Monday, February 12, 2018

Workshop Bikin Lip Balm


Waktunya Workshop!
@this.is.ktsc kali ini bekerja sama dengan Tirana Art Management mengadakan workshop untuk anak-anak usia 7-12 tahun. Dalam workshop ini, anak akan belajar membuat lip balm dan mewarnainya dengan lipstick. Anak juga akan belajar tentang bahan-bahan pembuat lip balm dan lipstik, serta diperkenalkan pada pengetahuan dasar tentang kulit manusia. 

Waktu dan Tempat
Sabtu, 17 Februari 2018
Pukul 10.00 - 12.00 WIB
di Tirana Art House and Kitchen 
Jalan Suryodiningratan 55 Yogyakarta

Kontribusi
IDR 125K / anak (termasuk voucher drink and snack)
Terbatas untuk 6 anak
* Tidak boleh menggunakan gadget selama workshop berlangsung

Pendaftaran (WhatsApp only)
Nunuk Ambarwati - 081-827-7073
Asa Rahmana - 0818-0268-0823

Workshop Seni Menyulam, Antara Hobi dan Passion



PRESS RELEASE
Workshop seni menyulam, antara hobi dan passion
YOGYAKARTA – February 2018. Serangkaian kegiatan memperingati 100 tahun, bangunan (gedung) The Phoenix Hotel Yogyakarta mengadakan beberapa kegiatan workshop dan pameran. Sebelumnya hotel ini memang sangat dikenal dengan pameran fashion, dan untuk tahun ini kembali mengahdirkan serangkaian kegiatan pameran dan workshop mulai dari pameran sulam tangan, pameran sulam ala Jepang, pameran batik lawasan, pembuatan coklat, dan lain sebagai. Semua pameran mempunyai pesan untuk kembali mengapreasikan hal hal yang sebenarnya sudah ada pada masa lalu dan dihadirkan kembali agar lebih dikenal oleh masyarakat yang lebih modern seperti saat ini.

Pada 23 Februari ini, The Phoenix Hotel Yogyakarta bersama dengan Tirana Art Management dan Seven Needles mengadakan Workshop dan Pameran menyulam. Hasil sulaman tangan luar biasa mempunyai nilai seni dan apresiasi yang tinggi dimana saat ini orang tidak lagi mengenal ataupun melakukannya. Dengan program ini, kami mengenalkan kembali seni menyulam. Workshop dan pameran akan dibuka oleh Ibu Bernie Liem, beliau adalah mantan pemilik hotel dan memiliki hobi menyulam juga. Beliau akan bercerita seni menyulam yang juga berfungsi sebagai “ healing “. Karena dengan menyulam, bisa membantu menenangkan otak dan pikiran kita dari kesibukan sehari hari. Tema Workshop dan pameran kali ini adalah : IN BETWEEN juga bisa dimaknai pekerjaan menyulam adalah antara hobi, passion dan profesionalisme. Antara wanita pekerja tapi juga mengerjakan pekerjaan kristik dan sulam disela-sela pekerjaan utamanya. Namun demikian, semua karya yang lahir adalah kecintaan pada sulam & kristik.

Hiasan menyulam memiliki proses perjalanan cukup panjang sejak dahulu kala. Kini, seni hiasan sulam dapat ditemukan di mana-mana dan setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri. Pada dasarnya, hampir tiap-tiap negara di dunia ini memiliki sejarah dan cerita unik mengenai seni hiasan sulam. Dan ketika dikeluarkan pertama barang tersebut pun merupakan sesuatu yang mewah. Hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Hal ini terjadi di Byzantium pada tahun 330 sesudah Masehi sampai abad ke-15. Pada zaman tersebut hiasan dipadukan dengan ornamen dari emas. Menyulam adalah sebuah seni yang memadukan dekorasi sulaman pada kain. Alat bantunya jarum dan benang.

Apabila tertarik dan ingin mengikuti Workshop ini dapat mendaftarkan segera ke Ibu Nunuk Ambarwati – Tirana Art Management  ( 081 227 073 ) atau ke The Phoenix Hotel Yogyakarta 0274 566 617 .

Best Regards,

The Phoenix Hotel & Tirana Art Management

__________________________

Sambutan Pembukaan Pameran Seven Needles IN BEETWEN
Jumat, 23 Februari 2018 | Hotel Phoenix Yogyakarta
Oleh Ibu Bernie Liem

Salam sejahtera bagi kita semua dan selamat datang pada para hadirin!
Beberapa waktu yang lalu, Ibu Christie (maksudnya Kristi Harjoseputro red.), Ketua Seven Needles Club bersama Mbak Lieke, putrinya dan Ibu Wiwid, PR Hotel Phoenix, berkunjung ke rumah dengan permintaan untuk memberi kata sambutan pada pembukaan pameran border tangan karya para anggota Seven Needles.
Saya menyambut dengan gembira dan mengapresiasi inisiatif atau prakarsa ini, yang juga didukung oleh Pimpinan dan Manajemen Hotel Phoenix.

Dalam rangkaian acara Peringatan 100 tahun Bangunan Heritage Hotel Phoenix, fokus atau titik beratnya adalah keberhasilan, ya lebih tepat prestasi pelestarian bangunan cagar budaya, maka pameran karya bordir Seven Needles amatlah cocok, pas untuk event ini, dimana kita, khususnya kaum muda di era milenial, kita harapkan untuk tergugah, untuk peduli dan sekaligus juga punya inisiatif untuk melestarikan karya seni bordir, yang sudah dirintis oleh kaum perempuan di era generasi sebelumnya, entah itu ibu atau eyang kita.

Saya punya pengalaman pribadi. Inilah kisahnya:
Kira-kira 5 dekade yang lalu, kebanyakan kita kaum wanita muda, termasuk saya sendiri, seni bordir tangan menjadi hobby yang benar-benar mengasyikkan, yang bertumbuh menjadi semacam “passion” atau gairah. Itu tentu berkat ketekunan para ibu kami yang dengan sabar senantiasa membimbing kami, mungkin juga untuk mempersiapkan putra-putrinya agar menjadi wanita trampil-komplit ketika beranjak dewasa dan harus berumah tangga. Dan pada jaman itu ketrampilan menjahit dan menyulam tangan adalah salah satu kriteria dari seorang wanita yang sudah siap berumah tangga.

Disamping bordir tangan membangkitkan “passion”, elemen lainnya adalah relaksasi, atau “healing” yang menenangkan kalbu dan pikiran setelah seharian beraktivitas baik di rumah maupun di lingkungan kerja atau kantor.

Harapan kami semua, dengan terselenggaranya pameran Seven Needles ini, khususnya kaum muda milenial bisa ikut menikmati karya seni bordir. Namun tak hanya menikmati dengan memandang karya-karya ini, tetapi akhirnya tergugahlah hati setiap pemirsa pameran ini untuk ikut melestarikan seni bordir tangan, yang sungguh amat positif karena didalamnya terkandung elemen relaksasi, healing sekaligus passion atau gairah tertentu untuk menghasilkan suatu karya yang indah, yang “abadi” karena bisa dinikmati atau lebih tepat dibanggakan oleh anak cucu kita kelak.

Hal yang sama pula dengan menikmati bangunan heritage dengan “saujana” indah lestari hingga saat ini. Kami sungguh menghargai dan menyambut hangat prakarsa Seven Needles untuk menggelar karya mereka bertempat di Hotel Phoenix, bangunan yang mempunyai karakter heritage kuat.


Terima kasih. Selamat berpameran dan sukses selalu!

When Coffee Meets Dessert



Nama: RA Marini Putri Ayu Habibie
Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 18 December 1991
Pendidikan: Sarjana Seni (Binus International University), Magister Manajemen (Candidate, Binus Business School

Memiliki keterampilan memasak bisa membawa manfaat besar bagi kesehatan jangka panjang seseorang. Dengan memahami keterampilan dasar dan pengetahuan tentang bahan masakan, seseorang dapat memiliki penilaian yang lebih baik terhadap pilihan makanan yang mereka konsumsi. Fakta itu merupakan hasil penelitian gelar master yang dilakukan oleh Putri Habibie, pemilik kelas memasak privat, LadyBake Cooking Class.

Menjunjung tinggi pentingnya kecukupan gizi dan kebersihan makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia, Putri sangat mendukung kegiatan memasak dirumah. Menurutnya, dengan memasak dirumah, kecukupan gizi dan kebersihan makanan yang dikonsumsim akan lebih terjamin. Dasar itu lah yang mendorong seorang Putri Habibie membangun sebuah jasa kursus memasak privat di Jakarta yang akhirnya menjadi titik awal Putri di bidang kuliner.


Cucu dari mantan presiden Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie ini mulai mengajar memasak pada tahun 2014. Kecintaannya terhadap dunia kuliner menghantar Ia mempelajari berbagai jenis menu makanan mulai dari makanan khas Indonesia sampai resep-resep khas mancanegara.

Keunggulannya dalam mendapatkan ilmu memasak secara otodidak memberikan Putri kemudahan dalam menyalurkan ilmunya kepada murid-muridnya yang mayoritas adalah pemula.
  Metode belajar Putri yang mudah dan praktis khas rumahan menjadi daya Tarik tersendiri bagi market ‘homecook’ lainnya yang baru ingin memulai melajar memasak. Hal itu terbukti bahwa muridnya bukan hanya datang dari area Jakarta, namun juga dari luar pulau seperti Pekanbaru, Pontianak, Medan, Samarinda, Makassar, Kepualauan Riau, dan lain-lain.

Dalam karirnya sebagai pengajar masak, Putri telah mengajar lebih dari 500 murid mulai dari para ibu rumah tangga, remaja, anak-anak, hingga para selebritis Indonesia. Adapun sejumlah nama selebritis yang menjadi murid Putri yaitu Raisa, Ashanty, Tina Toon, Aurel Hermansyah, Nina Zatulini, Alice Norin, Natasha Rizky, Citra Kirana, Jevier Justin, Kevin Hendrawan, Rini Yulianti, Rachel Vennya, Tamara Tyasmara, dan lain-lainnya.


Kini dalam kesehariannya, Putri sedang mempersiapkan peluncuran buku perdananya yang bertema Parenting and Cooking Activity Book. Lewat bukunya, Putri ingin mengkomunikasikan kepada para ibu maupun calon ibu seluruh Indonesia mengenai pentingnya memberikan edukasi keterampilan memasak kepada anak-anak dimulai sejak dini, dikarenakan hal tersebut dapat menumbuhkan kesadaran para anak untuk lebih memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsi hingga mereka dewasa kelak.


Menjelang penerbitan buku tersebut, Putri giat menjadi pembicara talkshow-talkshow bertema ‘
Home Cooking’ diberbagai sekolah, universitas dan beberapa area pusat perbelanjaan. Putri memiliki keyakinan bahwa ketika seseorang belajar memasak, ilmu yang mereka dapatkan tidak hanya memberikan kebaikan untuk dirinya sendiri namun juga untuk orang sekitarnya.