Tuesday, October 28, 2014

Teman Seperjalanan :)

Buat sebagian besar wanita, tas merupakan satu hal yang sangat menarik perhatian mereka. Demikian juga saya. Urusan sepatu dan tas, selalu menyita atensi. Seneng kayaknya melihat koleksi tas punya lemari khusus. Berbeda tentengan di acara yang berbeda pula, kalau acara formal pakai yang ini, acara hangout pakai yang itu. Seru ya! Berikut ini beberapa koleksi tas-tas dan dompet-dompet kecil yang setia menemani perjalanan saya selama ini. Faktor pemilihan tas dan dompet ini terlebih bukan karena merknya, tetapi karena disesuaikan budget belanja (hihihihi...), lucu atau tidaknya dan baru terakhir kebutuhan. Semoga menginspirasi entah dari sisi yang mana. Yuk simak...

Tas ini cukup terjangkau harganya. Beli dari seorang teman yang berjualan online. Katanya sih dari kulit. Tapi memang awet dan tahan lama kok. Sudah 2 tahun mungkin ia menemaniku jalan. Biasanya bawaanku selalu banyak, kalau terlewat bawa satu hal saja, rasanya belum komplit hari itu. Nah tas setidaknya mampu menampung apa aja yang pengen kubawa. Yang bikin lucu karena di bagian dalamnya pakai kain motif bunga kecil-kecil. Karena memang jam terbangnya tinggi, maka tas ini sudah mulai rusak disana sini, soal ritsleting dan handlenya yang hampir putus. Tapi so far masih kupakai sehari-hari.
 
Tas ini memang fungsinya untuk membawa laptop, merk Export. Ukurannya agak besar dan agak berat, apalagi kalau laptopnya jadul. Sudah cukup lama bersama saya, kurang lebih saya beli antara tahun 2006 - 2007. Kadang tas ini juga dipakai untuk tas biasa, maksudnya tidak untuk membawa laptop. Yang membuat unik dari tas ini disamping banyak kantong dalamnya, juga karena kombinasi warna, luar hitam dan dalam merah. 

Usia tas ini lebih lama dibanding tas laptop Export tadi, kurang lebih saya dapatkan di tahun 2004-2005. Tas hitam formal ini istimewa karena oleh-oleh teman dari Singapore, merk ternama IKEA. Sampai sekarang masih awet, bahannya bagus dan kuat. Hanya memang warna hitamnya sudah sedikit memudar. Tas ini enak banget untuk membawa kertas-kertas dokumen karena kantong dalamnya memanjang.
Tas orange cantik ini juga istimewa karena merupakan hasil kreatifitas tim Tirana House. Tas ini merupakan kombinasi bahan rajut dan lurik dan berlabel (merk) Tirana. Handlenya dua macam, pendek (jinjing) dan panjang (selempang). Keren abis! Disarankan untuk tidak terlalu banyak membawa barang bawaan didalam tas ini, sayang tas nya :) Karena warnanya orange, saya tidak cukup pede untuk memakainya selalu, jadi tas ini sering ditinggal di rumah saja.

Tas rajut ini cantiiikkk banget saya beli tahun 2014. Bikinan Denina Bag. Kombinasi rajut dan kain motif bunga-bunga. Di kantong dalamnya pun bermotif sama seperti luar, motif bunga-bunga kecil. Tas ini berukurannya cukup besar. Warnanya pun saya suka sekali, langsung jatuh cinta lihat pertama kali. Handlenya juga bisa dua macam, pendek dan panjang. Dan seperti tas rajut orange, tas ini juga sebaiknya diperlakukan sama, yakni tidak terlalu banyak bawaan, karena tasnya menjadi semakin berat. Sebenarnya tas ini saya beli untuk menggantikan tas kulit coklat yang sudah mulai rusak, tapi karena tasnya sendiri sudah agak berat, ditambah bawaan, jadi makin berat. Jadi urung dpakai sehari-hari. Sekarang lebih banyak disimpan di rumah.
Nah berikutnya, dompet-dompet kecil. Salah seorang teman pembuat tas menyarankan, bila tasnya ingin awet, tidak banyak sering dicuci; sebaiknya selalu membawa inner bag atau dompet kecil, pouch dan semacamnya. Sehingga barang-barang lebih kecil bisa dimanage dalam satu tempat. Pulpen juga tidak mengotori tas bila bocor dan noda kemana-mana. Yuk intip koleksi dompet-dompet kecil saya :)

Dompet koin lucu banget. Setuju kan! Warnanya hijau tosca pastel, tertempel figur hewan jerapah dan bertuliskan 'On the Earth. Animal. Design by Languo'. Saya beli di Jakarta, 2014 di sebuah toko merchandise 'Scoop'. Di toko itu banyak sekali merchandise lucu-lucu tema vintage. Dari sekian banyak dompet, pilihan saya jatuh pada yang satu ini. Saat ini fungsinya memang untuk menampung uang koin. Bentuknya pun meruang, jadi cocok banget untuk menyimpan barang-barang kecil. Kadang-kadang peniti, karet gelang atau jepit rambut juga masuk ke dompet ini :)
Dompet ini saya beli karena keunikan teknik quiltingnya. Ada 3 'permen' di bagian depan. Warnanya pinky dan ada dua kantong, cocok untuk membawa HP lebih dari satu. Bahannya juga nyaman sekali, kainnya lembut. Sayangnya cepat kotor jadi harus sering dicuci. Dan sebaiknya mencucinya tidak digosok terlalu keras supaya warnanya tidak cepat pudar. Dibeli tahun 2013 di toko merchandise dekat rumah. Dompet ini handmade, dibuat oleh Yulianti R Abhinaya | Rumah Quilt Abhinaya. Labelnya masih ditulis pakai tangan lho untuk menunjukkan bahwa itu handmade. Produknya lucu-lucu, keren abis!

Nah sama seperti yang pinky. Dompet ini produksi Yulianti R Abhinaya | Rumah Quilt Abhinaya. Tahun 2014 saya beli lagi, abis lucu sih dan suka produknya. Kali ini kantongnya satu saja dan bentuknya bulat. Bisa buat isi apa sajalah. Saat cuma ingin pergi ke warung, bawa dompet ini isi uang secukupnya dan 1 HP, udah pas :)

Yang bikin pengen beli dompet ini karena warnanya merah menyala. Designnya pun unik, tulisan huruf Jawa kuno 'Kraton'. Apalagi harganya murah sekali, tidak sampai Rp 50 ribu, di beli di toko merchandise dekat rumah. So, dompet ini selalu ada di tas saya juga untuk mengantongi apa saja, ganti-ganti. Kadang nota-nota, pulpen, atau pembalut satu pcs (hehehe untuk jaga-jaga).
Koleksi satu ini dipilih memang karena bahannya lurik, produksi teman juga Lusi Benang Lurik. Dibeli saat ada bazaar di dekat butik Tirana tempat saya bekerja di Minggiran. Warnanya kombinasi luriknya bagus, dominasi merah. Ada 3 kantong, bisa membawa banyak item kecil-kecil. Alat-alat make up sehari-hari (kecuali bedak, karena tidak bisa masuk) saya taruh di dompet ini.
Aaaah hampir ketinggalan yang satu ini, abis kecil imut sih. Ini dompet khusus untuk kartu nama (cardholder). Spesial oleh-oleh teman dari kunjungannya ke luar negeri. Merk Frederrique Constant, Geneve. Tagline mereka 'Live your Passion'. Warnanya ngejreng, orange. Bahannya kulit. Makin pede kalau keluarin kartu nama pakai cardholder yang satu ini ya Ladies :)

Dompet yang satu ini keren juga. Bahannya bagus, dari lurik. Produksi Lawe. Di bagian depan sebenarnya ada logo Jogja Gallery terbuat dari tembaga, tapi saya copot karena logonya runcing-runcing, khawatir melukai kalau pas buru-buru buka dompet. Ya memang, dompet ini merupakan merchandise Jogja Gallery bekerjasama dengan Lawe. Ada 3 kantong didalamnya. Bentuknya memanjang, elegan sekali, warna luriknya pun saya suka. Sebenarnya dompet ini cocok untuk dipakai acara formal seperti resepsi pernikahan dan sebagainya, tapi sekarang saya pakai untuk dompet sehari-hari, isi nota-nota, kartu-kartu bank, uang, kadang pulpen juga saya masukin situ.
Nah itu tadi sekelumit koleksi tas dan dompet yang menemani perjalanan saya sehari-hari. Semoga menginspirasi :)

Photo courtesy by: Norisma Andhi Soebagyo

Sunday, October 26, 2014

Kayu Nafas Hidup


Tulisan pengantar pameran seni visual 'PLUS MINUS' karya Nugroho
Oleh Nunuk Ambarwati


Pengalamannya selama 14 tahun diranah kerajinan kayu, membuatnya mengenal betul karakter media ini. Nugroho, seniman kelahiran Klaten (14 September 1975) memang memiliki latar belakang sejarah keluarga yang berkutat dengan kayu, khususnya furniture. Ia juga banyak menjadi artisan beberapa seniman ternama di republik ini, antara lain Heri Dono, Budi Ubrux, Lugas Sylabuss, Robert Kan, Mestoria Ve dsb. Baginya kayu merupakan nafas hidup. Pilihannya jatuh pada kayu jati karena lebih mudah didapat, kualitas teruji dan tidak perlu banyak treatment. Meski ia hanya menempuh 2 semester di jurusan seni patung, Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta (tahun 2011-2012), tak berarti menyurutkan semangatnya untuk bekerja dan bekarya. 


Dalam pameran tunggalnya kali ini, Nugroho menampilkan karya yang menggabungkan teknik seni grafis dan patung. Akhir tahun 2013, Nugroho banyak terlibat dalam event Jogja Miniprint Biennale. Ia diminta membuat logo JIMPF (Jogja International Miniprint Festival) di sebuah media kayu besar berukuran kurang lebih 1 x 2 meter. Lalu ia buat logo tersebut dengan teknik cukil dalam. Melalui event tersebut, Nugroho memiliki pengetahuan tentang teknik cetak tinggi atau rendah di dunia seni grafis. Maka saat mempresentasikan pameran ini, ia beri tajuk ‘Plus Minus’. Dimana karya-karyanya memang menggambarkan bagian cekungan dan bagian yang timbul, atau positif dan negatif pada karya master seni grafis. Maka terciptalah karya patung relief atau patung 2 dimensi. Yang unik dari karya-karyanya ini adalah, Nugroho mengecek apakah relief yang dihasilkan sudah sesuai yang ia maui dengan memotretnya. Ketika hasil jepretannya sudah menimbulkan efek 3 dimensi sesuai kriteria, maka karya sudah selesai. Bila belum, maka ia akan membuat cekungan atau merevisinya. Pada pameran ini, Nugroho juga tak ingin kehilangan jati dirinya kepada publik seni rupa yang mengenalnya sebagai seorang seniman patung. Maka karya-karyanya tetap memiliki teknik khas pengerjaan patung, seperti ukiran pada detailnya. Dan bahkan Nugroho tetap menampilkan karya 3 dimensi, patung-patung berukuran 30 cm dengan judul seri ‘Selembar’. 


Bagi Nugroho, mendapatkan media kayu tak sulit baginya. Sembilan karya yang rencananya akan ditampilkan pada pameran ini, semuanya merupakan limbah kayu, eks rumah-rumah yang dibongkar. Ia merasa miris ketika limbah-limbah kayu hanya berakhir sebagai kayu bakar di rumahnya. Maka Ia kumpulkan, olah, cutting, assembling dan seterusnya. Salah satu upayanya mengolah sampah menjadi karya seni yang menakjubkan di tangannya. Semua karya-karya tersebut juga ia kerjakan dengan mesin rakitannya sendiri. Ya mesin rakitan! Karena ia tak mampu membeli mesin pemotong kayu standar pabrik atau made in luar negeri. Ia rakit sendiri mesin pemotong sesuai apa yang ia kehendaki. Dan berhasil! Mesin buatan luar negeri seharga Rp 15Juta yang hanya bisa dibeli di Singapore, mampu ia buat sendiri sesuai kegunaannya. Meski tampilannya tak sekeren mesin seharga Rp 15 Juta, ia berhasil membuatnya hanya dengan seharga Rp 400rb.


Meski hanya 9 karya, bagi Nugroho, semua karya yang ia tampilkan saat ini sudah mewakili semua teknik dalam pengerjaan sebuah kayu. Antara lain seperti teknik pemotongan kayu, pewarnaan, penyambungan (assembling) hingga finishing. Mari simak detail keterangan Nugroho perihal teknik pada karyanya.


Judul: Seirama | kayu jati | 46 x 38 x 3 cm | 2014
Karya ini menggambarkan sosok ballerina. Diberi judul ‘Seirama’ karena potongan serat kayu yang menjadi backgroundnya memang seirama. Setelah kayu-kayu dipotong sesuai seratnya, kemudian ditempel juga mengikuti alur serat kayu tersebut. Lihat foto tampak depan dan tampak belakang berikut ini. Teknik pewarnaannya menggunakan cat khusus untuk kayu. 

Karya berjudul 'Seirama' tampak depan dan tampak belakang.


Judul: Nggaya | kayu jati | 67 x 37 x 3 cm | 2014
Melalui karya ini, Nugroho ingin sedikit ‘ngabstrak’ (karya dengan aliran abstrak). Abstraknya ia tampilkan pada potongan-potongan kayu yang menjadi latar belakang figur perempuan tersebut, yakni berupa potongan-potongan kubus 3 cm persegi. Kayu yang dipakai pada karya ini, semuanya kayu jati tua kecuali bagian rambutnya. Nugroho mencari perajin kayu yang masih menggunakan teknik manual serut untuk menghaluskan kayu. Sehingga ia bisa mendapatkan material untuk bagian rambut figur yang ingin digambarkan dengan rambut ikal.

Karya berjudul 'Nggaya' tampak depan dan tampak belakang.


Judul: Lamunan | kayu jati | 50 x 38 x 3 cm | 2014
Karya ini merupakan hasil eksperimen pertama menggunakan teknik penciptaan plus minus ini. Seminggu lebih Nugroho menghabiskan eksperimen untuk mendapatkan hasil sesuai yang ia mau. Pada karya ini, teknik pemotongannya menggunakan teknik seperti memotong mentimun. Yakni kayu diletakkan melintang dan dipotong bulat-bulat seperti memotong mentimun. Hasilnya, aksen serat melingkar kayu tampak terlihat. Bagi peneliti kayu, kita bisa mengidentifikasi usia kayu dari lingkaran-lingkaran tersebut. 

Karya berjudul 'Lamunan' tampak depan dan tampak belakang.

Judul: Spirit | kayu jati | 35 x 50 x 3 cm | 2014
Dari judulnya, Nugroho memang ingin membangun spirit positif. Selalu bersemangat untuk bekerja, berkarya dan hidup. Warna pilihannya pun hijau, menyimbolkan makna kesegaran. Hampir sama pada karya berjudul ‘Seirama’, karya ini menggunakan teknik pemotongan yang mengikuti arah serat kayu. Hanya bila pada karya ‘Seirama’ dipotong dan disusun mendatar, pada karya ini dipotong dan disusun menurun. 

Karya berjudul 'Spirit'.

Ada karya lain pada pameran ini yang ia susun dari potongan-potongan kayu berukuran kubus 1 cm. Wow, cukup mengejutkan ya! Teknik pemotongannya pasti rumit dan melelahkan. Pilihan figur-figurnya memang didominasi perempuan; alasannya disamping lebih menarik untuk dieksplorasi, Nugroho juga menyesuaikan dimana ia berpameran, yakni di sebuah butik fashion, Tirana House. Ia pun memang lebih sering mengeksplorasi dunia fashion dan sangat tertarik pada dunia ini. Seperti missal mengolah drapery pada lembaran kain, membuat manekin dari susunan huruf-huruf alpabeth. 


Saat ini Nugroho justru lebih banyak disibukkan menjadi perajin furniture dan artisan. Waktunya hampir 24 jam penuh berkutat di studio miliknya di kawasan Dongkelan, Bantul, Yogyakarta. Saat ditanya, kenapa masih ingin pameran? Apa makna pameran untuknya? Ini jawabnya. Pertama untuk menjawab tantangan yang pernah diberikan kepadanya, apakah bisa mencipta karya. Kedua menambah prestasi pada curriculum vitaenya. Ketiga sebagai medianya untuk ‘keluar’ dari rutinitas dan supaya tidak terjebak pada dunia craftman (kerajinan kayu) dan yang keempat, yang jauh lebih penting adalah soal kepuasan batin.


Pameran tunggal seni visual karya Nugroho
‘PLUS MINUS’

26 Oktober – 25 November 2014
Tirana Artspace | Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta
ph. 0274 411615 | 081 827 7073
Buka setiap hari, pk 09.00 – 21.00 WIB
Gratis. Terbuka untuk umum.

Friday, October 24, 2014

Plus Minus

Tulisan pengantar pameran tunggal seni visual (patung relief) karya Nugroho
MENYUSURI ENERGI SENIMAN
Oleh Syahrizal Pahlevi.

Kesan utama ketika mengamati karya-karya Nugroho adalah tingkat craftmanshipnya yang  tinggi. Di tangan seniman ini, potongan kayu sisa atau limbah dari produk furniture (seperti pembuatan meja/kursi/lemari dan berbagai perabotan lain, pen) yang tidak digunakan digubah menjadi sesuatu yang menggelitik. Menggelitik karena sekilas tampilan karyanya tampak sederhana namun jika dicermati terlihat kerumitan pengerjaan yang memerlukan jam terbang panjang dan kecakapan teknik yang baik. 
  
Kebetulan Nugroho memiliki modal tersebut. Latar belakang keluarganya yang bersinggungan dengan produksi furniture memberi kesempatan Nugroho bergaul dengan  sifat-sifat kayu dan penggunaan mesin produksi  sejak ia kecil. Bahkan sebelum memutuskan berkarir sebagai pematung profesional ia sempat memiliki sebuah usaha furniture sendiri sehingga ia paham betul bagaimana kwalitas dan standar perabotan buatannya agar dapat bersaing di pasaran.  Pengalaman mengakrabi sifat kayu dan mesin produksi inilah yang secara tidak langsung membentuk karakter seorang Nugroho yang lekat dengan patung media kayu. Ditambah pergaulannya dengan berbagai seniman dan kesempatan mengenyam bangku kuliah di jurusan seni patung ISI Yogyakarta yang hanya dijalaninya  beberapa semester turut menebalkan keyakinan diri dalam  menjalani keputusannya. Di studionya di daerah Bantul, Yogyakarta yang nampak seperti “panglong” (tempat penggergajian kayu, pen), sehari-hari ia dibantu asistennya berkutat mengerjakan karya dan benda  berbahan kayu, baik merupakan pesanan dari berbagai seniman, perorangan dan instansi maupun untuk keperluan karya pribadinya memenuhi agenda pameran. (catatan: beberapa seniman seperti Lugas Syllabus,  Budi Ubrux, Bambang Heras, Yuli Kodo dll pernah mempercayakan pengerjaan karya bermedia kayu mereka pada Nugroho). 

Nugroho menghadirkan 6 karya patung yang kesemuanya bermediakan kayu jati bekas/potongan sisa/limbah produksi furniture. Kayu seperti kita kenal adalah termasuk materi yang keras dan pejal yang untuk membentuknya hanya dapat dilakukan dengan  tindakan memotong, memahat dan mengukir baik dilakukan secara manual ataupun dengan bantuan mesin. Dengan teknologi khusus material kayu dapat juga ditekuk/dibengkokkan namun sangat  terbatas pencapaiannya. Beberapa pematung yang berbahan utama kayu telah kita kenal sebelumnya antara lain Anusapati, Ali umar, Abdi Setiawan di Yogyakarta dimana  kesemuanya banyak menggunakan kayu utuh. Kayu utuh memang lebih kokoh, kuat, berkarakter dan lebih leluasa dibentuk buat sebagian pematung. Kehadiran Nugroho dengan patung-patung berbahan kayu limbah dengan penggarapan yang memperhatikan karakter dan sifat-sifat kayu cukup menarik. Usahanya menjadikan limbah kayu  yang seringkali dibuang atau berakhir sebagai kayu bakar patut diapresiasi. Bukan sekedar persoalan bagaimana memanfaatkan barang bekas/limbah karena hal tersebut sudah kerap dilakukan banyak orang atau seniman (seperti dalam usaha kerajinan dan beberapa karya seniman) atau sekedar upaya berkarya dengan  biaya murah (karena beberapa jenis limbah justru harus dibeli dengan cukup mahal), namun tanpa ditunjang kecerdikan mensiasati keterbatasan material usaha yang dilakukan tidak akan maksimal.  Nugroho cukup cerdik memainkan potongan-potongan kayu termasuk alur alami kayu  untuk menunjang ide idenya. 

Mengambil judul  “Plus-Minus” yang diterjemahkannya lewat pertemuan efek negatif dan efek positif kebentukan, karya Nugroho didominasi teknik assembling yang cair dimana teknik-teknik lain leluasa masuk. Ia menyambung, merekatkan, merangkai, “mencetak model”, menoreh, mencukil, mengukir dan mewarnai secara transparan bagian-bagian kayunya. Dari 3 karyanya yang menggambarkan figur wanita dengan gaunnya (“Spirit”, “Dalam Lamunan” dan “Seirama” ) Nugroho tampak asik  dalam pertukaran antara bentuk yang mencuat keluar dan bentuk yang melesak kedalam lewat permainan  teknik “ala modelling” dan teknik “carving” yang diperkuat dengan pewarnaan pada bagian-bagian tertentu. Jika di karya yang satu kita menemukan bagian tubuh wanita dibuat volumetris dan bagian gaun sebagai kebalikannya maka pada karya yang lain peran tersebut dapat bertukar. Kesemuanya guna menghadirkan plastisitas,  ilusi gerak dan  massa yang ringan yang sebenarnya tidak selalu searah dengan karakter kayu yang  keras dan berat tersebut. Ia juga tidak berusaha memanipulasi atau menghilangkan asal muasal potongan-potongan kayu tersebut dengan tetap membiarkan bekas sambungan dan tekstur kayu terlihat mata. Biarlah kayu-kayu itu bercerita mengenai dirinya.  
 Selamat berpameran!
(Syahrizal Pahlevi, pegrafis, menulis dalam kaca mata pegrafis. Tulisan ini adalah pengantar pameran tunggal patung Nugroho berjudul “PLUS-MINUS” di Tirana House. Bahan bacaan: wawancara dengan seniman dan dari berbagai sumber).

Pameran tunggal seni visual (patung relief) karya Nugroho
'PLUS MINUS'
26 Oktober - 25 November 2014
di Tirana House atau Tirana Artspace
Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta 55141

Wednesday, October 22, 2014

Arisan Tirana

Dear Sahabat Tirana,
Suka ngumpul-ngumpul?
Suka arisan?
Arisan Tirana ini beda dengan yang lain, banyak benefitnya yang kami berikan.
Ikutan yuk program menarik kami berikut ini ARISAN TIRANA.
Pemenang Arisan Tirana ini akan mendapatkan voucher Tirana.

Berikut ketentuannya:

  • Diikuti oleh minimal 8 orang.
  • Masing-masing peserta membeli voucher Tirana. Nilai voucher tergantung kesepakatan, minimal Rp 100 rb.  
  • Voucher disediakan oleh Tirana House. Peserta arisan mendapatkan diskon 50% untuk pembelian voucher (sehingga nilai voucher Rp 100rb hanya dibeli seharganya Rp 50rb). Voucher dibeli bulanan. Voucher berlaku 1 bulan. Voucher tidak berlaku untuk pembelian tas.
  • Lokasi arisan di Tirana House. Tirana House memberikan free kopi Nusantara untuk peserta (non-refill).
  • Snack atau makanan pendamping arisan dipesan di Tirana House.
  • Selain mendapatkan voucher, pemenang arisan juga mendapatkan gift dari Tirana House.
  • Untuk peserta arisan, mendapat diskon 10%, khusus pembelian di hari arisan saja.
  • Di akhir periode arisan, ada hadiah dari Tirana House untuk 1 orang “Miss Arisan Tirana".
  • Bila peserta menghendaki, kegiatan arisan bisa divariasi dengan tambahan kegiatan supaya lebih menarik. Misalnya digabung di kegiatan Kamis Seru. Atau bila di hari lain, Tirana House bisa membantu untuk meng-arrange kegiatan lain. Untuk tambahan kegiatan ini, bila ada konsekuensi biaya dibicarakan lagi dengan Grup Arisan.Misalnya pertemuan arisan sekalian diadakan workshop ketrampilan atau hiburan
  • Pemenang arisan ditentukan oleh grup arisan, bisa 1 atau 2 orang per periode. Contoh: Peserta arisan 10 orang. Bila grup arisan memutuskan nilai voucher Rp 100rb, maka voucher yang dibeli ke Tirana setiap bulan adalah Rp 500rb bilapemenang per bulan 1 orang, atau Rp 1jt bila pemenang per bulan 2 orang
  • Tujuan arisan ini untuk mendapatkan produk Tirana, untuk itu dinamakan Arisan Tirana. Tetapi grup arisan bisa juga memodifikasinya dengan mendapatkan voucher dan uang. Contoh:
    Peserta 8 orang. Nilai arisan Rp 100rb.
    Dibagi menjadi Rp 50rb untuk uang dan Rp 50rb untuk voucher.
    Membeli voucher Tirana seharga Rp 400rb dan dapat voucher senilai Rp 800rb.
    Jadi nanti pemenang nya dapat fresh money Rp 400rb dan voucher senilai Rp 800rb.

Nah banyak kan manfaat untuk grup arisan
  • Dengan mengikuti program ini, sama artinya mendapatkan diskon pembelian produk Tirana sebesar 50%.
  • Mendapatkan diskon 10% untuk masing-masing anggota arisan di hari pelaksanaan saja.
  • Banyak gift dari Tirana.
  • Free kopi (tidak refiill) Nusantara untuk peserta arisan.
  • Fasilitas free WIFI. Free parkir.
  • Ajang silaturahmi antar sahabat.

Yuk buruan kontak kami ya:
Tirana House, KidsHouse & Coffee Corner
Jl Suryodiningratan 53-55 Yogyakarta 55141
ph. 0274 411615 / 081 827 7073
e. tiranayogya@gmail.com
PIN 21197ECB
www.facebook.com/tirana.house   
http://www.tiranahouseyk.blogspot.com

Monday, October 20, 2014

Bebek yang Bikin Ketagihan

Kaleyo cabang Rawamangun. Photo courtesy: http://bebekkaleyo.blogspot.com/2013/01/cabang-bebek-goreng-kaleyo.html
Bebek Kaleyo cabang Kalimalang, Bekasi. Photo courtesy: http://bebekkaleyo.blogspot.com
Daging bebek memang menjadi pilihan kuliner yang lezat. Berbagai jenis olahan dari daging bebek sudah banyak dihadirkan oleh para peramu masakan, baik digoreng atau bakar, dibikin rica, sate, diolah dengan aneka bumbu dan seterusnya. Tapi apakah Anda sudah mencicipi olahan bebek dari dapur rumah makan Kaleyo? Bila sudah, maka Anda pasti setuju dengan tulisan saya tentang Bebek Kaleyo di bawah ini. Nah kalau belum, hmm…Anda perlu menjaga lidah dan perut, karena olahan bebeknya bikin ketagihan! Iya, betul. Dijamin enak sejak gigitan pertama hingga terakhir. Bumbunya terasa hingga ke tulang. Dagingnya empuk dan banyak. Dimakan dengan pilihan nasi putih, nasi uduk bahkan nasi merah sama enaknya. Biasanya daging bebek pasti ditemani aneka sambal yang mantab pedasnya. Kaleyo pun demikian, tersedia pilihan sambal merah, sambal cabe ijo, sambal rica, sambal sori, sambal cetar, dll. Tapi untuk Bebek Kaleyo, dinikmati tanpa sambal pun, tak akan kehilangan kenikmatannya. Tak rela rasanya bila ternyata sudah habis di piring saji, inginnya nambah teruuusss.

Kaleyo berawal tahun 2007 dari warung makan bebek kaki lima di Jalan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Digagas oleh sepasang suami istri asal Wonosari, Yogyakarta – Hendri Prabowo dan Fenty Puspitasari. Sebelum membuka warung makan pertamanya, mereka berdua masih berstatus sebagai karyawan. Saat libur di akhir pekan, mereka mencoba memasak 2 potong bebek dengan resep bumbu warisan keluarga sejak tahun 1976 (sesuai tagline mereka ‘Sejak tahun 1976’).  Setelah melalui beberapa kali eksperimen memasak, akhirnya mereka mantap membuka warung pertama mereka dan meluncurkannya ke masyarakat. Tak disangka apresiasi masyarakat sangat bagus. Usaha mereka meningkat pesat dan membuka cabang pertama kalinya 6 bulan setelah itu di kawasan Rawamangun. Hingga saat ini (2014) mereka telah sukses memiliki 12 cabang di Jakarta dan Bekasi. Dengan total sekitar 600 orang karyawan. 

Bebek goreng sambal ijo. Photo courtesy: http://www.kaleyo.com

Sejak saat itu, pasangan ini memutuskan untuk meneruskan wirausaha mereka tersebut dan meninggalkan pekerjaan lamanya. Kenapa pilihannya jatuh kepada bebek? Fenty menjelaskan, saat itu (tahun 2007) belum banyak restoran atau warung makan yang mengolah daging bebek. Maka Hendri menjajal peluang disana. Menurut Hendri, mengolah daging bebek memiliki tingkat keunikan tersendiri dan tak gampang ditiru oleh kompetitor. Maka setelah usaha Kaleyo dinilai sukses oleh berbagai kalangan, banyak wirausaha lainnya mulai meniru bisnis ini. Penulis sempat mendapati warung makan yang menggunakan nama mirip, hanya berbeda satu huruf saja, bahkan logonya pun ditiru meski diadaptasi sedikit. Warung tersebut jelas mencoba peruntungan yang sama seperti Kaleyo yang sukses. Warung tersebut berada di sebuah rest area di perbatasan Jakarta. Saat itu saya bersama keluarga melakukan perjalanan darat dari Yogyakarta ke Jakarta, kemudian singgah di rest area untuk melepas penat. Sayang, saya lupa dimana tepatnya daerah itu. 

Setiap hari di setiap cabang, rumah makan ini selalu dipadati masyarakat hingga sering harus duduk menunggu di jalur antrian (waiting list). Meski telah memiliki puluhan cabang dengan standar rumah makan, tetapi mereka tetap mempertahankan warung makan pertama kalinya ala kaki lima di Cempaka Putih. Suasana kaki lima kental terasa di cabang yang satu ini, namun demikian manajemen tetap memperhatikan standar mutu kebersihan juga pelayanan. Standar mutu daging bebek yang dimiliki Kaleyo ini memang tak main-main. Menurut keterangan Fenty, supplier daging bebek bisa dibikin meringis karenanya. Dari banyaknya daging bebek yang disetor supplier asal Kudus misalnya, kadang hanya seperempatnya yang diambil oleh Kaleyo. Maka supplier dituntut harus ekstra teliti jika ingin mensupply daging ke manajemen Kaleyo. Setiap harinya dibutuhkan sekitar 10.000 daging bebek untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan Kaleyo di seluruh cabangnya. Wow! Sungguh angka yang tak sedikit. Standar mutu ini pun makin lengkap karena telah mendapat sertifikasi halal dari lembaga MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang diserahkan tanggal 5 Juni 2014 lalu.
Photo courtesy http://www.kaleyo.com
Di Kaleyo tersedia pilihan menu seperti bebek kampung, bebek muda dan bebek peking. Yang diolah dengan aneka masakan seperti bebek goreng kremes (bebek empuk yang digoreng garing dan ditaburi kremesan), bebek dengan sambal cabe ijo (menu ini menawarkan sensasi pedas luar biasa), bebek bakar (menawarkan rasa manis gurih, dibakar dengan cara unik karena dengan batok kelapa dan dilengkapi bumbu ala Jawa). Ada juga menu andalan seperti bebek rica, bebek cetar dan sate bebek. Kandungan gizi dalam daging bebek memang tak diragukan lagi. Kaleyo telah mengulasnya secara mendalam di http://bebekkaleyo.blogspot.com/2012/12/kandungan-gizi-dan-khasiat-daging-bebek.html Soal harga tidak masalah, bebek yang satu ini juga dikenal karena harganya yang sangat bersahabat. Hendri dan Fenty memang mematok harga terjangkau untuk setiap menunya. Ini juga menjadi salah satu kunci setiap meja di warung makannya selalu dipenuhi pelanggan.

Nama Kaleyo sendiri berasal dari sinonim kata ‘kalih’ (bahasa Jawa: dua) dan ‘yo’ (bahasa Jawa: ayo), dikutip dari web  http://www.kaleyo.com/about, makna dari nama ini adalah ajakan bagi pelanggan untuk tidak hanya membeli sekali atau datang hanya sekali, tetapi kedua dan seterusnya. Menurut penulis, nama ini juga sangat mengartikan bahwa bisnis rumah makan bebek ini karena digagas dan dibangun berdua oleh sepasang suami istri tersebut. Dan akhirnya nama memang menjadi sebuah doa, Kaleyo telah membuktikan bahwa olahan daging bebeknya tidak hanya cukup dinikmati sekali, tetapi kedua dan seterusnya alias nagih. Dewi Yanuar, seorang pelanggan mengutarakan ekspresinya bahwa bebek Kaleyo dagingnya empuk, kremesannya mantap, sambalnya pedeeesss, paduan yang cocok banget. Bahkan anak-anaknya pun menyukainya, terutama olahan bebek mudanya, ‘Anak-anak suka dan nggak mau berhenti makan, saking enaknya’, sambungnya. Noris, seorang pelanggan asal Yogyakarta pun mengutarakan hal senada. Meski ia hanya menikmati daging bebek Kaleyo dari oleh-oleh, artinya tidak menikmati langsung di warung makan, ‘Bebek Kaleyo bukan sembarang bebek. Rasanya berkesan di hati. Awas ketagihan!’, demikian celotehnya. Sayangnya, bebek Kaleyo belum bisa delivery sampai ke Yogyakarta. Sehingga kami disini hanya bisa menantikan kesempatan saat ke Jakarta atau ada yang bawakan oleh-oleh…rasanya seperti seorang ibu hamil yang ngidam tapi tak kesampaian :(

Penulis bersama Fenty Puspitasari di Kaleyo cabang Daan Mogot. Photo courtesy by Fenty Puspitasari.

KALEYO
Lokasi-lokasi RM Bebek Kaleyo, bisa diakses melalui situs http://bebekkaleyo.com/gerai
Senin - Sabtu 11:00 - 23:00 wib
Khusus Kaleyo Satu 18:00 - 24:00
MINGGU TUTUP
email: info@kaleyo.com
Facebook: bebekgorengkaleyo
PIN BB 316B E036