Tuesday, January 30, 2018

Tirana Coffee Act

Gitar dan Gadget Berkolaborasi di Jari Gitaris Mr. D


Doddy Hernanto, yang kini lebih dikenal sebagai Mr. D, akan tampil eksklusif untuk “Tirana Coffee Act” di Tirana Art House & Kitchen pada Sabtu, 3 Februari 2018 mulai pk. 20.00 WIB. Mr. D akan menampilkan kreatifitas bermusiknya bersama para barista kopi dan seniman yang berpuisi. Tentu saja, dengan inovasi “Gitar dan Gawai” yang membuatnya semakin unik.

Dijuluki gitaris satu jari, musisi asal Surabaya Jawa Timur ini telah berkarya bersama gitarnya selama lebih dari dua puluh tahun. Karya-karyanya inovatif dan berkelas dunia. Gitar dan Gadget (gawai) adalah karya besar pertama yang langsung melejitkan namanya. Gitar Gadget mengkolaborasikan gitar akustik dengan gadget yang dapat menghasilkan berbagai suara dengan cara memasukkan pada aplikasi yang tertempel pada gitar dan gadget.

Memadukan seni dan teknologi adalah obsesi Mr. D yang berharap karyanya menginspirasi terutama generasi muda agar dapat memanfaatkan teknologi untuk inovasi yang positif. Selain gitar, Mr. D juga mengeksplorasi alat music lain. Karyanya Rebana Bergawai sering dimainkan dalam konser-konser musik religi seperti dalam konser Kiai Kanjeng atau Cak Nun. Eksplorasinya merupakan bentuk dedikasinya pada pelestarian alat musik tradisional. Tak hanya di dalam negeri, Mr. D rajin mengkampanyekan musik dan teknologi di luar negeri. Gitar Bluberry G2 miliknya tampil bersama alat musik angklung di ajang World Intellectual Property Organization (WIPO) di Geneva, Swiss.

Meski telah dikenal sebagai musisi besar, Mr. D menolak disebut artis. Tak jarang ia terlihat bercengkerama dengan komunitas maupun berbagi pengetahuan dengan sejumlah anak muda yang berniat mempelajari seni memainkan gitar dari dirinya. Ketenaran namanya ia manfaatkan untuk berkampanye hal-hal positif. Selain musik dan teknologi, Mr. D adalah pemerhati lingkungan hidup. Ia pun kerap mengikuti berbagai kampanye yang berkaitan dengan lingkungan dan seni. Hingga kini, Mr. D masih dipercaya sebagai duta satwa langka yang dilindungi. Demi berkampanye, pada gitar gadget terbaru miliknya yang merupakan karya pengrajin gitar asal bali I Waya Tugas, tampak ukiran bergambar burung-burung dan satwa langka.

Ngopi Musik, Kolaborasi Mr. D dengan Barista
Kali ini, untuk “Tirana Coffee Act” seri Ngopi Musik, bertemakan “Kopi dan Musik”, Mr. D akan memperlihatkan kepiawaiannya bermain musik dengan merespon para barista kopi Tirana. Kolaborasi Mr. D dan Barista ini akan menjadi penampilan unik yang sangat jarang ada. Selain itu, Mr. D juga akan bermain satu panggung dengan para seniman dalam musikalisasi puisi.

Masih tetap dengan keahliannya memadukan musik dan teknologi, Mr. D akan membawa konsep yang sama namun dalam kemasan baru yang lebih segar. Musiknya akan muncul dalam beberapa genre sehingga dapat dinikmati berbagai kalangan.

Profil singkat Mr. D
Membumi, itulah kata yang tepat untuk musisi gitar Indonesia yang memiliki karya-karya berkelas dunia, Doddy Hernanto, musisi asal Surabaya Jawa Timur. Memulai karir sebagai basis pengganti pada groub band ternama di Indonesia, Doddy Hernanto yang akrab disapa Mr. D pun memilih solo karir. Tidak mengenalkan diri sebagai artis, berkarya melalui gitar lebih dari dua puluh tahun, Mr. D telah memiliki berbagai inovasi karya dalam bidang seni music dan tekhnologi aplikasi. Tak pernah bekerja sendiri, Mr. D kerap menggandeng orang-orang berbakat untuk menciptakan karya-karya luar biasa.

Karya terbesar pertamanya adalah gitar gadget, gitar akustik yang dipadukan dengan gadget dapat menghasilkan berbagai suara, tergantung triger apa yang akan dimasuk kan pada aplikasi yang tertempel pada gitar dan gadget. Gitar gadget ini pun diklain pertama kali di dunia.

Karya kedua nya adalah sebuah aplikasi snapcard, aplikasi yang dapat membaca kode batang pada sebuah benda yang telah diformat dengan kode batang terlebih dahulu. kode batang tersebut dapat di aplikasikan pada kartu nama, lukisan, gambar, bahkan data-data penting pun dapat dibaca otomatis hanya dengan menscan aplikasi snapcard yang sudah didownload menggunakan gadget.

Ada pula rebana bergadget, meski karya satu ini belum mendapat paten. Namun, Mr. D telah berkali-kali menggunakan rebana bergadget tersebut untuk mengiringi berbagai kegiatan kegamaan seperti di pondok pesantren atau dalam konser-konser Kiai Kanjeng atau Cak Nun.

Karya nya yang lain, ada pula lukisan tiga dimensi yang dapat tersimpan pada sebuah gadget hanya dengan discan menggunakan aplikasi scaning pada gadget. Dengan lukisan tiga dimensi ini, pecinta seni lukis yang melihat lukisan pun tak hanya bisa menikmati pada dinding tapi juga dapat mengetahui detail informasi dari hasil scan lukisan.

Tak pernah berhenti berkarya, sebagai musisi besar Mr. D selalu berinovasi. Meski telah lahir sebagai musis besar, Mr. D pun menolak disebut artis. Bahkan, tak jarang ia berbagai pengetahuan dengan sejumlah anak muda yang berniat mempelajari seni memainkan gitar dari dirinya.

Ia pun kerap mengikuti berbagai kampanye yang berkaitan dengan lingkungan dan seni. Hingga kini, Mr. D masih dipercaya sebagai brandambasador satwa-satwa langka yang dilindungi. Hal tersebut diperlihatkan dari gitar gadget terbaru miliknya, gitar karya pengrajin gitar asal bali I Waya Tugas. Pada gitar tersebut tampak ukiran bergambar burung-burung dan satwa langka.

Mengabdi pada negeri, berinovasi tanpa henti, itulah moto Mr. D. Ia kerap terganggu jika ada seni asli negeri indonesia ini diusik eksistensi nya, saat ini, ia pun rajin mengkampanyekan seni-seni dalam negeri. Seperti angklung misalnya, pada ajang World Intellectual Property Organization (WIPO) di Geneva, Swiss Mr. D memadukan permainan gitar bluberry G2 miliknya dengan alat musik angklung. Ia berharap, karya nya dapat menginspirasi generasi masa kini untuk memanfaatkan kecanggihan tekhnologi sebagai media inovasi positif.

Tentang Tirana
Tirana Mitra Niaga mulai beroperasi di Yogyakarta tahun 2012. Berawal dengan bisnis fashion retail (Tirana House) yang membuka gerai di Suryodiningratan, kemudian gerai kedua dibuka di Kotabaru. Konsep butik Tirana selalu terintegerasi dengan Art Space dan Co-working Space yang dikelola oleh Tirana Art Management. Tahun lalu, Tirana membuka Tirana Art House & Kitchen di Suryodiningratan 55, sebuah konsep art space yang terintegrasi dengan cafĂ©.

Bukan Sekedar Ngopi
Ada banyak cerita dibalik secangkir kopi. Mulai dari dimana kopi itu tumbuh, tanaman apa yang hidup di sekitarnya, bagaimana ia diproses dan dibakar, apa metode meraciknya, sampai rasa apa yang muncul setelah diseruput. Melalui secangkir kopi kita belajar bagaimana kopi dapat menghidupi para petaninya, tantangan apa yang dihadapinya, bahkan alasan seorang petani terus-menerus bertani kopi meski sering dihargai murah oleh tengkulak. Lebih dalam lagi, ada banyak hal filosofis dan romantisme yang membuat kopi semakin menarik dinikmati.

Cerita inilah yang akan pengunjung dapatkan di Tirana Art House & Kitchen. Para barista akan meracik 10 jenis kopi organik dari seluruh Indonesia, dengan 7 metode pilihan. Ditemani makanan ringan, selain kopi hitam (single origin), juga tersedia kopi dengan campuran susu seperti cappuccino, latte, macchiato. Juga tersedia teh hitam, teh cascara (teh dari kulit kopi), dan matcha latte. Kopi dan teh ini akan menemani pengunjung menikmati karya-karya seni yang dijual di Tirana Art House & Kitchen.

Art Space, Co-Working Space, Event Management
Tirana Art House & Kitchen adalah sarana untuk mengembangkan kreatifitas. Tirana membuka kesempatan kepada para seniman untuk menawarkan karyanya kepada publik. Pameran-pameran juga rutin dilakukan untuk memperkenalkan karya seni kepada masyarakat. Konsep art management Tirana adalah memperkenalkan seni dengan bahasa yang lebih umum, kasual dan mudah dimengerti. Hal ini untuk membuat semakin banyak orang mengapresiasi karya seni, yang sebenarnya tidak serumit yang sering dipkirkan orang.

Mitra Tirana tidak terbatas pada seniman dengan jam terbang tinggi. Tirana justru sangat tertarik untuk menjadi mitra bagi seniman pemula, memberikan tempat untuk berkreasi dan memperkenalkan karyanya kepada publik.

Tirana juga aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan workshop, diskusi, dan pelatihan-pelatihan. Topiknya pun bermacam-macam. Mulai dari membuat karya tangan, bercocok tanam, tumbuh kembang anak, literasi dan tulis-menulis, makanan, hingga kreatifitas memasak. Kegiatan ini berlangsung setiap minggu, biasanya di akhir pekan.

Seperti Workshop “When Coffee Meets Dessert” bersama Putri Habibie yang akan diadakan pada Sabtu, 10 Februari 2018. Putri yang cucu tokoh terkenal Indonesia B.J. Habibie ini, akan berbagi keterampilan mengolah makanan pencuci mulut (dessert) yang kreatif dan mudah diikuti di rumah.


Tirana Art House and Kitchen
Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta 55141
Ph 0274 411615 | WA 081-827-7073
IG @TiranaKitchen | @TiranaArtManagement | @TiranaHouse


--------------------------------------------------------------------------------


Upcoming Event @TiranaKitchen
3.02.2018 #KopidanSeni
Pk 20.00 WIB"TIRANA COFFEE ACT"Special performance by Mr D IG @mrd.onefingerTirana Art House & KitchenJl Suryodiningratan 55 Yogyakarta
Open daily 09.00-24.00 WIB

Beli Pre-paid voucher Rp 40rb untuk makanan/minuman seharga 50rb dan 1 tempat di performance Mr. D. Ambil foto penampilan Mr. D di acara ini, upload, dan dapatkan hadiah spesial dari Mr. D
Ia orang pertama di Indonesia yang mengkolaborasikan gitar dan gadget. Karya nya pernah di pamerkan di Swiss pada ajang World Intellectual Property Organization (WIPO) di Geneva, Swiss. Bahkan bisa disebut karya Mr. D ini satu-satu nya di dunia. Tak hanya gitar, ia pun telah menciptakan alat rebana bergawai.
Keahlian melukis pun ia aplikasikan dalam karya lukis digital dengan tekhnologi scanning. Tak hanya itu, pria yang berjuluk gitaris satu jari ini juga aktif sebagai Brand Ambasador satwa langka dilindungi.


Jangan Lupa Bahagia :)


Tulisan Pengantar Pameran Seni Rupa “HEPI HEPI” | 3 – 28 Februari 2018

JANGAN LUPA BAHAGIA J
oleh Nunuk Ambarwati

Pameran HEPI, HEPI  ini terdiri dari 5 perupa muda yang memiliki latar pendidikan yang berbeda-beda dan juga berasal dari beda daerah. Setiyoko dan Miftahul Khoir dari jurusan seni murni, Susiyo Guntur dan Lambang Hernanda dari jurusan desain komunikasi visual, Ahmad Khoirudin Nasikin jurusan patung. Mereka dipersatukan dalam pameran kelompok ini bukan hanya karena sama-sama dari satu almamater, yakni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Namun tanpa mereka sadari, cara pandang berkarya menyatukan mereka. Bahwa berkarya harus bebas tanpa beban. Beberapa person dalam kelompok ini jelas-jelas menyatakan bahwa mereka ingin mendobrak dari tatanan yang selama ini ada. Tak heran bila tajuk pameran mereka pun menunjukkan semangat kebebasan, penekanan pada kata bahagia hingga dua kali dan dengan ejaan yang kekinian, “Hepi Hepi”. Maka sifat keanggotaan dalam kelompok ini pun masih cair, plastis, tak mengikat.


SETIYOKO (YOKO)
Setiyoko akrab disapa Yoko menghadirkan dua karya dengan tema yang berbeda. Dikerjakan di seputaran tahun 2017, dengan media oil, acrylic juga pensil di atas kanvas. Namun demikian, keduanya terinspirasi dari televisi, lebih ke dekoratif, permainan distorsi figur dan banyak ruang kosong. Karya pertama, gagasannya muncul dari televisi yang rusak. Televisi rusak hanya menyajikan gambar buram dan monoton. Angka 11 di pojok kanvas menyiratkan simbol chanel di televisi. Karya dekoratif Yoko ini mengajak penikmatnya untuk menikmati bersama apa yang seniman rasakan. Sementara karya kedua (ukuran 90 x 90 cm), terinspirasi dari tokoh kartun tayang reguler di televisi, Naruto. Tokoh lucu ini memiliki karakter gambar yang khas, dilihat dari sisi manapun wajahnya selalu digambar dari samping, sehingga mata dan mulutnya hanya nampak satu sisi. Memang saat ini Yoko sedang banyak mengolah gambar-gambar figur.

Yoko, pemuda asal Solo ini memiliki pengalaman menarik sebelum akhirnya ia masuk kuliah di ISI Yogyakarta tahun 2013. Dia pernah live sketch menggambar bersama seorang copet! Dia juga sering live sketch dari pasar ke pasar (sekitar tahun 2010). Menurutnya, pasar itu unik. Saat kelas 4 SD, Yoko harus mengulang mengerjakan soal ujian bahasa Jawa dan PPKN karena sebelumnya dia hanya menggambari kertas ujiannya (ha ha ha). Buat Yoko, mencari pengalaman di luar sekolah formal lebih menyenangkan. Maka ia sering magang di beberapa tempat, ikut aktifitas kesenian di beberapa event. Saat ditanya siapa tokoh yang menginspirasi karyanya, “Basquiat!”, jawabnya. Tidak mengherankan ketika pilihan jatuh pada tokoh tersebut, karena spirit kebebasan berkarya Basquiat memang sealiran dengan Yoko. Bagi Yoko, mengapa gambar harus diatur, langsung saja menggambar apa adanya, memberontak dari pakem konvensional, lebih beda itu lebih asyik.



SUSIYO GUNTUR
Guntur berlatar pendidikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) 11 Semarang. Guntur berasal dari Ambarawa, Jawa Tengah. Tahun 2011 baru menempuh studi di jurusan Desain Komunikasi Visual (DisKomVis) ISI, Yogyakarta. Dia pernah pengalaman kerja selama satu tahun di sebuah studio animasi kenamaan di Bogor. Saat ini Guntur telah bekerja secara professional sebagai desainer di sebuah kafe di Yogyakarta.

Mulai berkarya sekitar 2012, di tahun tersebut pula dia mulai menggarap drawing dengan media pen dan tinta bak. Sekitar tahun 2016, Guntur beralih dari media drawing pen ke tinta bak. Namun demikian, media ini tidak banyak mempengaruhi karakter karyanya, garis-garis yang rapi dan tegas tetap bisa muncul dengan kuat. Pada pameran kali ini, Guntur menghadirkan dua karya (seri) berukuran 100 x 70 cm dengan media acrylic on canvas. Pemilihan media kanvas bukannya tanpa alasan. Bagi Guntur, jurusan DisKomVis tidak melulu dengan media digital atau media konvensional yang sering dipakai mahasiswa jurusan seni grafis. Tengok karya tugas akhirnya di kampus baru-baru ini, mengusung tema Perancangan Typhography buku Khalil Gibran, Guntur menghadirkan quote-quote dengan berbagai gaya typography 10 kanvas penuh di ruang pajang. Kanvas menjadi semacam “perlawanan”, dia ingin “mendobrak” kebiasaan media yang dipakai oleh kalangan desain grafis. Dan saat ini, Guntur masih berkutat dengan project seni pribadinya, yakni buku kumpulan karya ilustrasi terbarunya. Nantikan!

LAMBANG HERNANDA (BENK)
Lambang, pemuda asal Purworejo. Memiliki bakat menggambar dari ayahnya yang seorang guru kesenian di sekolah dasar. Meski sempat kuliah di UNNES jurusan seni murni (kurang lebih satu semester), tetapi dari awal Lambang ingin ke jurusan DisKom ISI Yogyakarta. Lambang pernah tercatat sebagai Ketua Desain Komunikasi (DisKom) Drawing Foundation periode 2014-2015 di kampus ISI Yogyakarta. Dia memang berasal dari jurusan Desain Komunikasi Visual angkatan 2012. Diskom Drawing Foundation digagas oleh perupa muda aktif dan ternama, Oky Rey Monta (akrab dipanggil Kirey), bertujuan untuk mengumpulkan para mahasiswa ISI yang suka membuat drawing. Tak jauh-jauh dari nama Kirey, Lambang saat ini lebih sering membantu Kirey (tepatnya asisten seniman) untuk menyelesaikan karya-karyanya. Maka tak heran, karya Lambang yang dipamerkan saat ini, sedikit banyak mendapat pengaruh dari idolanya tersebut. Disampin Kirey, Lambang juga mengakui nge-fans dengan seniman Ramon dan Kim Jung Gius (di seputaran tahun 2012).  Karya Lambang dalam pameran ini menggambarkan sosok monyet yang menjadi shionya. Pemilihan karakter monyet yang muncul dalam karyanya kali ini merupakan hasil pencarian tak mudah, karena Lambang ingin menampilkan karakter monyet yang memiliki wibawa.

MIFTAHUL KHOIR
Khoir ini arek Surabaya banget. Menempuh studi di SMSR Surabaya. Meskipun fisiknya ada di Yogya, kuliah di jurusan lukis ISI Yogyakarta tetapi jiwa, hati dan pikiran ada di komunitasnya di Surabaya. Sejak 2009, Khoir aktif berorganisasi dengan komunitasnya tersebut, berkegiatan seperti membuka kelas workshop, membuka peluang tempat kerja paruh waktu dan membantu korban bencana alam. Dalam kelompok ini, Khoir memang paling produktif berkarya, dalam satu bulan dia bisa menghasilkan 12 karya. Latar belakang kehidupan pribadinya turut andil besar mempengaruhi gaya lukisannya. Sejak kurun waktu 2016, karya-karyanya beralih ke aliran abstrak. Meskipun abstrak, baginya karya-karya tersebut bercerita sungguh dalam. Misal ada satu karya abstrak yang bercerita tentang bunga perdamaian. Bunga tersebut simbolisasi dari seorang ibu dalam sebuah keluarga, ibu yang menenangkan ketika rumah tangganya terkacaukan oleh problematika urusan domestik.

AHMAD KHOIRUDIN NASIKIN
Nasikin sempat menempuh studi di jurusan seni lukis selama 4 semester (2012). Hingga ia terancam drop out dan akhirnya pindah jalur studi ke jurusan seni patung tahun 2015 hingga sekarang. Dari ke 5 person dalam kelompok ini, karya Nasikinlah yang menampilkan karya 3 dimensi. Pemuda asal Tulungagung ini membiayai sendiri biaya kuliah dan produksi dalam berkarya. Karena orang tua tidak mendukung dirinya kuliah di jurusan seni dan menjadi seniman. Bagi keluarganya di Tulungagung dengan latar belakang agrikultur, pekerjaan sebagai TKI (tenaga kerja Indonesia) ke luar negeri lebih menjanjikan. Maka sejak lulus dari SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) jurusan otomotif, Nasikin sudah hijrah ke Yogya.


Nasikin menghidupi dirinya sebagai artisan seniman yang membutuhkan jasanya. Membantu mengerjakan karya, membuatnya bisa mendapat penghasilan dan juga pengalaman. Karya-karya patung Nasikin lebih banyak bermediakan resin dan menggambarkan figur (tubuh). Ia lebih menyukai karya patung yang polos dan sederhana dalam tampilan. Karyanya ingin bercerita tentang waktu dan tubuh. Figur yang ia gambarkan berupa sosok laki-laki, karena merasa tubuh laki-laki yang paling dekat dengan dirinya sendiri. Ia tetap membuat sketsa patung-patungnya terlebih dahulu, meskipun pada eksekusinya ia biarkan posisi tubuh figur mengalir mengikuti kata hati. Pada sebuah wejangan dari orang tua yang diingatnya hingga kini, Nasikin memperhatikan berapa jumlah figur patung yang dipajang. Jumlahnya disesuaikan dengan angka hoki, sesuai angka-angka yang ada di kitab suci Al Quran seperti angka 99. Pilihan angka bagus lainnya seperti angka 8, 7 atau 11 (bila ingin jumlah lebih banyak tinggal dikali atau ditambah).

----------------------------------------------------------------------------------
Tirana Art House and Kitchen
Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta 55141
Ph 0274 411615 | WA 081-827-7073
IG @TiranaKitchen | @TiranaArtManagement | @TiranaHouse
Buka setiap hari, pk 09.00-24.00 WIB




Wednesday, January 03, 2018

Village and Heritage Tour

Hari pertama di tahun ini, serunya bisa nemenin nge-trip di seputar kawasan Borobudur. Program trip dimulai pukul 08.00 pagi, berangkat dari Yogyakarta menuju Borobudur. Jalanan masih sepi di pagi hari, maka perjalanan kami tempuh dalam waktu 1,5 jam.

Vihara Mendut
Destinasi pertama ke Candi Mendut. Tetapi, sebelum menuju ke loket tiket, ada sebuah Vihara cantik yang membuat kami ingin melihat dan masuk. Vihara Mendut namanya. Sebelumnya memang tertutup untuk umum, namun sekarang membuka diri untuk pengunjung. Kami melihat ada seorang Biksu yang sedang membersihkan lingkungan Vihara. Tentu saja bisa berfoto-foto bebas disana, tetapi ingat, harus mengindahkan etika karena vihara adalah rumah ibadah. Misalnya, ada larangan untuk tidak memasuki kompleks tertentu atau tidak menaiki bangunan, melepas alas kaki dan sebagainya.
Banyak kolam-kolam dipenuhi ikan dan bunga teratai yang sungguh cantik. Di beberapa sudut, patung-patung dilengkapi dengan bunga segar. Detail arsitektur dan landscape taman nya sangat indah. Ambiencenya sangat homy dan peaceful.










 


Vihara Mendut

Puas di Vihara Mendut, kami melanjutkan langkah ke Candi Mendut, hanya berjarak kurang lebih 20 meter. Tiket masuk hanya Rp 3500,- per orang. Di candi Mendut banyak cerita relief yang disimbolkan dengan binatang (angsa, kura-kura, gajah, singa dll). Menariknya disini, ada sebuah pohon Bodhi yang sudah tua dan cukup besar. Pohon Bodhi menyerupai pohon Beringin. Berukuran besar dan akarnya menjulur-julur dari atas. Daun pohon Bodhi berukuran lebih besar daripada pohon Beringin dan bisa dibuat karya kerajinan. Bagi penganut agama Budha, pohon Bodhi mendapat tempat tersendiri karena Sidharta Gautama lahir dibawah pohon Bodhi. Yang menarik lainnya, masih dalam halaman Candi Mendut, ternyata ditemukan candi-candi baru yang masih dalam tahap konservasi dan penataan.
Candi Mendut

Pohon Bodhi di Candi Mendut











Destinasi selanjutnya, Candi Pawon. Candinya berukuran lebih kecil. Tiket masuk sama dengan Candi Mendut Rp 3.500,-/orang. Karena  lokasinya agak nyempil dan candinya kecil, mungkin banyak wisatawan akan melewatkan candi ini.

Diseberang candi, di ujung jalan ternyata ada warung kopi Luwak. Di depan warung, biji-biji kopi dijemur. Biji kopi yang baru saja keluar dari kotoran Luwak atau biji kopi yang sudah bersih. Staf warung menyapa dengan ramah dan menjelaskan tentang asal kopi. "Katanya ada Luwaknya beneran mbak?", tanyaku penasaran. "Iya ada, di dalam," sahutnya.

Lalu kami menuju belakang warung. Disana ada beberapa binatang Luwak baru tidur (karena pada malam hari mereka bangun) dan ada beberapa pohon kopi. Lucunya, nama-nama Luwak dinamai dengan nama Ijem, Minah, Popo dan sejenisnya hahaha. Luwak-luwak disitu dipelihara hanya sebagai gimmick buat pengunjung warung. Karena banyak orang yang belum mengetahui binatang Luwak seperti apa. Sehari-hari mereka makan buah-buahan.

Saya belum sempat ngerasain kopinya, ada arabica dan robusta. Pas dicium bau kopinya, saya lebih suka yang arabica. Kopi Luwak yang didapatkan di warung ini dari binatang Luwak liar di Wonosobo. Sebagai informasi, kopi Luwak (biji atau bubuk) disini dijual Rp 400rb/1 ons. Wow!

Yuk lanjut trip kita, menuju ke showroom workshop batik tulis Borobudur. Disini motif batik yang digambarkan diambil dari motif relief Candi Mendut dan Pawon. Disini diajari membatik hingga pewarnaan, kurang lebih 1 jam. Sambil membatik, kita bisa dengerin cerita-cerita penduduk setempat tentang potensi wisata di kawasan Borobudur. Asik kan!

Hmm jam sudah menunjukkan pukul 12.15 siang. Saatnya makan siang. Salah satu wisata kuliner tujuan kami di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Borobudur. Dan akan ada 20 Balkondes di seputaran Borobudur, yang memiliki karakter kuliner juga dipadukan wisata alam masing-masing. Waaahh, bisa panjang nih next trip kita hehe. Ide Balkondes ini tercetus dari RI 1, Bapak Jokowi. Ke 20 Balkondes tersebut masing-masing dibiayai oleh BUMN, menyewa tanah kas desa selama 20 tahun. Keberadaan Balkondes ini adalah upaya pemberdayaan ekonomi setempat. Dan baru ada di kawasan Borobudur saja. Hebat! Di Balkondes Borobudur disajikan menu lokal, pertunjukan karawitan (kita juga bisa ikutan main lho), wisata andong, juga toko souvenir. Di depan Balkondes Borobudur, tersedia homestay dengan arsitektur yang nyaman bila kita ingin bermalam.

So sudah kenyang,  mari lanjut ke destinasi terakhir, di dusun Klipoh. Kurang lebih 5 menit dari Balkondes Borobudur. Dusun ini dikenal karena sebagian besar penduduknya yang membuat gerabah atau keramik. Namun kita tidak bisa bawa pulang langsung keramik buatan kita, karena harus menunggu kering dan melalui proses pembakaran (kurang lebih makan waktu 3 hari). Tapi jangan khawatir, hasil karya kita bisa dikirim ke alamat kok.

Sudah di akhir trip hari ini (pukul 14.00 WIB), rasanya belum puas ya. Ternyata kawasan Borobudur menyimpan banyak aset wisata yang asik dan menarik! Sebaiknya kita lanjutkan di trip berikutnya. Setuju?!