Thursday, March 26, 2015

Tanah yang Dianyam



Badannya tegap, terkesan sangar. Asep Maulana Hakim, pria kelahiran Garut, 4 Juni 1983 ini ternyata seorang yang apa adanya dan suka bercerita. Ayah dari dua orang anak (Satria dan Pelangi) ini memiliki keahliannya sebagai tukang pijat. Meskipun terapi pijatannya tak lebih dari 5 menit per pasien, Asep dikenal banyak orang sebagai tukang pijat handal. Mulai bayi, balita, pasien salah urat hingga stroke mampu ia sembuhkan. Sudah lebih dari 15 tahun ia tekuni sebagai tukang pijat hingga sekarang. Pasiennya mulai dari tetangga, teman hingga selebriti. Bahkan ia sering diminta ke luar kota hanya untuk menyembuhkan pasien dengan pijatannya. Uang bayar sekolah menengah hingga kuliah juga ia dapatkan dari memijat.



Keahliannya ini membawanya hingga ke Yogya. Tahun 2006, Asep sudah bolak balik Yogya-Garut untuk urusan terapi pijat seorang kliennya yang bergelar profesor. Bahkan ia pernah menjadi relawan bagi korban gempa Yogya saat itu. Ia bercerita, waktu itu ingin sekali kuliah di Insitut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta. Tahun 2007 ia jajal ikut ujian masuk Jurusan Kriya Keramik dan baru di gelombang kedua ia berhasil lolos. Berkat pinjaman uang dari sang profesor yang notabene pasiennya itu, Asep girang karena berhasil membayar uang masuk kuliah pertamanya.



Demikianlah, Asep yang memiliki banyak nama panggilan, Asep Lebay, Asep Pilin, Asep Goler, Asep Pijat, akhirnya bertekun di jurusan kriya keramik yang menjadi cita-citanya. Di jurusan ini beberapa teknik diajarkan seperti teknik cetak, teknik bubut, teknik pijat, teknik puter, teknik cor dan teknik pilin. Sejak semester 3 kuliah di ISI, Asep mengaku menemukan teknik baru, yakni teknik anyam. Teknik anyam yang ia temukan memiliki teknik yang sama seperti halnya merangkai serat hingga membentuk benda yang kaku. Anyaman pada umumnya kita lihat menggunakan serat bambu, daun kelapa atau daun nanas dan sejenisnya yang bersifat lunak, lentur dan mudah dibentuk. Namun disini Asep menggunakan tanah liat yang ia pilin kecil-kecil untuk merangkainya. Bisa dibayangkan bukan perkara mudah ketika bahan yang dipakai adalah tanah liat basah untuk mengayam. Ia harus mengelola waktu dan rasa supaya tumpukan pilinan tanah basah ini bisa segera dibentuk menjadi benda yang ia kreasikan sebelum mengering atau putus ketika dirangkai. Inilah bedanya kriya keramik dan kriya patung. Jika kriya patung bersifat mereduksi bahan, sementara kriya keramik bersifat menambah. Asep menggunakan tanah asal Pacitan dan Sukabumi untuk bahan dasarnya. Tanah asal kedua wilayah ini memang diakui memiliki standar mutu stoneware yang diakui kualitasnya di dunia keramik.


Teknik anyam yang dikerjakan Asep jelas ia kerjakan manual. Satu demi satu ia susun sedemikian rupa membentuk pola dan bentuk yang ia inginkan sesuai sketsa yang dibuatnya. Ia juga tidak menggunakan artisan. Menurutnya, belum ada yang bisa tahan dan tekun mengerjakan pilinan dengan standar sepertinya. Asep mengaku bisa membuat pilinan paling kecil 2 milli saja, sehari ia bisa menghasilkan 300 hingga 400 pilinan dengan bentuk seragam. Seragam dalam arti tebal dan panjang yang sama. Keahlian ini memerlukan ketekunan, kesabaran dan kekuatan jari tangan. Menurutnya, secara fisik seorang seniman keramik hanya mampu bekerja memilin 2-3 jam saja per hari. Sementara ia bisa 10 jam. Keahlian dan bakat ini tak ia dapatkan cuma-cuma. Kerja kerasnya sebagai tukang pijat selama 15 tahun lebih dan latar belakang keluarganya sangat membentuk kekuatan jari tangannya. Karakter karyanya ini mengukuhkan ciri khas kesenimanannya dalam dunia kriya keramik. Leluhurnya, kakek dari garis ibu seorang ahli anyam sementara kakek garis ayah seorang ahli pijat. Asep sekarang memiliki dua keahlian tersebut. Dua keahlian ini pula yang mengisi hari-hari bersama keluarga kecilnya. Saat jenuh memijat, iya beralih berkarya, demikian sebaliknya.



Di tahun 2012 ia berhasil lulus dan bergelar sarjana. Beberapa kali mengikuti pameran bersama. Karyanya baru-baru ini dipamerkan di sebuah biennale kelas internasional, Jakarta Contemporary Ceramics Biennale (JCCB) #3 di Galeri Nasional, Jakarta (23 September – 13 Oktober 2014). Asep bersama 3 rekan seniman lain asal Yogyakarta berhasil melalui seleksi sekitar 300 seniman yang ingin mengikuti ajang ini. Ia bisa berbangga karena bersanding dengan 60 karya seniman yang terdiri dari 25 asal Indonesia dan 35 orang dari luar negeri (14 negara). Karya Asep berjudul “Memories of Childhood”, media stoneware & glasir, pinch, pilin, slab, ukuran variable, 2014. Menggambarkan ingatannya semasa kecil di Garut, bermain di sawah, ada cangkul, bakul (keranjang nasi), caping (topi khas petani), kendil minuman, keranjang, kipas, kursi dan meja bambu lengkap dengan makanan ala desa. Semuanya terbuat dari keramik dan kental teknik pilin dan warna natural.

Asep sengaja memilih tema kearifan lokal ini karena ia ingin keramik yang dikenal dari Indonesia ya nilai-nilai lokal ini. Sama halnya ketika bicara tentang keramik asal Cina, yang terkenal ya guci-gucinya, bicara keramik Eropa ya porselennya. Ia juga masih ingin mengeksplorasi tema ini hingga tuntas, mungkin 2-3 tahun ke depan. Menurutnya, ketrampilan teknik pilin yang membentuk benda-benda realis ini menjadi masih menjadi tantangan bagi proses berkarya pribadinya. Baginya, seniman harus bisa membuat karya realis, itu seniman yang sebenarnya. Saat ditanya bagaimana perkembangan karya-karya keramik Indonesia terkini, menurutnya perkembangannya bagus, karya-karya keramik bereksplorasi sedemikian rupa dan mencampur berbagai media (mix media). Tapi ia ingin ingatkan untuk tidak terlena dengan finishing yang terkesan elok tapi mengesampingkan teknik. Saat ini Asep sedang merencanakan sebuah pameran tunggal perdananya, juga sebuah tempat kerja yang sangat mewakili karakter dirinya, yakni studio keramik sekaligus tempat terapi pijat para penderita stroke. Terapi untuk para penderita stroke ini berupa membuat karya dengan teknik pilin dari tanah liat. 
 
Tulisan berdasarkan interview bersama Asep Maulana Hakim
26 Maret 2015 di Sewon, Yogyakarta

Fanpage: https://www.facebook.com/pages/Anyam-Tanah/906932149334959

Tulisan ini dimuat di SKH Tribun Jogja, Minggu, 6 April 2015

Monday, March 16, 2015

Handlettering Workshop



HANDLETTERING WORKSHOP

Workshop ini diselenggarakan Mimpinglukis Art Studio bekerjasama dengan Tirana Art Management, dan atas keinginan teman-teman yang begitu antusias ingin belajar menulis indah secara manual. 

Ini adalah workshop untuk kelas basic/pemula. Bagi yang serius ingin mengenal dan belajar lebih dalam tentang manual handlettering silahkan mengikuti workshop ini.

STEP-STEP WORKSHOP
 - Pengenalan tentang apa itu hand lettering.
- Mengenal jenis-jenis font yang menarik.
- Tiap peserta membuat teks/quotes, mengaplikasikan ke kertas dahulu.
- Evaluasi, sambil sharing tentang pengalaman handlettering oleh beberapa perupa hand lettering.
- Aplikasi ke talenan.
- Foto bersama.
- Hasil karya dapat dibawa pulang oleh masing-masing peserta.


KONTRIBUSI dan FASILITAS
Dengan membayar Rp 130K anda akan mendapat fasilitas sbb:
- Caligraphy kit
- Kertas (untuk belajar tuntasin metode manual handlettering)
- talenan (hasil study teks/quotes yang paling bagus akan diaplikasikan ke media ini sebagai bentuk output workshop)
- Certificate
- Coffee break

- Voucher diskon 10% pembelian pancake durian "The Ribbon' di lower ground Maliboro Mall  

*KUOTA kelas 15 peserta

WAKTU dan TEMPAT
Sabtu, 28 Maret 2015
Pukul 13.00 – Selesai
di Tirana House
Jl. Suryodiningratan 55 Yogyakarta


BATAS AKHIR pendaftaran tanggal 25 Maret 2015

INFO dan DAFTAR:
Via BBM 525BF644
WhatsApp Mimpinglukis  +6285770061899
LINE  Mimpipuppy

atau langsung ke
Tirana House, Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta
ph. 0274 411615, 081 827 7073, 0818 0260 4471


Untuk melihat profil dan aktivitas kami silahkan kunjungi web kami di 
www.mimpinglukisartstudio.com 
http://nunukambarwati.blogspot.com


Foto-foto dokumentasi saat workshop 









Wednesday, March 11, 2015

Kelas Menulis #2 bersama Seniman Kaca


Setelah tahun lalu sukses dengan kelas menulis tentang dunia travelling. Saat ini, dibuka kembali  kelas workshop menulis untuk tingkat SMA & Mahasiswa. Kali ini, kelas akan diajak jalan-jalan mengunjungi studio salah seorang seniman yang bergelut dengan limbah kaca dan menjadikannya karya-karya yang luar biasa. Melakukan interview  dan melihat demo membuat karyanya secara langsung. Keuntungan mengikuti event ini, peserta akan mendapat workshop menulis dan demo mengolah limbah kaca sekaligus. Menarik kan!

Waktu:
Sabtu, 25 April 2015
Pukul 13.00 - 17.00 WIB
di Studio Ivan Bestari (seniman kaca)
Wirobrajan, Yogyakarta

Pemateri:
Windy Anggraina  - Reporter Koran Sindo
Farida Trisnaningtyas - Reporter Solo Pos & seorang blogger

Fasilitas:
* Demo: recycled glass flameworking & bottle cutting
* Doorprize
* Sertifikat
* Coffee break
* Diskon 10% pembelian pancake durian "The Ribbon" di lower ground Malioboro Mall

Ketentuan:
Peserta terbatas 20 orang.
Untuk tingkat SMA dan Mahasiswa.
Kontribusi; Rp 65.000,-/orang.
Pendaftaran paling lambat  21 April 2015
Peserta diharap membawa laptop atau gadget/smartphone untuk langsung latihan menulis.

Profil Singkat:
Ivan Bestari MP (l. 1982,Yogyakarta) Lulusan diploma Desain Komunikasi Visual, di Akademi Desain Visi Yogyakarta, dan sarjana pada di jurusan Desain Produk, Universitas Kristen Duta Wacana. Mulai mendalami seni kaca daur ulang Recycled Glass Flameworking sejak 2011 dengan belajar kepada salah satu pengrajin kaca tiup di Yogyakarta. Hingga kini Ia secara intensif mengembangkan metode seni kaca daur ulang. Tahun 2012 mendirikan komunitas Otakatik Creative Workshop, sebagai ruang eksplorasi desain, ekspresi seni dan ruang untuk eksperimentasi metode pangolahan material lokal maupun limbah. Karya Ivan cenderung mengeksplorasi bentuk biomorfis, flora dan spora. Ivan banyak bekerja pada isu budaya produksi yang dilakukan secara do it your self dan do with others. Mengikuti beberapa pameran; Bioartenergy, 2012; Makers' Block: A Build, Craft & Design Experience, Suntec City Mall, Singapore, 2014, Cut n Remix, Jogja Gallery, 2014. Ivan bekerja dan tinggal di Yogyakarta.

Supported by: www.JalanJogja.com

Info, kontak dan pendaftaran:
Tirana Art Management | TAM
Jl Suryodiningratan 53-55 Yogya
ph. 081 827 7073 | 0818 0260 4471
e. tiranayogya@gmail.com





PELOBI, si perayu ulung?


Sumber foto: www.stocksy.com
Di pojok lounge sebuah hotel berbintang 4, duduklah seorang pria perlente yang terlihat gelisah dengan beberapa kali melihat kearah jarum jam tangannya dan pintu masuk lounge secara bergantian. Kehadiran dan kegelisahan pria tersebut bukanlah hal baru bagi para pramusaji di lounge tersebut, karena rupanya pria itu hampir setiap hari datang, menunggu dan mempertemukan sejumlah orang di sana. Bahkan lounge tersebut seakan-akan sudah menjadi kantor resmi baginya. Rutinitas yang dilakukan oleh pria tersebut adalah saling memperkenalkan tamu-tamunya dan kemudia membiarkan tamu-tamunya mencapai kesepakatan yang membuahka komisi bagi dirinya pribadi. Seorang pelobikah dia?

Mitos pelobi. Banyak sekali persepsi yang beredar di masyarakat mengenai sosok pelobi dan kegiatan lobi yang dilakukannya. Dari persepsi yang ada, kebanyakan memandang kegiatan lobi sebagai kegiatan yang mengarah negative dan bahkan pelobi dianggap sebagai profesi yang tidak layak dicantumkan dalam kartu nama. Pelobi sering disamakan dengan makelar yang mempertemukan orang dan memperoleh komisi dari hal tersebut. Sepak terjang pelobi banyak yang dianggap membuahkan KKN dengan melibatkan peredaran “amplop pelicin”.

Kegiatan lobi juga relative berumur pendek. Segera setelah keuntungan masuk ke dalam kantong, jamuan-jamuan tatap muka dihentikan. Bila ada kemungkinan keuntungan baru, hubungan kembali dibuka. Dengan kata lain, bagi banyak pelaku lobi sendiri, kegiatan lobi dipandang murni sebagai kegiatan tatap muka tanpa banyak melibatkan ketrampilan diri dan kertas kerja. Semakin cepat keuntungan diperoleh, maka sepak terjag “lobi”nya dinilai semakin lihai. Itulah mitos dan kenyataan yang ada di lapangan.

Sumber foto: www.shutterstock.com
Apa dan Siapa. Kegiatan lobi pada awalnya banyak dilakukan oleh wakil-wakil rakyat yang memperjuangkan hak-hak mereka kepada pemerintah. Kegiatan lobi seperti itu tentunya dilakukan dengan persiapan yang matang dan membawa misi kelompok yang diwakilinya. Berkaitan dengan peliknya esennsi masalah yang dilobi, kegiatan lobi sendiri mau tidak mau dilakukan secara berkesinambungan dan relative lama. Dengan demikia, pembinaan hubungan baik yang terus-menerus merupakan esensi yang penting dalam kegiatan lobi.

Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan lobi juga dilakukan atas nama kelompok, organisasi, atau perusahaan yang membina hubungan dengan pihak lain. Jadi yang dimaksud dengan pelobi professional adalah pihak yang mewakili kepentingan kelompok tertentu dan secara professional membina hubungan jangka panjang untuk merealisasikan misi kelompoknya. Bagaimana dengan kegiatan lobi atas nama pribadi? Kegiatan seperti itu lebih tepat digolongkan ke dalam pendekatan personal.

Profesi Pelobi. Melihat esensi kegiatan lobi di atas, seseorang tentunya dapat mencantumkan “pelobi” sebagai profesi yang dijalankan secara professional tentunya. Anthony T. Podesta contohnya. Pada tahun 1998 ia dinobatkan oleh majalah The Washingtonian menjadi salah satu diantara 50 pelobi yang memiliki pengaruh paling kuat. Firma lobi yang didirikannya mengalirkan dana lobi lebih dari 7 juta dollar untuk merepresentasikan kepentingan kliennya, seperti Textron, CBS, Universal, dan Washington Post. Wajahnya juga tidak asing di Gedung Putih sebagai penasehat kebijakan secara informal. Kekuatan Podesta adalah kemampuannya mempertemukan banyak kepentingan dan membuat semua pihak puas atas kesepakatan akhir tersebut. Banyak organisasi yang juga didirikan dengan esensi kegiatannya didasarkan pada aktifitas lobi untuk memperjuangkan kepentingan organisasinya, seperti serikat buruh, kamar dagang, asosiasi profesi, kelompok perlindungan konsumen, kelompok pembela hak asasi dan lain-lain. Kegiatan lobi yang dilakukan secara professional dengan tidak melanggar hukum dan etika tentunya dapat digolongkan sebagai kegiatan yang sah. Dana dianggarkan untuk kegiatan lobi sangatlah tidak lihai bila diwujudkan dalam bentuk “amplop pelicin” dan kegiatan hiburan semata. Persiapan kertas-kertas kerja secara rapi seperti pembuatan company profile yang menampilkan misi organisasi tentunya bisa menjadi sarana lobi yang baik. Demikian juga bentuk-bentuk publikasi kampanye atau kegiatan nirlaba yang mengarah pada kegiatan lobi yang lihai dan halus.
Bekal Diri Pelobi. Untuk menjadi pelobi professional, sejumlah ketrampilan yang mutlak dimiliki adalah ketrampilan negosiasi, persuasi, interpersonal, dan strategi membuat jaringan. Hal ini menjadi modal untuk masuk ke dalam struktur kegiatan lobi dalam lingkup pekerjaan apa saja. Struktur kegiatan lobi sendiri dapat dilihat secara sederhana, yaitu pencairan hubungan awal/ ice breaking, membaca kekuatan prospek, memahami sudut pandang dan misi prospek, presentasi misi, mempertemukan misi melalui cara-cara yang halus, professional, namun tepat pada sasaran. Silakan menguji kelihaian lobi Anda!

Penulis: Alexander Sriewijono, EXPERD
Dimuat di majalah [aikon!] media, edisi 109, Februari 2000

Sunday, March 01, 2015

Ecowisata Tlatar, Boyolali

Sudah pernah ke Ecowisata Tlatar di Boyolali? Bila belum, kawasan ecowisata ini menarik menjadi alternatif kunjungan bagi keluarga apalagi anak-anak. Terletak di Dusun Tlatar Desa Kebonbimo Kecamatan Boyolali, Jawa Tengah. Letaknya sekitar 20 km dari kota Surakarta/Solo atau sekitar 7 km dari kota Boyolali, yaitu di sebelah utara jalan Boyolali – Solo. Mengapa saya menyebut kawasan, karena memang begitu Anda memasuki lokasi ini, akan menemukan banyak hal seperti kolam renang, pemancingan, tempat makan dimana anak-anak bisa nyemplung di kolam penuh ikan dan memancing ikan; Anda juga bisa menemukan lokasi mata air yang dikelola pemerintah yang diberi nama 'Umbul Tlatar' dan juga hutan lindung yang sejuk . Untuk itulah kenapa disebut ecowisata, karena memang wisata yang berhubungan dengan lingkungan. Kawasan wisata ini sendiri sudah dibangun sejak tahun 1997 dan mulai dibuka untuk umum tahun 2000. Tiket masuknya sangat murah, cukup Rp 10.000,-/orang dan gratis untuk anak usia dibawah 5 tahun. Kawasan ini dikelola oleh pemerintah daerah setempat.


Salah satu sign di kawasan wisata Tlatar.
Tempatnya cukup unik nih. Dengan tiket masuk seharga Rp 10.000,-/ orang itu, banyak yang bisa kita dapatkan kawasan wisata, baik untuk dewasa mau pun anak-anak. Fasilitas yang disediakan ada kolam pemancingan, kolam renang dewasa dan anak-anak, kolam kecil terapi ikan, anak-anak juga bisa langsung menjaring ikan dalam kolam (mereka menyebutnya pakecehan) dan tentu saja restoran. Jadi, tersedia ruang-ruang/gubuk tempat untuk kita bersantai dan makan, mereka juga menyediakan menu makanan dengan menu utama masakan ikan, seperti nila, bawal, kakap dan lele, baik bakar maupun goreng serta berbagai varian minuman. Tapi, kita juga boleh membawa makanan sendiri dari rumah. Di kawasan tersebut, pedagang dari luar juga boleh masuk, misal pedagang gorengan, penjual mainan, penjual jaring ikan dan sebagainya. Nah bila ingin irit biaya, Anda bisa membawa: makanan dan minuman dari rumah, pakaian ganti (bila nanti basah karena bermain air), jaring ikan dan perlengkapan lainnya. Karena Anda cukup membayar uang tiket masuk saja, sisanya Anda bebas bermain dan berwisata :) Oh ya, bila ingin berkunjung saat hari Minggu atau libur nasional, sebaiknya datang pagi atau reservasi dulu deh, karena tempat ini bisa sangat penuh dan akhirnya harus waitinglist. Kan nggak seru kalau harus menunggu... Jangan khawatir, tempat ini sudah buka sejak pukul 7 pagi nih. Datang pagi juga lebih sejuk, anak-anak tidak terlalu panas bermain di tengah kolam ikan atau berenang.





Nah ini salah satu sign saat kita membayar tiket. Ternyata tempat ini cukup mencatat banyak sejarah juga lho. Menjadi tempat bersejarah pertama di Indonesia keberadaan dan berkembangnya:
1. Budidaya dan pemuliaan bibit tanaman alfaafa dari daerah subtropika ke daerah tropika tahun 2002.
2. Pintu masuknya Olah Raga Woodball dan Kejuaraan Terbuka Internasional tahun 2007 dan 2008.

3. Penemu bakteri terkuat MA-11, sebagai bahan pengembangan pangan, pakan ternak, pupuk, energi dan pelestarian lingkungan tahun 2011.

Keren ya! Tidak hanya berwisata, tapi kita juga diberi edukasi soal ramah lingkungan dan juga sejarahnya. Semoga makin bertambah prestasinya.


Salah satu sudut di tempat Ecowisata tersebut. Tersedia gubuk-gubuk dimana kita bisa duduk menikmati suasana kolam dan pemandangan yang asri.

Fasilitas kolam renang. Tersedia kolam untuk anak-anak dan dewasa.


Ikan-ikan yang dipelihara dalam kolam. Boleh diambil, bila dapat yang kecil-kecil boleh langsung dibawa pulang saja :) Tapi bila ambil yang besar, harus dilaporkan ke petugas untuk ditimbang dan dibeli berdasarkan bobot dan jenis ikannya. 



Nah sekarang saatnya mancing ikan. Serunya! Anak-anak bisa langsung masuk ke kolam karena airnya tidak dalam, ambil jaring masing-masing dan bawa plastik untuk taruh hasil tangkapan. Senangnya...

Anak-anak bisa menghabiskan waktu bermain di tengah kolam ini. Hati-hati ya karena sedikit licin. Bisa pakai sandal tahan air bila telapak kaki terasa sakit saat berjalan dalam kolam.
Airnya bening banget, sejuk, karena memang berasal dari mata air.

Assiiikk, dapat ikan :)
Nah saatnya makan. Bila tidak membawa bekal dari rumah, bisa pesan makanan di restoran yang ada disini. Lumayan sih rasanya, cukuplah untuk mengganjal lapar dan menu makan yang sehat untuk anak-anak.
Suasana di luar. Sudah kelihatan hutan lindung yang juga menjadi obyek wisata. Sayangnya kunjungan saya saat itu belum sempat jalan-jalan ke hutan wisata ini. Mungkin lain waktu :)
 
Untuk lebih komplitnya tentang tempat wisata ini, bisa baca juga selengkapnya di blog yang mereka punya http://etasia.blogspot.com/2011/06/ekowisata-taman-air-indonesia-etasia.html atau bisa cek juga di http://obyekwisataindonesia.com/ekowisata-air-tlatar-etasia/