Thursday, April 19, 2018

Hari Warisan Dunia

#Heritage4Generations17-18 April 2018

Mungkin bukan hanya saya yang belum tahu, bahwa tanggal 18 April 2018 diperingati Hari Internasional untuk Monumen dan Situs atau secara informal dikenal sebagai Hari Warisan Dunia. Ditetapkan oleh ICOMOS pada tanggal 18 April 1982 dan disetujui pada Konferensi umum UNESCO ke 22 pada tahun 1983. Sementara itu, kita (Indonesia) memiliki 8 situs warisan dunia (apa aja hayo?). Maka bersama sekitar 40 anak muda dengan berbagai komunitas, UNESCO & Kementrian Pendidikan & Kebudayaan RI merayakan bersama dalam bentuk workshop "Borobudur dalam Potret Lanskap Budaya".

Mungkin juga bukan hanya saya yang belum tahu bahwa Borobudur itu nama Kecamatan, nama Kelurahan (Desa). Maka Borobudur tidak hanya sekadar candi, Borobudur adalah lanskap. Selama dua hari mereka melakukan cultural mapping (dibagi dalam 5 kelompok) di seputaran kawasan Borobudur. Dan hari berikutnya memaparkan hasil mapping dan mendiskusikan upaya nyata membuat Borobudur sebagai sebuah wisata kawasan. Bahwa di kawasan Borobudur bisa kita temui wisata kuliner, wisata budaya, kearifan lokal, handicraft khas tiap desa, seni pertunjukan dan masih banyak yang lain.
Inilah bentuk perayaan kami, semoga memberi kontribusi positif bagi perkembangan wisata kawasan Borobudur 

Foto-foto oleh
Hairus Salim
Akbar Muhibar
Nisya
Nunuk Ambarwati


PERAYAAN HARI WARISAN DUNIA 2018
Workshop “Borobudur dalam Potret Lansekap Budaya”
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
18 April, 2018 

Hari Internasional untuk Monumen dan Situs (secara informal dikenal sebagai Hari Warisan Dunia) ditetapkan pada tanggal 18 April 1982 oleh ICOMOS dan kemudian disetujui pada Konferensi Umum UNESCO ke-22 pada tahun 1983. Dengan adanya hari yang diistimewakan ini akan memberi kesempatan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang keragaman warisan dunia dan upaya yang diperlukan untuk melindungi dan melestarikannya, serta untuk menarik perhatian publik terhadap kerentanan yang ada pada setiap warisan dunia.

Di Indonesia, yang menjadi tuan rumah delapan Situs Warisan Dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO, perayaan Hari Warisan Dunia telah dilakukan sejak bertahun-tahun di berbagai daerah di Indonesia. Dalam hal ini, selama bertahun-tahun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan kegiatan kesadaran publik dengan komunitas lokal, kelompok pemuda, masyarakat sipil, media dan kantor pelestarian warisan di seluruh Indonesia. Untuk 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengadopsi tema global Hari Warisan Dunia 2018 yang diluncurkan oleh ICOMOS, yaitu Warisan Untuk Generasi.

Untuk itu, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia  menyelenggarakan serangkaian kegiatan selama 17-18 April 2018 di daerah Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Acara ini dilakukan untuk menciptakan lebih banyak kesadaran serta memfasilitasi transfer pengetahuan antar generasi dalam memahami Borobudur sebagai salah satu Warisan Dunia di Indonesia, dan bagaimana cara kerjanya dengan lansekap budaya dan dinamika perkembangan modern yang melingkupinya. Acara yang dikemas dalam bentuk workshop ini mengambil tema“Borobudur dalam Potret Lansekap Budaya”. Pada hari pertama, sekitar 40 peserta workshop diterjunkan ke lapangan di sekitar delapan belas  titik di kawasan Borobudur termasuk didalamnya Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut, Balkondes Borobudur, Balkondes Bumiharjo, Balkondes Ringinputih, Balkondes Kenalan, Sanggar Saking Ndene – Giritengah, Arum Art, Nglipoh, Batik Borobudur,  Punthuk Setumbu, Gereja Ayam, Rafting, Candirejo,  Pengelola Homestay di Ngaran,  Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Dinas Pariwisata Magelang, Bappeda Magelang. Para peserta melakukan pengamatan dengan mendengar dan melihat kondisi yang ada di lokasi masing-masing, serta juga melakukan wawancara dengan pengelola situs serta perwakilan pemerintah dan masyarakat. 




Di hari kedua, pada tanggal 18 April 2018, para peserta berkumpul bersama para pemangku kepentingan dari Balai Konservasi Borobudur, PT. Taman Wisata Candi Borobudur, BPCB DIY, BPCB Jawa Tengah, Camat Borobudur, Forum Rembug Klaster dan perwakilan masyarakat Borobudur. Dalam sambutannya, Kepala Sub-Direktorat Warisan Budaya Benda Dunia, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan, Yunus Arbi, menyampaikan,” Yang ingin ditekankan dalam perayaan Hari Warisan Dunia ini sekarang adalah bukan lagi hanya mengenalkan apa itu warisan dunia, tetapi lebih kepada bagaimana kita menransfer pengetahuan kita kepada generasi yang lebih muda  sehingga mereka bisa terus melestarikan Situs Warisan Dunia kita dengan pendekatan dan inovasi yang kekinian ala generasi muda sekarang. Mereka juga perlu mengidentifikasi titik titik kerawanan dalam upaya pelestarian sehingga mereka kemudian bisa memberikan kontribusi solutif di masa mendatang.

Perayaan Hari Warisan Dunia ini juga diisi dengen pemotongan tumpeng bersama oleh para peserta workshop bersama para pemangku kepentingan dari Balai Konservasi Borobudur, BPCB DIY, BPCB Jawa Tengah, Perwakilan Kemdikbud, Camat Borobudur, PT. Taman Wisata Candi Borobudur, staff UNESCO di Borobudur serta perwakilan masyarakat Borobudur. 

Setelah dilakukan pemotongan tumpeng, peserta kemudian menikmati penampilan tari Kubro Siswo dari rup tari komunitas Borobudur serta kemudian melanjutkan dengan diskusi hasil pemetaan dipandu oleh pengamat budaya dari LIKE Indonesia Yogyakarta, Hairus Salim. Menurut Hairus Salim, dengan mengubah perspektif memandang Borobudur tidak semata-mata candinya saja, tetapi juga sebagai kawasan, akan membuat kegiatan wisata menjadi sebuah dialog dan pertemuan antartradisi, antarkelompok masyarakat, antarkota dan desa, singkatnya antar mereka yang berbeda. 

Dalam diskusi lanjutan ini potensi kawasan Borobudur menjadi bahan diskusi yang cukup hangat. Para peserta menyampaikan masukan dan pemikiran yang cukup segar tentang bagaimana Borobudur bisa dikembangkan sebagai kawasan, berikut tantangan dinamika sosial di dalamnya.



Tuesday, April 10, 2018

Seni Rupa dalam Prangko

Tirana Art House & Kitchen
14 April - 6 Mei 2018

Selamat datang di "pertemuan" bangsa-bangsa.

Forum ini merupakan pertemuan budaya melalui lembaran prangko, alat pembayaran dalam pengiriman surat. Meskipun saat ini peran dan pemakaian prangko sudah berkurang signifikan akibat adanya alat telekomunikasi sosial-virtual-digital-paperless yang canggih, namun daya tariknya tak pernah turut hilang. Dari selembar prangko berbagai hal dapat diambil pelajaran. Selain sebagai romantika masa lampau, pameran ini juga bisa untuk mengingat sejarah kebangsaan, tafsir selera estetika (dan politik) sebuah negara melalui pemerintah atau lembaga yang menerbitkan prangko, sampai pada pergolakan hak publikasi harta karun nasional masing-masing negara. 

Pameran ini menyajikan materi khusus berupa prangko dengan tema seni rupa dari 31 negara (antara lain: Belanda, Rwanda, Jerman, Amerika, Uni Emirat Arab, Tiongkok, Singapura, Rumania, Yaman, Mozambique, Hungaria, sejumlah koloni Prancis, dan sebagainya). Seni rupa yang dimaksud dalam sajian prangko ini misalnya potret para perupa dan karya seni rupa yang dipakai sebagai objek visual pada prangko. Potret pelukis Rembrandt, Rubens, sampai pelukis Indonesia terkenal, S. Sudjojono ada di dalamnya. Sedangkan foto karya seni rupa yang dijadikan objek visual prangko adalah lukisan, gerabah, keramik, dan kartun. Lebih dari 150 an lembar prangko terkurasi disajikan dalam pameran ini.

Dalam dunia filateli, objek seni rupa menjadi salah satu pilihan penting di dalamnya. Hampir setiap negara memiliki prangko bertema seni rupa. Dalam pameran ini tersaji objek seni dengan pilihan lukisan dari kajian sejarah seni rupa modern, utamanya seni lukis modern Eropa. Oleh sebab itu judul pameran ini memakai kata "Fine Art". Sebagian lukisan yang dipakai sebagai objek prangko merupakan lukisan era Renaissance (yang berkembang pada 1300-1600 M, seperti "Monalisa" karya Leonardo da Vinci, atau nama besar lainnya seperti Raphael, Fragonard, dan Diego Velazquez). Ada pula lukisan beraliran Realisme (Gustave Courbet), Surealisme (Dali), Kubisme (Picasso), hingga kartun Disney (yang bersifat kontemporer). Selebihnya seni rupa tradisi klasik seperti dari Jepang dan Tiongkok juga tersaji. Sedangkan dari Indonesia, tersaji lukisan Raden Saleh, Basoeki Abdullah, Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, dan lainya.

Agenda ini juga ingin memberi konsep pameran prangko agar lebih modern dan dinamis, khususnya bagi penggemar dan peminat filateli. Inilah salah satu cara untuk melihat gabungan displin bidang seni yang melahirkan sejumlah asumsi dan opini. Di luar hal tersebut prangko juga menjadi benda koleksi berharga yang bernilai tinggi: penanda zaman, sejarah, dan nilai artistik yang bisa dipelajari lebih jauh. Untuk itu semua perlu disajikan pada masyarakat.

Pameran ini menampilkan sebagian saja dari koleksi Dicti Art Laboratory, Yogyakarta. Materi pameran adalah prangko orisinal yang terdiri dari 2 (dua) jenis lembaran. Pertama, lembaran kecil seperti perangko pada umumnya yang telah dipakai pada amplop. Kedua, lembaran utuh yang belum terpakai dan dari berbagai ukuran, mulai separuh A5 hingga A5. Materi lainnya adalah prangko yang di-reproduksi untuk membantu penonton melihat detil di dalamnya. Prangko yang disajikan kali ini diterbitkan kisaran dekade 1950an hingga 2000an.

Jika dilihat dari elemen-elemen prangko seperti teks nama negara, teks hari peringatan, dan objek visual agaknya menjadi hal menarik. Dalam sejumlah besar prangko, konsep demografi atau batas teritorial negara, telah diabaikan. Misalnya, prangko bergambar lukisan Raden Saleh (seniman asal Indonesia), dicetak oleh Singapura, lukisan Rubens dicetak oleh Jerman, atau lukisan "Monalisa" dipakai oleh negara di luar Prancis (tempat dimana lukisan tersebut di displai). Hal ini menandai sifat global karya seni, sekaligus telah menjadikan prangko sebagai arena penghargaan masing-masing negara atas karya-karya masterpiece dunia.

Mari berkeliling dunia melalui lembar gambar miniatur bangsa-bangsa di dunia. 

Mikke Susanto
(Dicti Art Laboratory)
____________________________________________

DICTI ART LABORATORY


Mitra budaya yang bergerak menjadi bagian kerja kesenian, utamanya sebagai laboratorium kajian seni rupa. Visi yang diemban adalah mendukung dan menggerakkan berbagai program seni sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat. Program-program yang terkait seperti penelitian, pelestarian, kurasi, manajemen seni, kearsipan, dan penerbitan buku adalah bagian dari agenda di dalamnya. Lembaga ini didirikan oleh Mikke Susanto dan Rina Kurniyati pada 2010 sebagai bentuk kepedulian akan kurangnya infrastruktur seni yang ada di Indonesia.


Tirana Art Management
Tirana Art House and Kitchen
Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta
Buka setiap hari pk 09.00-24.00 WIB
Kontak 081-827-7073

Fine Art in Stamps


Tirana Art House and Kitchen
14 April - 6 May 2018


Welcome to the “Assembly” of Nations.

This exhibition is a cultural encounter through small pieces of stamp, the evidence of payment of postage. Although recently the use of postage stamp has significantly decreased in number due to the existence of new technologies that make paperless correspondence possible and make telecommunication be done digitally and virtually, the appeal of stamps do not fade out. From a piece of stamp, people can learn something. Apart from being a romantic past, this exhibition can also be recollection of history of nations, interpretation of aesthetic taste (and politics) of a country through its government or institution publishing the stamps, and discussion about the copy rights of the country’s treasure.   

In particular it presents fine art-themed stamps ever released by 31 countries i.e. the Netherland, Rwanda, Germany, United States of America, United Emirate Arab, China, Singapore, Romania, Yemen, Moçambique, Hungary, some France’s colonies, etc. The fine art refers to the images on the stamps, for example, the portraits of artists and their works. There are stamps with the legendary artist portraits of Rembrandt, Rubens, S. Sudjojono, etc, and stamps with images of masterpiece paintings. More than 150 pieces of stamps have been selected for this exhibition. 

In the field of philately, one of important subjects to be studied is the adoption of works of fine art as themes printed on stamps. These themes can be found on the stamps produced by almost every country in the world. In this exhibition are presented stamps with images of paintings selected from the list of the history of modern fine art, especially the European modern paintings. For that reason, this exhibition uses the term “Fine Art”. Some of the paintings used as the stamps’ images are those from the era of Renaissance (1300-1600), such as Leonardo da Vinci’s _“Monalisa”_ and other works by great names like Raphael, Fragonard, and Diego Velazquez.  There are stamps with paintings of realism (by Gustave Courbet), surrealism (by Dali), cubism (by Picasso), and contemporary ones like the images of Disney cartoon. The rest are of traditional visual art works from Japan and China. Regarding the arts from Indonesia, the stamps feature the works of Raden Saleh, Basoeki Abdullah, Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, etc. 

This agenda wants to make a stamp exhibition to be more modern and dynamic, especially for stamp enthusiasts and philatelists. It is one of the ways to see the convergence of art disciplines that generates different assumptions and opinions. In addition, stamps are also treated as objects of collection that are very highly priced. A stamp becomes the sign of time, evidence of history, and object of art that can be further studied. Accordingly, these stamps need to be presented to public. 

This exhibition presents only some of the collection of Dicti Art Laboratory, Yogyakarta. The stamps currently on display are those published from the 1950s to 2000s. Each stamp is represented by two types; one being the tiny piece of paper that has been used on an envelope, and the other one being which has not been used, printed on papers sized from A6 to A5. The stamps are reproduced to help viewers see the details of them. 

Examining the features of every piece of stamp such as the text of country name, the text of celebration day and the image, these stamps are interestingly unique. In most of them, the concept of demography and territorial border are ignored. For example, a stamp with the image of Raden Saleh’s painting was printed by Singapore, a stamp with Rubens’ painting by Germany and the image of the famous painting _“Monalisa”_ was put on stamps by countries other than France (where the original painting is displayed). It certainly marks the global nature of artwork and at the same time also makes stamp as every country’s means to appreciate world masterpiece works.

Let’s travel around the world through these miniature of the nations.  

Mikke Susanto
(Dicti Art Laboratory)

_______________________________________________

DICTI ART LABORATORY The cultural partners who engaged in the work of art, mainly as a laboratory of art studies. The vision is to support and mobilize various arts programs as part of social life. Related programs such as research, preservation, curation, art management, filing, and book publishing are part of the agenda. This institute was founded by Mikke Susanto and Rina Kurniyati in 2010 as a form of their concern for the lack of existing art infrastructure in Indonesia.

Tirana Art Management
Tirana Art House and Kitchen
Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta
Open daily 09.00-24.00 WIB
Contact 01-827-7073

Thursday, April 05, 2018

Mengenal Kopi

Mengenal Kopi
Single Origin @TiranaKitchen

·       

       Arabika Bali KintamaniKopi bali kintamani dihasilkan dari tanaman kopi arabika yang ditanam didataran tinggi Kintamani dengan ketinggian diatas 900 mdpl. Kawasan Kintamani berada dilereng Gunung Berapi Batur. Dengan jenis tanah Entisel dan Inceptisol (Regusol). Kawasan ini memiliki udara yang dingin dan kering dengan curah hujan yang banyak selama 6-7 bulan musim hujan. Tanaman-tanaman kopi arabika terbentuk dari varietas-varietas terseleksi. Pohon kopi ditanam dibawah pohon penaung dan dikombinasikan dengan tanaman lain dan dikelola serta diberi pupuk organik. Kopi ini memiliki citarasa yang khas yakni aroma citrus dengan tingkat keasaman yang rendah, sehingga banyak diminati oleh konsumen Internasional. Kopi bali kintamani memiliki tingkat keasaman yang mencukupi dengan aroma fruity (jeruk) yang kuat dan tidak terlalu pahit (bitter).
·       

       Arabika TorajaKopi Toraja yang terletak di Kabupaten Sulawesi Selatan tumbuh di lereng gunung sesean dengan memiliki ketinggian 1400-2100 mdpl. Kopi Toraja memiliki cita rasa notes herbal dan cinnamon, body yang full, keasaman ringan yang segar seperti apel hijau, anggur atau strawberry. Plus after taste seperti cokelat.


·       Arabika Java ArjunoKopi Arabika Arjuno di tanam di lereng Gunung Arjuno Malang, Jawa Timur dengan rata rata ketinggian 1200-1300 mdpl. Proses pasca panen natural. Dengan proses roasting medium kopi arjuno memiliki notes sweaty, fruity, sedikit asam, body kental dan sedikit nutty.


·       
      Arabika Flores BajawaDi dataran tinggi Ngadha Kecamatan Bajawa, kopi ditanam pada ketiggian antara 1000 – 1550 mdpl. pada tanah vulkanik jenis Andosol yang subur dengan suhu udara rata-rata 15 – 25 ºC dan pada saat-saat tertentu suhu udara bisa mencapai (< 10 ºC). Kopi arabika Flores Bajawa mempunyai cita rasa notes secara umum memiliki komponen-komponen citarasa utama sebagai berikut: bau kopi bubuk kering (fragrance) dan bau kopi seduhan (aroma) kuat bernuansa bau bunga (floral), perisa (flavor) enak dan kuat, kekentalan (body) sedang sampai kental, keasaman (acidity) sedang, serta kesan rasa manis (sweety) kuat.


·       
       Arabika Ijen RaungDitanam di lereng Gunung Ijen Desa Sukorejo Kecamatan Sumber Wringin Bondowoso. Dengan ketinggian 900-1500 mdpl. Proses pasca panen natural, semi wash, full wash dan honey. Varietas kopi: linie S bourbon dan catura, dengan level roasting medium to bold memiliki notes sweetness, floral dan sedikit acidity.


·       Arabika Papua Lemba BaliemDi tanam di lembah Baliem dengan ketinggian 1400-2000 mdpl dengan proses pasca panen wet dan dry. Level roasting medium dengan notes mocca, saltty tipis, manis body bold.


·      \
           Arabika Aceh GayoDitanam di lereng Gunung Gerdong dengan ketinggian 1300-1500 mdpl. Varietas kopi bourbon, proses pasca panen wash. Level roasting medium to bold dengan notes spicy, nutty, sedikit fruity dan floral.
·       Robusta TemanggungTumbuh di lereng Gunung Sumbing Sindoro dengan ketinggian dibawah 800 mdpl dan memiliki suhu 21-24 derajat celcius. Bercita rasa lebih seperti cokelat dan memiliki bau khas yang cenderung manis.
·       Robusta DampitDitanam di dataran Gunung Semeru tepatnya kecamatan dampit dengan ketinggian kurang lebih 900mdpl. Kopi robusta dampit umumnya dry proses. aroma yang dapat tercium terutama dalam proses penggilingan adalah wangi karamel serta milk chocolate dan full body (kekentalan yang penuh) ditambahkan acidity yang rendah  dengan sensasi akhir rasa karamel dan sedikit aroma earthy yang terasa dan tercium cukup lama.
More coffee stories at
Tirana Art House and Kitchen
Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta
Open daily 09.00-24.00 WIB
IG @TiranaKitchen