Thursday, January 22, 2009

FRESH 4 U




PAMERAN SENI VISUAL
FRESH 4 U
Jogja Gallery, Jalan Pekapalan No 7, Alun-alun Utara Yogyaakarta
Pembukaan hari Jumat, 23 Januari 2009 | Pukul 19.00 WIB
Pameran dibuka oleh Drs. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum
Pameran berlangsung hingga 22 Februari 2009
Seniman:
Abdul Fattah | Agus ‘Baqul’ Purnomo | Agus Yulianto | Ahmad Sobirin | Andrew Kenneth Jack | Antoni Eka Putra | Asmuliawan | AT Sitompul | Daniel ‘Timbul’ Cahya Krisna | Dedy Sufriadi | Erica Hestu Wahyuni | Farhansiki | Fransgupita | Gusmen Heriadi | Heri Purwanto | I Made Mahendra Mangku | I Made Supena | I Nyoman Triarta AP | Ida Bagus Komang Sindu Putra | Kelompok Simponi | Ketut Teja Astawa | Khusna Hardiyanto | Komroden Haro | Niko Siswanto | “Oetje” | Pramono Pinunggul | Robi Fathoni | Solichin | RM Soni Irawan | Tisna Sanjaya | Yusron Mudhakir
‘SEGAR sama dengan JUJUR’
Selamat tahun baru 2009!
Tahun baru dicatat dengan refleksi, kontemplasi dan introspeksi atas apa saja yang telah kita capai sepanjang tahun lalu dan diawali dengan harapan, cita dan semangat baru. Demikian halnya dengan gelaran pameran seni visual ke-39 di Jogja Gallery kali ini. Pameran sebagai penanda memasuki awal tahun 2009 kali ini, sengaja mengusung tema sederhana dan membebaskan perupa-perupanya untuk mengeksplorasi diri atas karya-karya mereka. Apa yang sedang terjadi saat ini? Pada diri kita sendiri, tentang mimpi dan harapan kita, lingkungan terdekat, isu seni rupa kita hingga isu perkembangan wacana global terkini, mewarnai tema karya yang digelar dari tanggal 23 Januari hingga 22 Februari 2009.
Niatnya mengawali tahun baru ini dengan menampilkan karya-karya baru dari para perupa kita, baru di gagasan, cara ungkap mau pun di teknik. Tema yang terkesan sederhana ini, disikapi kritis oleh perupa peserta pameran ini. Antara lain, ketika berbicara dari segi teknik berkarya, karya AT Sitompul menghadirkan kembali karya lukisnya setelah sekian lama berkutat pada teknik seni grafis. Dalam catatan biodatanya, AT Sitompul terakhir kali menggelar pameran lukisan di tahun 2003. Karena menurutnya, salah satu cara agar pikiran dan jiwa kita segar kembali adalah melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan atau pekerjaan kita selama ini.
Lain halnya dengan Daniel ‘Timbul’ Cahya Krisna yang masih bertahan pada seni grafis dan berharap bisa memberikan sesuatu yang baru di tengah maraknya karya-karya lukis. Atas konsistensinya tersebut, baru saja penghargaan atas dedikasinya sebagai perupa muda bidang seni grafis berhasil diraihnya [Academic Art Award #2, 2008]. Perlu dicatat pula hadirnya kelompok Simponi [dibentuk tahun 2007], terdiri dari 4 perupa perempuan, yang lahir rata-rata di tahun ’80-an dan berangkat dari berbagai latar belakang minat utama seni. Simponi yang merupakan akronim dari Sindikat Monster Poni berolah media dengan basis kain dan serat, untuk kemudian menjadi karya-karya yang menarik, menggelitik dan terasa tak berjarak dengan audiensnya.
Demikian halnya dengan karya Antoni Eka Putra, Andrew K. Jack, Dedy Sufriadi, I Ketut Teja Astawa, Pramono Pinunggul dan Yusron Mudhakir yang mengedepankan perihal unsur-unsur utama dalam sebuah karya yakni warna, garis dan tekstur mau pun bentuk, ruang dan komposisi. Antoni Eka Putra untuk kali ini lebih simple bermain di garis mau pun warna dan terkesan impresif. Keteraturan terkadang menjadi penjara diri sendiri, eksistensi tidak dengan kemonotonan tapi dengan pergerakan, demikian pertanyaan Antoni. Hampir senada dengan karya Yusron Mudhakir di sepanjang pengetahuan saya, tetap konsisten menggulirkan penekanan dan pembahasan kualitas warna . Namun cenderung lebih soft pada karya Risalah Warna #2-nya kali ini. Sedangkan Dedy Sufriadi dan Agus ‘Baqul’ Purnomo mengetengahkan teks sebagai elemen utama karya mereka. Sementara Andrew K. Jack, satu-satunya perupa asing, kelahiran New Zealand, ingin hadir kembali mewarnai dinamika seni rupa Indonesia, setelah pameran tunggal terakhirnya tahun 2002 lalu di Jakarta. Bagi yang mengenal Andrew, tema ikan bukan hal baru untuk karyanya, namun olah finishing karya dengan media resin merupakan hal yang jarang kita temui untuk sebuah karya seni lukis.
Hadirnya karya surealis milik Gusmen Heriadi serta dua karya abstrak milik perupa asal Bali, I Made Supena dan I Made Mahendra Mangku lebih memilih tema yang sama yakni soal refleksi dan waktu. Ajakan untuk merenungi kembali akan berharganya sebuah kesempatan, ruang dan waktu sangat pas melalui karya-karya mereka yang minimalis harmonis.
Tengok juga karya-karya Agus Yulianto, Ahmad Sobirin, Asmualiawan, Erica Hestu Wahyuni, Heri Purwanto, Ida Bagus Komang Sindu Putra, I Nyoman Triarta, Niko Siswanto, RM Soni Irawan, Solichin, Komroden Haro dan “Otje”. Mereka menemukan dan mengambil inspirasi dari apa yang sedang terjadi dalam diri mau pun lingkungan terdekat guna eksplorasi karya. Tidak muluk-muluk memang dan tidak sedang berbicara makna yang terdengar sangat pelik. Berkutat masalah sehari-hari, naik turunnya roda kehidupan, satu menopang yang lain, demikian seterusnya untuk tetap bertahan. Hal tersebut disimbolkan dari salah satu bagian mesin kendaraan, meski kecil tetapi penting dan mampu menggerakkan atau menghentikan yang lainnya, lihat karya Fransgupita, Engine Stop.
Meski demikian, toh beberapa perupa kita tetap tak pelak terpercik gagasan berkarya yang berangkat dari isu-isu politis yang sedang hangat saat ini. Seperti krisis ekonomi global hingga konflik bersenjata di kawasan Timur Tengah, yang menjadi keprihatinan masyarakat dunia. Karya Abdul Fattah, Agus ‘Baqul’ Purnomo, Farhansiki, Khusna Hardiyanto dan Robi Fathoni mengungkap dominasi kuasa negara Amerika yang memiliki multi efek bagi hampir di penjuru negara.
Demikianlah, pameran ini diniatkan ingin memberikan kejutan-kejutan baru di tengah padatnya undangan perhelatan di sepanjang 2008 lalu hingga awal tahun. Kejutan atau kesegaran jelas relatif dan sangat subyektif ukurannya. Segar menurut saya pastinya berbeda dengan segar menurut Anda. Begitu pula dengan ke-31 perupa yang berpartisipasi dalam pameran seni visual FRESH 4 U kali ini. Untuk itu, pameran ini memberikan penawaran-penawaran atas makna dan karya yang segar itu sendiri. Meski saya sendiri dan hampir sebagian besar ke-31 perupa ini sepakat bahwa karya yang segar adalah karya-karya yang inspiratif bagi penikmatnya dan lebih penting adalah jujur.
Pameran FRESH 4 U ini coba dihadirkan karena berangkat dari kegelisahan atas situasi dan perkembangan seni rupa Indonesia saat ini. Menantang para perupa untuk bisa menghadirkan karya-karya yang benar-benar berbeda, benar-benar menantang, benar-benar mengajak kita berpikir kembali, dan benar-benar menyegarkan! Apakah benar seni rupa kita stagnan, apakah benar pasar seni rupa kita sedang lesu pasca riuhnya berbagai transaksi karya di tiap sudut ruang presentasi di tanah air ini. Karya instalasi Tisna Sanjaya, Mobile Seniman, satir menanggapi hal ini. Jujurkah kita berkarya, jujurkah kita berwacana dan jujurkah kita bertransaksi?
Nunuk Ambarwati
Program Manager Jogja Gallery
Terima kasih kepada
Sponsor :
Calista Photo Studio dan Mirindo Rent Car
Partner : Mall Galeria, Toko Buku Togamas, Novotel Hotel, Grand Mercure, PT Dakota Cargo, Royal Garden Restaurant, Mall Ambarrukmo Plaza dan Jogja Plaza Hotel.
Media Partner : Radio Eltira 102.1 FM, Radio Global 107.6 FM, Radio RRI Pro 2 102.5 FM, Radio Rakosa 105.3 FM, Jogja TV 48 UHF, Truly Jogja, Kabare Magazine, Kompas, Kedaulatan Rakyat dan Bernas.
Pameran selanjutnya – Asian Youth Imagination #2 [28 Februari – 11 Maret 2009]
Asian Youth Imagination #2 adalah lanjutan dari acara pertama yang sudah terlaksana di Jepang pada bulan Desember 2008 lalu. Pameran ini bertujuan untuk menyajikan karya-karya seniman muda performans se-Asia dan berbagi dalam pengalaman proses berkarya.

Peserta pameran terdiri dari 10 negara di Asean [India, China, Singapore, Taiwan, Philipina, Thailand, Myanmar, Vietnam, Sri Lanka, dan Jepang.