Tuesday, August 30, 2016

Community, Culture & Creativity


UNESCO Office, Jakarta
Regional Science Bureau for Asia and the Pacific
Cluster Office for Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines and Timor-Leste
 

MEDIA BRIEF

UNESCO Mendukung Komunitas Dampingan  di Borobudur & Prambanan untuk Memamerkan Produk Lokal Mereka di Tirana House, Kota Baru, Yogyakarta Selama Periode 2 Juni – 31 Juli 2016

Sebagai satu-satunya organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mempunyai mandat dalam pelestarian budaya, UNESCO memainkan peranan khusus dalam mempromosikan aksi kreatifitas manusia dan upaya pelestarian berbagai macam warisan budaya di seluruh penjuru dunia. UNESCO terus berupaya demi perlindungan warisan budaya tidak bergerak; pelestarian  warisan budaya yang hidup; promosi dialog antar budaya, kohesi sosial, dan keberagaman.

Candi Borobudur dikunjungi oleh  lebih dari 3 juta turis  per tahun, sedangkan Prambanan dikunjungi sekitar 2 juta turis pertahunnya. Sejak 2012, sebagai bagian dari strategi pendukung pariwisata berkelanjutan di sekeliling situs Warisan Dunia, UNESCO telah menjalin kerjasama yang erat dengan komunitas lokal di sekeliling Candi Borobudur dan Prambanan, juga dengan pemerintah daerah, dalam upaya membantu pengembangan industri kreatif setempat dan mendorong pemberdayaan anak muda yang tinggal di wilayah tersebut.  Pada 2013, UNESCO bekerjasama dengan  pemerintah daerah dan pemangku kepentingan di area Borobudur (Magelang, Jawa Tengah) melaksanakan kajian pemetaan potensi daerah  dari sisi industri kreatif, seni, dan budaya.  Selama pengkajian tersebut, batik  teridentifikasi  sebagai salahsatu kerajinan tangan tradisional yang cukup potensial untuk dikembangkan.  Kemudian antara 2014 dan 2015, berdasarkan hasil dari pemetaan dan  konsultasi dengan pemangku kepentingan lokal, UNESCO bekerja memfasilitasi dan menjangkau komunitas di sekeliling Borobudur dan Prambanan untuk mengembangkan motif batik baru dari dua wilayah tersebut. UNESCO dan masyarakat setempat melaksanakan diskusi awal dan sepakat untuk mengembangkan batik yang akan menunjukan motif relief candi.  UNESCO kemudian bekerja sama erat dengan seorang perancang motif batik dari Yogyakarta untuk menciptakan rancangan baru yang telah diadopsi dari relief-relief Kompleks Candi Borobudur (Candi Pawon dan Mendut) dan candi-candi di sekitar Prambanan (Candi Sojiwan dan Ijo).  Proses kreatif bersama masyarakat ini kemudian melahirkan tiga produk  kreatif baru yaitu : Batik Borobudur, Batik Sonjiwani dan Rumah Jumputan Sambirejo.

Sebagai bagian dari upaya keberlanjutan, UNESCO  Jakarta bekerja erat dengan komunitas dampingan untuk mengidentifikasi kerangka kemitraan usaha yang menguntungkan. UNESCO Jakarta mendukung dan memfasilitasi komunitas dampingan untuk berpartisipasi dalam beberapa pameran produk yang diselenggarakan di wilayah provinsi ataupun nasional sehingga mereka bisa mempromosikan keunggulan produknya. Salahsatu upaya kemitraan yang  sukses dilakukan oleh komunitas dampingan adalah dengan satu entitas usaha di Yogyakarta, yaitu Tirana House. Tirana House adalah sebuah butik yang menggabungkan artspace sebagai konsepnya. Tirana House memberi dukungan dan membuka ruangnya untuk memamerkan karya-karya lokal dalam konsep ‘Designer Corner’. Sebagai hasil dari komitmen kerjasama ini, Batik Borobudur, Batik Sonjiwani, and Rumah Jumputan Candi Ijo mendapatkan fasilitas dari Tirana House  untuk memamerkan produk-produknya di Tirana House, Kotabaru, Yogyakarta selama periode 2 Juni – 31 Juli 2016. Pameran produk komunitas dampingan UNESCO Jakarta  ini juga bekerja sama dengan desainer berbakat dan ahli jumputan dari Yogyakarta yaitu Darie Gunawan dan Caroline Rika Winata. Pameran ini juga akan menampilkan 20  busana siap pakai dengan menggunakan bahan dasar batik tulis dan jumputan  yang diproduksi komunitas dampingan .

Direktur Kantor UNESCO, Jakarta, Dr. Shahbaz Khan, menyatakan bahwa melalui acara ini, UNESCO berharap komunitas setempat di Borobudur dan Prambanan akan menemukan inspirasi dan jejaring baru untuk mempertahankan keberlanjutan produksi mereka sehingga dapat terus melestarikan warisan tradisi mereka. Kerja sama antara UNESCO Jakarta, Tirana House dan juga komunitas dampingan UNESCO dari Borobudur dan Prambanan adalah contoh baik kemitraan menuju promosi dan pemeliharaan Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Sejak ketiga produk lokal ini diluncurkan tahun lalu, masing-masing kelompok usaha telah berhasil mendapatkan keuntungan finansial sehingga bisa membantu memenuhi kebutuhan perekonomian mereka.

Tentang Batik Borobudur & Batik Sonjiwani

Sejak April 2015 hingga kini, UNESCO memberikan dukungan dan memfasilitasi dua komunitas batik di Borobudur dan Prambanan, yang dinamakan Batik Borobudur dan Batik Sonjiwani. Batik Borobudur memiliki 22 orang anggota dan Batik Sonjiwani memiliki 20 orang anggota, dimana semua anggotanya adalah  perempuan.  Sebagai langkah  awal, UNESCO bekerjasama dengan seorang seniman dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta untuk membuat 14 rancangan motif baru yang didasarkan pada relief candi yang dapat ditemukan pada Candi Mendut, Pawon, dan Sojiwan.  Untuk memfasilitasi rangkaian  pelatihan batik di Borobudur dan Prambanan, UNESCO mengundang para ahli dari dari Balai Batik Yogyakarta dan Batik Kebon Indah Klaten.  Selama pelatihan tersebut, peserta dapat mempelajari proses dasar pembuatan batik tulis, teknik untuk menambahkan pewarna sintetis, dan bagaimana mengadopsi rancangan baru dari  relief candi (candi Mendut, Pawon, Sojiwan). Peserta juga menerima peralatan membatik dan kain polos sebagai modal awal kelompok.  Kini, para anggota Batik Borobudur dan Batik Sonjiwani telah lulus pelatihan teknis dan meneruskan pelatihan pemasaran dan pengelolaan organisasi. Selanjutnya, Batik Sonjiwani juga telah digandeng oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah dan menerima pelatihan-pelatihan membatik lanjutan.

Rumah Jumputan Sambirejo -  Candi Ijo
Selama pengkajian 2014, UNESCO  mendapatkan saran dari Balai Pelestarian Cagar Budaya  Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mengusulkan sebuah kunjungan ke Desa Sambirejo untuk mengidentifikasi potensi industri kreatif di sekeliling Candi Ijo.  Candi ini terletak di daerah Prambanan dan terkenal karena lingkungannya yang indah yang terletak di lereng barat sebuah bukit di bagian selatan Candi Ratu Baka, jauh dari keramaian. Selama kunjungan tersebut, UNESCO mengidentifikasi sebuah komunitas di Desa Sambirejo (beranggotakan 12 orang) yang memproduksi jumputan.  Merespon hal tersebut, UNESCO memfasilitasi sebuah pelatihan di desa itu, dibantu oleh Caroline Rika Winata, seorang perancang jumputan dari Yogyakarta, yang mengajarkan peserta proses dasar pembuatan jumputan (dengan rancangan yang terinspirasi dari relief Candi Ijo).  Sebagai tambahan, peserta juga mempelajari bagaimana menambahkan warna pada rancangan jumputan mereka, juga untuk menangani bahan dengan baik selama proses pembuatan jumputan.  Lebih lanjut, UNESCO juga melengkapi kelompok komunitas setempat dengan keahlian pengembangan usaha.

SELESAI.