOIST DISASTER”, collaborator Iwan Wijono, JNM Jogjakarta / Performance, “BoredDay” Doger Panorsa’s Solo Exhibition, at Via-Via Café, Jogjakarta. / Workshop boneka, “Pameran Boneka Jogja Istimewa”, Bentara Budaya, Yogyakarta / Pameran Kelompok Six Needlle Six, “Sew And Share”, Via-via Café Yogyakarta / Pameran Terseleksi, “Imaji Ornamen”, Galeri Nasional Jakarta / Pameran kolaborasi residensi bersama kelompok eksperimental Six A (Hobart, Tazmania), “Machine No.6”, Sangkring Art Space, Yogyakarta / Kids Programme dalam CellsKid rangkaian acara Cellsbutton, International New Media Art Festival, “Institutional Cells”, Bersama HONF / Group Exhibition, “AYO MIX FUN”, Survive ! Garage and Friends,  at Disco Beans, 238 High St, Northcote, Melbourne,Australia / Workshop dan pameran, “DIS” , bersama Metropolelightberry dan Difable SLB Negeri 1 Bantul, Rangkaian Program Biennale 2011.

Penghargaan:
5 Finalis dalam Bazzart Art Award, Oleh Vanessa Art Link dan Harpers Bazzar, Vanessa Art Link Jakarta dan Ritz Carlton Hotel Jakarta, 2010

Aktivitas:
Recycle workshop for children, by thedeoMIXBLOOD at Bienalle Anak Jogjakarta, 2010
Workshop and performance with collaborator by Iwan Wijono at Istvan Kantor .aka. Monty Cantsin’s Neoist Project from Toronto (Canada), 2011
Clay Workshop and Simple Animation at CellsKid Programme with HONF, 2011
Flour a Sense, Workshop for Difable, SLB Negeri 1 Bantul, Yogyakarta, with Metropolelightberry, Biennale 2011.


Pameran berlangsung mulai 9 Juni – 9 Juli 2012.
Buka setiap hari, pk. 9 pagi – 9 malam.
Terbuka untuk umum dan gratis.

Untuk minat karya dan informasi selanjutnya, silakan hubungi:
Nunuk Ambarwati
Tirana Artspace
Jalan Suryodiningratan No 55 Yogyakarta
Ph/ +62 81 827 7073
e/ tiranahouse@yahoo.com, qnansha@yahoo.com



Mimpi Dunia Empuk / Dream of Pillowy World


Mimpi Dunia Empuk / Dream of Pillowy World
Solo Exhibition by Agustina Tri Wahyuningsih
Via Via Café Traveller
Jalan Prawirotaman No 30, Yogyakarta, Indonesia
22 December 2011 – 12 January 2012


Pillowy Fairytale World

Agustina Tri Wahyuningsih, intimately called Tina, is a person who cannot stand idle. Although she is very calm in nature, a typical Javanese woman, she has many activities and ideas. She creates Japanese dolls, bags and t-shirts, paintings on wooden boards. Her latest works are hand-sewed dolls. According to her, the inspiration for these works actually had long existed in her mind, but she just could realize it in the beginning of this year. Now she has more spare time to continue the work while taking care of her daughter, Kaysha (16 months).      

Having Kaysha now has inspired her much more to keep working with her dolls. With artist Edo Pillu, her husband on her side and working experiences and networking in the art circles of Yogyakarta, she can have more fresh ideas for her dolls. She is found of things related to decoration, cotton fabric, fairy tale and illustration. These aspects have shaped the character of her works.

Maria Carmelia, her friend and customer, in her testimony depicts the propensity of Tina’s works; the taste, type and color. Although outside there are similar products, which perhaps have appeared earlier, Tina’s products with the label “jahitangan” have Tina’s distinctiveness. The motif and type of fabric that she chooses, and the figures of dolls she makes are so typically Tina. For her, though what she does seems like a domestic work, it is a means of realizing her distinctive and creative ideas. In addition, it is a place and time where she can play and make explorations, producing tales and contemporary figures in the shape of dolls. Why doll? Doll is a toy that usually looks so cute.  People of all ages, from children to adults, like dolls.  

Maria Carmelia is very impressed with the thickness of her pillow dolls. It fits what customers want. The dolls are really cottony. The exhibition titled “Mimpi Dunia Empuk” (Dream of Pillowy World) is trying to lead us to wander deep into imaginations, making us feel so cozy with the tales created. “And one thing for sure is that I want my dolls not just to be used as pillows. They can be part of something anywhere, anyone can enjoy. I want to invite all my customers to play in the pillowy world”, she said.

Enjoy and let us have beautiful dreams.

Nunuk Ambarwati


Testimonies
I think Tina’s works are unique. I never saw works like them in other place. She is really able to transform buyers’ requests into beautiful pillows. Animal series is done, when will she make vegetable and fruit series? I am waiting for pillows made of batik fabrics. Meida Rosa Delima Tanlain (Teacher of a Kindergarten in Newmont, Sumbawa) 

I really love Tina’s doll works. They are so cute, and the shapes can be customized in accordance with our requests. Miu Kyung (staff of Sangkring Art Space, Yogyakarta)

Nothing is impossible. In her dexterous hands anything can turn to be unique. She always has fresh ideas. I don’t know what is in her mind. Perhaps her world is so colorful and full of dreams. She materializes them into beautiful things. Her drawings are so unique with childhood character. Perhaps that is the way she is. Despite a grown-up woman and even a mother, she still has an imagination about a little girl in a fairy tale. Tovic Raharja (Creative & Marketing Grand Pacific Hall, Yogyakarta).

Previously I didn’t pay much attention to the term: “Jahitangan”. For me, her works are always unique. She really knows her friends; their inclinations, tastes, types, etc. Though borrowing her hands, I feel like it is indeed my own hand-sewing. And uniquely it is so Tina (or so Jahitangan), isn’t it? One reason that I choose her hand-sewing product is the appropriate thickness of her pillow dolls. They are very much suitable to what we want; they are huggable. They are so warm, very nice to be hugged. The thickness is appropriate to prop parts of our body as we order; to prop our back, buttock, head, etc. They are so versatile like my owl doll, which can be a little travelling pillow. It is child friendly. She chooses materials that cannot injure children’s skin or harm them. So, once it fits me, I won’t go anywhere. J. Maria Carmelia S (Teacher at Sunsmile Kids).

“There are power of love and compassion in your hand-sewed dolls. I want to keep hugging them”.  Nur Cahyati W (Librarian at American Corner, UGM).

They are so cute; they are creatively and nicely made. I give them to my friends and nieces. And they do love them.  Rismilliana Wijayanti (Manager of VWFA).

 “Aunty, thank you for the Dino dolls. I call them Tito and Tato. They’re so cute and adorable. They always accompany my sleep if my mother and father haven’t got home”. Emmanuel Devanand Onduko (5 years old, kindergarten in Salatiga)

A brief profile
She was born in Purwokerto, in August 11st, 1977. She was graduated from Psychology Department of Sanata Dharma University in Yogyakarta. Since 1997 until present, she has worked for various activities of both performing and visual arts. Her exhibition debut took place in 2003 in Sanata Dharma University. On that occasion she was awarded as the winner of painting competition. “Mimpi Dunia Empuk” will be her first solo exhibition after for years working behind the scene, helping artists in many art events. 

BAHASA INDONESIA
‘Mimpi Dunia Empuk / Dream of Pillowy World’
Pameran tunggal karya Agustina Tri Wahyuningsih
Via Via Café Traveller
Jalan Prawirotaman No 30, Yogyakarta, Indonesia
22 Desember 2011 – 12 Januari 2012

Negeri Dongeng yang Empuk

Mengenal Agustina Tri Wahyuningsih atau lebih akrab dipanggil Tina (perempuan kelahiran Purwokerto, 34 tahun) adalah sosok yang tidak pernah bisa diam. Pembawaannya yang kalem, khas perempuan Jawa, namun aktivitas dan ide-idenya terus bermunculan. Mulai dari membuat boneka ala Jepang, membuat tas dan kaos, lukisan diatas papan kayu dan yang terbaru saat ini adalah karya-karya bonekanya. Menurut Tina, inspirasi untuk karya-karya ini sebenarnya sudah jauh terpendam dalam pikirannya, namun baru bisa terrealisasikan di awal tahun ini; dimana sekarang ia lebih punya waktu senggang sambil merawat putri cantik pertamanya, Kaysha (18 bulan).

Memiliki Kaysha saat ini semakin menginspirasi Tina bertekun di dunia bonekanya. Dan mendampingi Edo Pillu, sang suami yang dikenal sebagai perupa, juga pengalaman kerja dan pergaulannya di lingkaran seni rupa Yogyakarta, sedikit banyak memberinya ide-ide segar untuk karyanya. Tina memang hobi dengan hal-hal yang berkenaan dengan dekorasi, kain katun, dunia dongeng dan ilustrasi didalamnya. Kombinasi dari latar belakang dan hobinya tersebut, jadilah karya-karya karakter Tina ini.

Mengutip testimoni dari seorang sahabat sekaligus konsumennya , Maria Carmelia, yang menggambarkan bagaimana kecenderungan karya Tina mulai dari soal selera, tipe dan warna. Maka, meskipun di luar sana, mungkin ada produk-produk yang mirip dan sudah lebih dulu muncul, tetapi karya Tina yang kemudian dilabeli ‘jahitangan’ memiliki kekhasan ala Tina. Cek saja dari pilihan karakter motif kain, jenis kain dan figur boneka yang ia buat, itu khas Tina. Bagi Tina, pekerjaan yang terkonotasi domestik ini merupakan pelampiasan dari ide-ide unik dan kreatif, disamping itu ia bisa bermain dan bereksplorasi di dalamnya. Menumpahkan sebuah dongeng dan figur-figur bermotif kontemporer dalam sebuah boneka. Kenapa boneka? Boneka adalah benda mengantarkan kita bermain, berkesan lucu, imut dan hampir semua kalangan umur  menikmatinya, mulai dari kanak-kanak hingga orang dewasa.
Kembali mengutip testimoni Maria Carmelia, ia sangat terkesan dengan ketepatan tebal boneka bantalnya, amat sangat pas dengan apa yang kita inginkan, empuk. Pameran ‘Mimpi Dunia Empuk’ ini mencoba mengantarkan kita pada imajinasi-imajinasi yang melanglang jauh, membuat kita lebih nyaman dengan dongeng-dongeng yang diciptakan. ‘Dan yang jelas aku ingin boneka karyaku tidak hanya sebagai bantal, tapi dia mampu menjadi bagian dari karya yang bisa berada dimana saja, dinikmati siapa saja. Aku ingin mengajak semua penikmat bermain-main di dunia empuk’, demikian angan-angan Tina.

Selamat menikmati dan mari sama-sama bermimpi indah.

Nunuk Ambarwati

Testimoni
Menurut aku, karyanya Tina unik dan aku belum pernah menjumpainya di tempat lain. Tina dapat menuangkan permintaan pemesan dalam kreasi bantalnya dengan cantik. Edisi binatang sudah, kapan ya edisi sayur dan buah muncul? Aku juga sedang menanti kreasi bantal dari kain batik hehehehe… Meida Rosa Delima Tanlain (Pengajar Taman Kanak-kanak di Newmont, Sumbawa).

Saia sangat suka dengan karya-karya bonekanya mbak Tina... Lucu-lucu dan bisa dibuat berbagai macam bentuk sesuai dengan keinginan...Salam, Miu Kyung (bekerja di Sangkring Art Space, Yogyakarta).

Tidak ada yang tidak mungkin. Di tangan Tina, melalui kepiawaiannya mengolah sesuatu yang biasa menjadi unik. Selalu ada ide segar yang muncul. Entah apa yang ada dalam otak dia, mungkin dunianya yang penuh mimpi dan warna, lalu dia wujudkan dalam pernik-pernik cantik dan karya gambar yang mempunyai ciri khas kanak-kanak. Mungkin itulah Tina, di dalam tubuhnya yang tumbuh dewasa dan bahkan sudah menjadi ibu. Dia masih punya khayalan tentang gadis kecil di negeri dongeng. Tovic Raharja (Creative & Marketing Grand Pacific Hall, Yogyakarta).

Tadinya saya tidak terlalu memperhatikan namanya: ‘jahitangan’. Karena bagi saya, ini karya Tina yang selalu khas. Seperti kekhasannya yang mengenal teman-temannya; kecenderungan selera, tipe, warna dan seterusnya…rasanya memang ini ‘jahitangan’ku – tapi pinjem tangan Tina. Dan uniknya, justru Tina-Sekali (atau harusnya: ‘jahitangan’-sekali ya?) J Salah satu yang bikin ‘jahitangan’ jadi pilihanku adalah ketepatan tebal boneka bantalnya. Amat sangat pas dengan apa yang kita inginkan: pelukable (tebalnya pas buat dipeluk-peluk), ganjelable (ketebalan pas buat mengganjal bagian-bagian tubuh sesuai yang kita pesan peruntukkannya: ganjel punggung, ganjel pantat, ganjel kepala, atau serbaguna seperti owl pesanan saya yang memang untuk bantal mungil travelling, dan children friendly. Bahan-bahannya memang dipilih yang tidak akan melukai kulit anak atau membahayakan anak. Jadi, ya gimana ya…kalau sudah cocok itu kan ya nggak kemana-mana J. Maria Carmelia S (Pengajar di Sunsmile Kids).

“Ada kekuatan dan kelembutan cinta di jahitan tangan bonekamu. Jadi pengen meluk terussss…”. Nur Cahyati W (Librarian di American Corner, UGM).

Bentuknya lucu, kreatif dan rapi. Saya bagi ke teman-teman dan keponakan. Semua suka! Rismilliana Wijayanti (Manajer Jogja Contemporary).

"Tante, terima kasih boneka dinonya. Tak kasih nama Tito sama Tato. Luccuuu banget gemesiinn, sekarang mereka teman bobokku loh kalo mama dan papa belum pulang". Emmanuel Devanand Onduko (umur 5th, TK besar di Salatiga).

Profil singkat Agustina Tri Wahyuningsih
Lahir di Purwokerto, 11 Agustus 1977. Tina merupakan lulusan sarjana jurusan Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sejak tahun 1997 hingga saat ini, Tina aktif di berbagai kegiatan kesenian sebagai seorang pekerja seni, baik seni pertunjukan hingga seni rupa. Debut pameran pertamanya di tahun 2003, dimana ia sekaligus mendapat penghargaan sebagai juara pertama lomba lukis di kampus Sanata Darma. ‘Mimpi Dunia Empuk’ menjadi gelaran perdana pameran tunggalnya setelah sekian lama bekerja di balik layar membantu para seniman dan sebagai pekerja seni dalam sebuah event.

Ucapan Terima Kasih
Tuhan YME, para malaikat yang baik hati, orangtuaku, suamiku, malaikat kecilku “Kay”, kakak-kakakku | Nunuk Ambarwati & MAM-nya | Farah Wardani | Meida Rosa Delima Tanlain | Miu Kyung | Tovic Raharja | Maria Carmelia S | Nur Cahyati W | Rismilliana Wijayanti | Emmanuel Devanand Onduko & Ruth Onduko | Mie Cornodeus, Putri Santoso dan segenap staf Via Via Café Traveller

Diterbitkan di koran Tribun Jogja, rubrik Art & Culture, halaman 12, Minggu, 30 September 2012