Tuesday, December 27, 2016

Hallo Kenobi :)

Baca juga http://nunukambarwati.blogspot.co.id/2017/01/cerita-di-balik-karya-kenobi.html

Tulisan pengantar pameran oleh Nunuk Ambarwati
Pameran tunggal lukisan Kenobi Haidar Akmal
Tirana House Yogyakarta | 27 Desember 2016 – 31 Januari 2017


Kenobi Haidar Akmal, lahir di Jakarta, 1 Agustus 2006. Merupakan anak pertama, pasangan Rena Ningtyas dan Harli Rusdiantoro. Suatu hari Kenobi berujar kepada ayahnya,”Aku ingin menjadi anak normal”. Sahut sang Ayah, “Tidak ada masalah denganmu. Kamu baik-baik saja”. Setiap anak adalah istimewa. Setiap anak berhak mendapatkan hak dasar mereka. Pameran tunggal lukisan karya Kenobi di Tirana House (Yogyakarta) kali ini, merupakan pameran tunggal pertama kali bagi Kenobi. Sebelumnya Kenobi telah menggelar karyanya pada pameran di sekolah (Jakarta). Usai presentasi karyanya, seturut pengakuan orang tuanya, Kenobi makin bangga dan percaya diri. Pameran ini juga merupakan salah satu pemenuhan hak anak, yakni mendapatkan penghargaan, berkarya dan berekspresi.

Kenobi kenal media dua dimensi (lukis) sejak usia 8 tahun. Ditemani Eyangnya, Kenobi mengeksplorasi media ini dengan cat akrilik pada kanvas. Pada pameran ini, kita bisa melihat perkembangan Kenobi pada hasil lukisannya. Pada awal Kenobi melukis, gaya lukisannya sangat ekspresif. Kita bisa melihat bagaimana eforia Kenobi meluapkan emosi dan gagasannya pada satu bidang kanvas. Saat ini Kenobi berusia 10 tahun; gaya lukisannya sudah semakin fokus dan sadar komposisi. Karakter garisnya tegas dan kuat. Kenobi sudah bermain bidang-bidang kosong yang di blok dengan warna. Bahkan sudah tergambar lebih jelas sosok-sosok figur yang ingin ia tampilkan. Bagi seorang Kenobi dengan anak berkebutuhan khusus (ADHd: attention deficit hyperactivity disorder; lebih sering dikenal dengan istilah hiperaktif), perkembangan ini merupakan hal yang sangat positif.

Petruk Berdasi

Menurut orang tuanya, Kenobi bisa mengawali lukisan dari manapun, ini yang unik dari dia. Misal, ia akan menggambar orang setengah badan, ia bisa menggambar dari dasinya dulu baru baju dan kepala. Kenobi juga lebih suka menggambar sosok orang daripada binatang. Pada pameran ini, kita bisa melihat persepsi Kenobi pada tokoh Diponegoro, Petruk, Napoleon, Sunan Kalijogo, The Beatles, Hitler dan sebagainya. Tokoh Diponegoro, Kenobi gambarkan dengan blangkon (tutup kepala khas Yogyakarta) dan keris sebagai lambang perjuangan dan kegagahan sosok pahlawan. Uniknya, keris pada lukisan Diponegoro ini, Kenobi taruh di tengah, tepatnya di dada figur tersebut. Simak juga kisah Sunan Kalijaga yang digambarkan dengan gunungan wayang di kanan dan kirinya. Lukisan tersebut menceritakan  Sunan Kalijaga sedang membuat wayang untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Lukisan ini ia buat saat ia senang dengan ketokohan Sunan Kalijaga dan juga lagu Ilir-ilir. Lain cerita dengan sosok Hitler. Hitler merupakan tokoh pertama yang dikenal Kenobi dan menjadi favoritnya. Sang Ayah membantu Kenobi untuk mendapatkan informasi seputar Hitler melalui berbagai media (you tube atau menceritakan ulang).

Untuk urusan warna, Kenobi tidak pilih-pilih. Warna apapun ia pakai. Warna-warna terang dan solid ia pakai untuk mengekspresikan luapan gagasannya. Di awal perkenalan Kenobi dengan cat dan kanvas, diakui oleh orang tuanya, mereka harus menghentikan aktifitas melukis Kenobi di saat lukisannya sudah terlalu penuh atau sudah bertumpuk cat. Bila tidak diminta untuk berhenti, bisa terjadi, kanvas akan penuh dengan warna hitam saja karena kumpulan cat. Seiring perkembangan, Kenobi bisa menentukan sendiri kapan lukisan tersebut ia anggap selesai. Kenobi kadang tak memakai kuas untuk menorehkan cat, ia lebih mantap memakai jari jemari untuk mengoleskan cat.

Diponegoro


Meski demikian, saat ditanyakan kembali kepada orang tuanya, Kenobi sebenarnya lebih suka mengeksplorasi play dough daripada dua dimensi. Sejak usia 2 tahun sudah memiliki minat yang tinggi terhadap patung, wayang dan benda-benda unik lainnya. Di usia 3 tahun, ketika Keno mengenal play dough, ternyata ia sudah mampu membuat patung-patung kecil. Untuk mendokumentasikan karya-karya play dough bikinan Kenobi, orang tua menggunakan play dough bahan khusus sehingga bisa mengeras. Sehingga karya-karya ini bisa disimpan. Kenobi juga membuat wayang dari kertas dengan tokoh khas. Untuk wayang kertas ini, Kenobi bekerjasama dengan ayahnya. Kenobi menggambar, ayah membuat wayangnya. Kemudian Kenobi mempunyai skenario untuk wayang-wayangnya ini. Tokoh yang ia gambar pada wayang sedang digemarinya, juga sedang hits dibicarakan adalah ‘Dimas Kanjeng’. Kenobi bisa lintas tokoh dan dunia bila membicarakan karyanya. Sebagai misal sebuah karya dengan tokoh Little Pony tapi ia hidup di dunianya Sponge Bob (The Bikini Bottom). Atau tokoh komikal era 80-an, trio Warkop yang melegenda (Dono, Kasino dan Indro) bisa bertemu dengan sosok fenomenal Dimas Kanjeng yang sedang hits di era sekarang.

Kesenian bukan hal yang asing untuk Kenobi karena beberapa anggota keluarganya berkecimpung di dunia kreatif. Di awal proses berkreasi Kenobi didampingi orang tuanya dan guru lukis pendamping. Dengan melihat minat Kenobi terhadap menggambar, orang tua Kenobi berinisiatif untuk mencoba memindahkan kreasinya ke kanvas. Menurut cerita Rena (ibu Kenobi), Kenobi sering terlihat lelah usai melukis, hal ini karena ia telah mentransfer emosinya ke dalam karya-karya lukisannya. Kenobi bisa melukis dalam waktu setengah jam atau juga ia selesaikan dalam 2 hari. Media seni (lukisan, wayang, play dough, mendongeng) menjadi terapi yang menyenangkan bagi siapapun dan juga bagi anak berkebutuhan khusus seperti Kenobi. Semoga pameran ini bisa menginspirasi dan memberi semangat anak-anak dan orang tua di Indonesia.

















Friday, December 23, 2016

Project Showroom #3 - Rumah Batik Borobudur

Sebuah kerja kemitraan antara UNESCO dan Tirana Art Management [TAM] di penghujung tahun 2016 (Oktober-Desember). TAM diminta untuk merancang dan mendesain interior 4 showroom kelompok dampingan UNESCO di kawasan Prambanan (2 showroom) dan kawasan Borobudur (2 showroom).

Showroom ini merupakan bagian dari rumah pribadi salah satu anggota kelompok. Showroom ini memiliki akses yang baik sebagai bagian dari Desa Wisata, sehingga banyak didatangi wisatawan asing maupun domestik. Dari sisi produk kelompok ini membuat batik tulis, batik cap, batik tulis kombinasi motif relief candi. Sedikit yang membedakan, showroom ini sudah dipersiapkan sebagai tempat bekerja membatik; mulai dari menggambar motif, membatik hingga mewarnai. Maka showroom ini dibagi dua ruangan, ruang depan sebagai tempat bekerja dan tempat untuk diskusi, ngobrol para anggota kelompok. Wisatawan atau konsumen yang datang juga bisa menyaksikan demo proses membuat batik di ruangan depan. Sementara ruang belakang, sebagai tempat display produk. Diharapkan showroom ini sangat kental nuansa kebersamaan kelompok dan aktif berkarya. Maka showroom ini memiliki konsep "Gathering & Community".

Baca juga:
http://nunukambarwati.blogspot.co.id/2016/12/project-showroom-1-omah-batik-sojiwan.html
http://nunukambarwati.blogspot.co.id/2016/12/project-showroom-2-lapak-jumputan-candi.html


Batik Borobudur 

Indonesian Batik was inscribed on the Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity in 2009. The techniques, symbolism and culture surrounding hand-dyed cotton and silk garments, known as Indonesian Batik, permeate every aspect of Indonesian life. Often handed down through familial lines – from generation to generation – the craft of batik is intertwined within the cultural identity of the Indonesian people and, through the symbolic meanings of its colours and designs, expresses their creativity and spirituality.

As a part of the community empowerment program, which focuses on two of UNESCO’s World Heritage Sites in Indonesia (Borobudur Temple Compounds and Prambanan Temple Compounds), UNESCO Jakarta has been providing technical assistance to the local communities of Borobudur and Wanurejo Villages in the surrounding regions of Borobudur Temple. Under the assistance of UNESCO, these local communities receive livelihood assistance with the development of batik using motifs from the reliefs of Mendut Temple and Pawon Temple. The provided support involves the facilitation of technical skill training, business development training, marketing and promotion training, as well as showroom setup. In 2015, two new community-business-groups were established under the names of Batik Borobudur, with 10 female members in each community group.

The identifying characteristics of Batik Borobudur can be seen through their motifs. The motifs were adopted from the decorative reliefs of Pawon and Mendut temples, with beautiful depictions such as flowers, geometric patterns, and Kinara Kinari.

Batik Borobudur

Jl Badrawati RT 03, Ngaran 1 Borobudur
Magelang, Jawa Tengah

HP 0817268065 / 082242559747

Showroom Rumah Batik Borobudur sebelum di make over.

Showroom Rumah Batik Borobudur sebelum di make over.

Sketsa awal yang dibuat oleh Nunuk Ambarwati (Tirana Art Management).

Sketsa desain yang dimatangkan, dibuat oleh Fitri Prawitasari, staf pengajar ATA YKPN.

Showroom Rumah Batik Borobudur sebelum di make over.

Showroom tampak depan yang sudah di make over.

Detail dekorasi interior dari material unik.
Sekaligus bisa dipakai untuk packaging produk.

Detail dekorasi interior dari material unik.
Sekaligus bisa dipakai untuk packaging produk.

Detail dekorasi di atas meja.

Detail dekorasi di atas hambalan.



Motif relief candi yang menjadi dasar pola batik karya Rumah Batik Borobudur.
Sengaja dibuat masih mentah, baru tahap di batik dengan malam dan belum difinishing;
kemudian di beri frame, sehingga terkesan natural.

Detail interior Rumah Batik Borobudur.

Untuk lebih mempercantik ruangan, kami buatkan permainan asimetris
lampu gantung dari bahan sederhana.



Aktifitas membatik yang bisa kita temui di showroom ini.
Karena area depan showroom ini bisa difungsikan sebagai tempat gathering, rapat kelompok, workshop
dan produksi membatik kelompok ini sendiri.




Wednesday, December 21, 2016

The Window of Jendela

THE WINDOW OF JENDELA
Handiwirman Saputra | Jumaldi Alfi | Rudi Mantofani | Yunizar | Yusra Martunus

Penerbit OHD Museum @2013
Bahasa Inggris dan Indonesia
174 halaman
Rp 150.000,-

Tersedia di
Tirana House
Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta
ph 0274 411615 | Buka setiap hari 9 pagi - 9 malam

Kelompok Seni Rupa Jendela (KSRJ) lahir pada 1996 di Yogyakarta. KSRJ terdiri dari Yunizar, Jumaldi Alfi, Rudi Mantofani, Yusra Martunus dan Handiwirman Saputra. Buku ini merupakan rangkaian dari pameran bertajuk Jendelanya JENDELA. Sesuai misi pameran, penerbitan ini juga mengusung semangat edukasi. Oleh karena itu sekilas sejarah KSRJ juga dimuat dalam buku ini.



Seni dan Mengoleksi Seni

"Seni dan Mengoleksi Seni"
Kumpulan Tulisan
dr. Oei Hong Djien
538 halaman
Tersedia dalam bahasa Inggris dan Indonesia
Bahasa Indonesia Rp 100.000,-
Bahasa Inggris Rp 150.000,-
Editor: Ilham Khoiri, Candra Gautama
Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Jakarta bekerja sama dengan OHD Museum dan Djarum Foundation
Tersedia/dijual di
Tirana House
Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta | ph 0274 411615
Oei Hong Djien, kolektor seni rupa terkemuka Indonesia asal Magelang, Jawa Tengah, itu, ternyata juga menulis. Sejak tahun 1990 sampai sekarang, atau lebih dari 20 tahun, dia membuat banyak catatan. Sebagian besar untuk pengantar katalog pameran, sebagian lagi berupa naskah pidato, ceramah, atau diskusi. Sebagian lain merupakan artikel untuk katalog balai lelang, majalah atau buku.
Tulisan-tulisan OHD, begitu namanya kerap disingkat, dirangkum menjadi buku Seni dan Mengoleksi Seni ini. Perhatiannya cukup luas: mulai dari para seniman modern the old masters, seniman muda kontemporer, pasar, lelang, dunia koleksi, hingga hubungan seni dengan masyarakat. Dengan gaya to the point, bertutur, dan bersahaja, dia mengajak kita untuk memasuki alam pemikiran seorang kolektor.
Buku ini menawarkan serangkaian argumentasi di balik aktivitas mengoleksi lukisan, patung, drawing, atau instalasi. Argumentasi diperlukan untuk membangun dunia koleksi di Indonesia yang lebih bertanggung jawab, menghargai sejarah, dan demi memajukan seni rupa itu sendiri. Bukan sembarang memburu karya seni hanya demi menumpuk investasi, mengeruk keuntungan instan, atau ikut-ikutan lantaran terpikat gunjingan.
Kehadiran buku ini melengkapi hasrat OHD untuk berbagi, setelah sebelumnya membeli sekitar 2000 karya seni, membangun museum, berbicara di banyak forum, dan memamerkan koleksinya kepada publik. Melalui buku ini, publik berkesempatan untuk menyimak pengalaman, gagasan, pergaulan dengan seniman, dan persentuhannya dengan karya seni sejak tahun 1960-an. Ini adalah sumbangan berharga untuk memperkaya pengetahuan tentang seni rupa Indonesia.

Saturday, December 17, 2016

Pameran tunggal lukisan KENOBI


Kenobi Haidar Akmal (Jakarta, 1 Agustus 2006) sejak dari usia 2 tahun sudah memiliki minat yang tinggi terhadap patung, wayang, lukisan dan benda – benda unik lainnya. Ketika Keno mengenal play doh, kami terkejut karena dia ternyata mampu membuat patung – patung kecil di usia dia 3 tahun.

Ketertarikan terhadap hal – hal yang berbau seni ini semakin kental dan seiring dengan waktu Kenobi menemukan hobinya yaitu melukis dan mendalang. Selain melukis, Keno juga sketching setiap hari. Detil ekspresi adalah ciri khas dari gmbar – gambar Kenobi serta garis yang kkuat dan percaya diri dari setiap goresan kuasnya.

Kenobi dengan kebutuhan khususnya memiliki kelebihan menangkap emosi yang tak kasat mata dan ekpresi yang kemudian dituangkan dalam bentuk lukisan ataupun gambar.
Karya – karya Kenobi yang dihasilkan tersebut diproduksi mulai dari tahun 2013 dimana dia pernah di bimbing oleh seorang peluksi bernama Pak Yos selama hampir 1 tahun. Dari perjalanan karyanya kita bisa melihat keanekaragaman isi kepala dari anak dan minatnya.
Lukisan – lukisannya awalnya masih berbentuk kartun yang digemarinya namun seiring perjalanan waktu Kenobi mulai sering melukis sosok tokoh yang disukainya seperti Sunan Kalijaga, Pangeran Diponegoro dan lain – lain.

Media yang digunakan adalah kanvas dan cat acrylic namun bisa juga di media lainnya yang ditemui paling dekat oleh Kenobi. Selain, melukis Kenobi juga sering membuat wayang versi Kenobi tentu saja pada saat produksinya dibantu oleh sang Ayah.
Karya Kenobi yang belum banyak ini, semoga dapat memberikan sebuah semangat untuk – untuk teman Kenobi untuk berkarya dan punya kenyakinan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di Dunia ini.

Salam,
Keno 

Project Showroom #2 - Lapak Jumputan Candi Ijo

Sebuah kerja kemitraan antara UNESCO dan Tirana Art Management [TAM] di penghujung tahun 2016 (Oktober-Desember). TAM diminta untuk merancang dan mendesain interior 4 showroom kelompok dampingan UNESCO di kawasan Prambanan (2 showroom) & kawasan Borobudur (2 showroom).

Pada foto, salah satu showroom milik kelompok, yakni "Lapak Jumputan Candi Ijo". Yang sudah TAM make over dengan konsep "Youth & Colorfull".

Mengingat para anggota kelompok Lapak Jumputan ini didominasi oleh anak muda dan produk mereka penuh variasi warna; menarik dengan berbagai pilihan warna, ada banyak diversifikasi produk (kaos, pashmina, kain dll); maka konsep penataan display mengikuti karakter tersebut. Penataan display di showroom ini lebih berani menggunakan warna-warna solid seperti merah, kuning dan biru. Beberapa penataan produk juga akan mengikuti semangat kemudaan, antara lain dengan membuat gantungan untuk produk langsung dari plafon dan menggunakan material unik. Dikarenakan lokasi showroom ini berada diantara jalan kearah lokasi pariwisata Tebing Breksi dan Candi Ijo, maka showroom ini wajib memiliki banyak petunjuk arah.

Baca juga 
http://nunukambarwati.blogspot.co.id/2016/12/project-showroom-1-omah-batik-sojiwan.html

http://nunukambarwati.blogspot.co.id/2016/12/project-showroom-3-rumah-batik-borobudur.html

_______________________________________

LAPAK JUMPUTAN CANDI IJO
Tie-Dye, secara lokal disebut sebagai Jumputan, adalah salah satu metode tradisional yang digunakan untuk membuat motif pada kain. Untuk mencapai metode ini, pertama kain harus diisi, dibungkus, dan diikat dengan cara tertentu. Kain tersebut kemudian dicelup dengan cara mencelupkannya ke dalam larutan berwarna, menciptakan reaksi antara serat tekstil dan solusi warna. Pakaian dengan motif jumputan biasa ditemukan di wilayah Solo dan Yogyakarta.

Sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat, yang berfokus pada dua dari Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia (Kompleks Candi Borobudur dan Kompleks Candi Prambanan), UNESCO Jakarta telah memberikan bantuan teknis kepada masyarakat lokal Sambirejo Desa di wilayah sekitarnya Candi Prambanan.

Di bawah bantuan dari UNESCO, komunitas-komunitas lokal menerima bantuan mata pencaharian dengan pengembangan jumputan / tie-dye menggunakan motif dari relief Candi Ijo - candi Hindu yang berada di daerah Prambanan yang sangat terkenal dengan lingkungan yang indah, yang terletak di lereng barat bukit jauh dari daerah yang sibuk.

Dukungan yang diberikan melibatkan fasilitasi pelatihan teknis ketrampilan, pelatihan pengembangan bisnis, pemasaran dan pelatihan promosi, serta penyiapan showroom. Pada 2015, sebuah komunitas bisnis-kelompok baru didirikan dengan nama LAPAK JUMPUTAN CANDI IJO yang terdiri dari 15 desa Sambirejo dengan basis mayoritas perempuan.

LAPAK JUMPUTAN CANDI IJO
Nomor 26, Rt.003 Rw.018
Groyokan, Sambirejo
Prambanan, Sleman
Hp. 0819-2286-293 / 0812-2748-887

______________________________________

LAPAK JUMPUTAN CANDI IJO


Tie-Dye, locally referred to as Jumputan, is one of the traditional methods used to create motifs on a cloth. To accomplish this method, the cloth must first be filled, wrapped, and strapped in a certain way. The cloth is then dyed by way of dipping it into a coloured solution, creating a reaction between the textile fibers and the coloured solution. Cloths with jumputan motifs are common to Solo and Yogyakarta.



As a part of the community empowerment program, which focuses on two of UNESCO’s World Heritage Sites in Indonesia (Borobudur Temple Compounds and Prambanan Temple Compounds), UNESCO Jakarta has been providing technical assistance to the local communities of Sambirejo Village in the surrounding region of Prambanan Temple. 

Under the assistance of UNESCO, these local communities receive livelihood assistance with the development of jumputan/tie-dye using motifs from the reliefs of Ijo Temple – a Hindu temple located in the Prambanan area that is very famous for its beautiful surroundings, as it is located on the west slope of a hill far from busy areas. 

The provided support involves the facilitation of technical skill training, business development training, marketing and promotion training, as well as showroom setup. In 2015, a new community-business-group was established under the name of Rumah Jumputan Candi Ijo, consisting of 15 Sambirejo villagers with a female majority base.

Lapak Jumputan Candi Ijo
Nomor 26, Rt.003 Rw.018
Groyokan, Sambirejo
Prambana, Sleman
Hp. 0819-2286-293/ 0812-2748-887


Showroom Lapak Jumputan Candi Ijo sebelum di make over.

Showroom Lapak Jumputan Candi Ijo sebelum di make over.



Sektsa awal dibuat oleh Nunuk Ambarwati (Tirana Art Management)

Sketsa yang disempurnakan, digambar oleh Fitria Prawitasari, staf pengajar ATA YKPN

Showroom Lapak Jumputan Candi Ijo tampak depan.

Lapak Jumputan Candi Ijo tampak luar. Lapak ini berupa ruangan kecil berukuran sekitar 3 × 3 meter saja. Berada di Jl Candi Ijo. Bila hendak wisata ke Candi Ijo, Anda akan melewati lapak mungil ini.

Showroom Lapak Jumputan Candi Ijo tampak depan.


Pemilihan dekorasi yang warna warni sesuai konsep 'Youth & Colorfull'

Lapak Jumputan Candi Ijo memiliki konsep "Youth & Colorfull". Maka ketika Anda akan memasuki lapak mungil ini akan disambut kemeriahan warna warni produk jumputan atau dekorasinya. ðŸ˜Š

Detail salah satu sudut di showroom LAPAK JUMPUTAN CANDI IJO. Karena konsepnya "Youth & Colorfull" maka kami pilihkan material yang memiliki ragam warna & menarik dipadu padan.

Memakai tali tambang warna warni, kemudian disimpulkan pada sebuah corong air mini. Mix warna penting, misalnya tali warna hijau ketemu corong warna pink. Dan seterusnya.

Cara mendisplay kain yang digantung pun perlu diperhatikan; supaya jatuhnya meruang dan kain tetap terlihat motif jumputannya.



Interior yang colorfull.

Interior yang colorfull.

Detail interior desain, keranjang dari bahan enceng gondok.

Kunjungan Programme Specialist for Culture UNESCO, Bapak Bernards Alen Zako dan tim.

Kunjungan Programme Specialist for Culture UNESCO, Bapak Bernards Alen Zako dan tim.