Thursday, August 23, 2018

Abad to Outerspace

Abad to Outerspace
Abad Tristan Sihgit, saya biasa memanggil anak laki-laki ini dengan nama Abad. Usianya baru 14 tahun. Menurut ayahnya, anak pertamanya ini sudah lancar membaca sejak usianya 4 tahun. Sejak itu, ia mulai dibelikan komik, cergam dan juga puzzle. Orang tuanya sangat memperhatikan perkembangan anak pertamanya ini. Seiring waktu, Abad semakin menyukai mainan puzzle, sehingga ayahnya bertambah sering membelikannya. Abad sangat sering bersentuhan dengan komik, cergam, dan juga puzzle, lalu menuangkan ekspresinya kedalam gambar. Ia kemudian mulai menggambar komik, bahkan lengkap dengan pengenalan karakter-karakternya. Figur-figur karakter imajinatif pun mulai muncul dari buah pikirannya. Figur-figur yang menyerupai hewan maupun manusia makin muncul dalam coretan-coretannya. Lama kelamaan, figur-figur tersebut ia isi dengan macam-macam bentuk bidang geometris. Ayahnya terus saja membiarkan anaknya ini untuk meng-eksplorasi gagasan-gagasannya selama beberapa tahun. Pada usia 13 tahun, Abad mulai berkarya di kanvas menggunakan cat akrilik dan karya-karyanya dipamerkan di Jogja Contemporary (pameran tunggal). Sejak saat itu, Abad semakin sering mengajak maupun diajak orang tuanya melihat acara-acara pameran seni di Yogyakarta, tujuannya adalah agar dapat terus mengembangkan gagasan dan karyanya.



Di pertengahan tahun 2018 ini, Abad kembali berpameran tunggal dengan karya-karya kanvasnya. Akhir-akhir ini, Abad sangat menyukai film-film bertemakan luar angkasa. Pada pameran kali ini, Abad ingin menuangkan ketertarikannya dengan benda/makhluk luar angkasa. Abad memilih OUTERSPACE sebagai judul pameran tunggalnya ini. Istilah outerspace ini tidak muncul begitu saja, awalnya secara tidak sengaja, ia menonton salah satu video musik beatbox di channel youtube, ia melihat judul beatbox itu, disana tertulis “beatbox to outerspace” (https://www.youtube.com/watch?v=TIwdANwJY28). Maka diputuskanlah istilah ini menjadi judul pamerannya. Tirana Arthouse and Kitchen menjadi tempat pilihan diselenggarakannya pameran ini.
Outerspace dirasakan Abad bisa mewakili imaji-imajinya tentang luar angkasa tanpa adanya kepentingan lain yang mempengaruhinya. Dengan lugu (khas anak-anak pada umumnya) , ia mengolah gagasan-gagasannya, misalnya saja ketika ia sedang keramas, ia melihat brand shampo yang ia pakai. Dengan polosnya, dituangkanlah nama brand tersebut kedalam karyanya. Atau ketika ia mendapatkan kata plankton dalam pelajaran IPA di sekolah, lalu menuangkan gagasanya kedalam visual karya.
Abad punya pandangan sendiri terhadap sebuah benda maupun makhluk hidup. Menyusun dan menggabungkan (sifat dari permainan puzzle) juga dilakukan dalam proses berkaryanya. Ia menggabungkan beberapa visual objek menjadi satu, dan penggabungan itu pun berlanjut menjadi judul karya. Dalam pemilihan judul, ia punya istilah-istilah sendiri yang berasal dari penggabungan tersebut. Dapat dilihat pada karya yang berjudul “foctacle 30” karya ini berukuran 60x60cm, Abad mengimajinasikan sebuah pesawat ufo dan tentakel dari gurita. Pesawat ufo menghadap ke kanan dan kaki-kakinya merupakan tentakel, ufo itu dilukiskannya sedang terbang menjauh dari sebuah planet. Karya selanjutnya ia beri Judul “splankto 8” (ship dan plankton), sebuah pesawat yang menghadap keatas. Ketika Abad membuat visual pesawat ini, serta merta ia teringat akan pesawat besar (eng : ship) milik S.H.I.E.L.D yang ada di film The Avenger. Kata “plankton” ia dapatkan di sekolahnya, ketika guru IPA sedang menjelaskan salah satu mata pelajarannya tersebut, sontak Abad tertarik dengan kata itu kemudian mencari referensinya di internet. Ia memutuskan untuk menggabungkannya dengan pesawat. Selain dua gabungan kata, ada juga karya yang menggunakan tiga kata sekaligus, seperti pada karya yang di imajinasikan Abad adalah sebuah roket berbentuk dasar segilima yang menghadap keatas dengan dorongan pengapian dari bawah dan mempunyai sistem kendali ditengah. Menurut Abad, bentuk roket tersebut terinspirasi dari bentuk bintang (eng: star) yang selama ini kita kenal, lalu jilatan api yang keluar dianggapnya menyerupai kaki kodok (eng: toad), sistem kendali berbentuk antena menyerupai mata kodok. Dari ketiga hal (eng: rocket-star-toad) tersebut, akhirnya Abad menggabungkannya menjadi “Rockstoad” sebagai judul karya ini. Ketiga hal ini sangatlah berbeda jika disandingkan menjadi satu, namun Abad dapat menggabungkan beberapa hal tersebut menjadi satu objek, satu frame, dan satu judul.
Bagi saya, metode yang dipakai oleh Abad ini sangatlah menarik, berawal dari kesukaannya terhadap komik, cergam, dan puzzle di masa kanak-kanaknya, hingga sekarang ia mempunyai metode tersendiri untuk menuangkan ide-ide khasnya dalam usia saat ini. Dari menggabungkan puzzle hingga mem-puzzle-kan gagasan, visual, dan istilah dalam judul-judul karyanya. Dalam pameran ini, Abad mempresentasikan 10 karya baru yang sangat menarik untuk dilihat, dinikmati, dan juga dicermati/diulik. Selamat berpameran kembali teruntuk Abad. Selamat datang bagi masyarakat, pemerhati, maupun pecinta seni. Mari bermain “puzzle” bersama seniman muda kita, Abad Tristan Sihgit.
Yogyakarta, Agustus 2018
Arif Hanung TS