Monday, December 31, 2018

Dari Pemandu Lokal Plaosan, Iduk Rambah Indonesia dengan Tekadnya

[ Profil ]

Dari Pemandu Lokal Plaosan, Iduk Rambah Indonesia dengan Tekadnya

Hallo Sobat #kitamudakreatif! Saatnya kita berkenalan langsung dengan pemandu wisata muda dari Prambanan yang kini sudah melanglang buana. Siapa dia?
Sri Murwani, gadis kelahiran Klaten, 30 Agustus 1985 ini biasa disapa Iduk. Gadis ini adalah salah satu pemandu muda dari kawasan Prambanan yang bergabung dengan Program Creative Youth at Indonesian Heritage Sites dibawah dukungan UNESCO – Citi Foundation sejak fase pertama program diluncurkan di tahun 2017.

Iduk mengawali  debutnya  di ranah pemandu wisata dua tahun lalu. Kala itu dia mulai bekerja sebagai pemandu wisata lokal di Candi Plaosan  khususnya untuk wisatawan bahasa Perancis dan Inggris. Kini, ia tak hanya memandu satu tempat wisata saja tapi juga menjadi pemandu wisata dalam kota, antar propinsi hingga antar pulau (Bromo, Ijen, Pemuteran Bali) dan menjadi pemandu tur bersepeda hingga sekarang.
Baginya, dunia pariwisata adalah hal yang sangat menyenangkan, bisa piknik gratis, malah  dibayarin pula :) Tapi yang jelas, alasan utamanya menjadi pemandu itu penuh tantangan. Setiap hari harus belajar dan belajar, juga harus pandai menempatkan diri. Menariknya juga selalu bertemu orang-orang baru.
Sejak mengikuti program  #kitamudakreatif bersama UNESCO – Citi Foundation, banyak manfaat ia rasakan, antara lain memperluas jaringan, mengetahui dan memperoleh ilmu tentang manajemen keuangan, juga cara promosi jasa secara online/ marketing.
Harapannya tahun depan bisa memperluas usaha, tidak hanya di bidang pemandu tapi juga bisa membuka agen perjalanan sendiri.

#heritageforgeneration #youth #youthinspirations #youthmission #youthachievement #kitamudakreatif #YouthEmpowerment #youthdevelopment #youthwork #creative #creativelifehappylife #creativepreneur #unesco #creativeentrepreneur #creativebusiness #creativeideas #kitamuda #wirausaha #wirausahamuda #CitiIndonesia #CitibankIndonesia #CitiPeka #CitiPeduliBerkarya #CitiVolunteers #unescojakarta #cintaibudayamu

Saturday, November 10, 2018

Selat Solo Joglo

SELAT SOLO JOGLO

Open order
Silakan order online via WA 081-827-7073.

Ibu sebenarnya pinter di bidang kuliner, tapi ibu lebih suka menjahit 😊. Ibu dan bapak berasal dari kota Solo. Dengan rendah hati, kami putri-putrinya, mencoba memperkenalkan salah satu menu khas Solo dengan resep turun temurun keluarga.

Yang membuat spesial adalah mayonaise terbuat dari kuning telur utuh. Daging sapi kami sajikan asli. Monggo, silakan dicicipi. Matursuwun 🙏

Monday, October 29, 2018

Laporan Akustik Asyik

"Akustik Asyik" - Business Project Bintang Tanatimur
Tirana Kitchen | 20.10.2018


Aksi Bintang Tanatimur (13th) seperti ini patut dicontoh, meskipun karena tugas sekolah; Bintang memilih berniaga dengan menggelar aksi musik & menggalang dukungan dana untuk korban bencana di Palu. Teman sekelas Bintang yang lain ada yang memilih berjualan makanan, menjual jasa cuci motor dan cuci piring. Bintang, seperti halnya teman sekelasnya, mendapatkan modal Rp 10rb dari sekolah, dengan modal tersebut ia harus berniaga untuk mendapatkan laba halal Rp 100rb dalam kurun waktu 2 bulan. Uang tersebut digunakan untuk keperluan sekolah. Tugas sekolah ini upaya agar anak mengembangkan jiwa kewirausahaannya.

Begini Bintang membuat aksinya, Bintang menyiapkan lagu yang akan dinyanyikannya sendiri dengan bermain gitar. Bintang juga mengundang sepupunya dan ayahnya menjadi bintang tamu di acara tersebut dengan memainkan beberapa lagu. Selama berlangsungnya acara, sepupu Bintang yang lain membagikan amplop kosong. Setelah acara selesai, amplop dikembalikan. Acara berlangsung sekitar 2 jam, diselingi antara menyanyi dengan sambutan, testimoni dan harapan untuk Bintang. Dihadiri sekitar 50 kolega Bintang dan keluarganya. Ada pula beberapa undangan yang tidak hadir saat acara tersebut dan mengirim uang melalui transfer langsung ke rekening Bintang. Bintang sendiri yang membuka amplop dan cek berapa jumlah uang yang ia terima.

Bagi saya, ini tidak semata-mata tugas sekolah. Kita bisa melihat bagaimana peran orang tua dan keluarga sangat bersinergi agar anak bisa menyelesaikan tugasnya. Orang tua dan keluarga Bintang mendukung penuh upaya niaga ini, menghubungkan ke saya (Tirana) untuk menyediakan ruang, mengundang kolega, menemani latihan, membantu menjadi bagian dari acara tersebut. Terlihat sangat didukung penuh.

Alhamdulillah Bintang mendapat jauh melebihi dari target, yaitu lebih dari Rp 3 Juta. Kelebihan tersebut ia sumbangkan untuk membantu temannya di Palu (lihat posting IG @nemu.buku). Sebuah perpustakaan, penggerak literasi di Palu yang ikut sebagai korban bencana gempa dan tsunami beberapa waktu lalu. Kebetulan penggerak Nemu Buku sudah dikenal oleh keluarga Bintang, sehingga sumbangan kepadanya benar-benar diberikan kepada pihak yang tepat sasaran. 

Saya yakin beberapa sekolah sudah menerapkan hal ini kepada anak didiknya. Membuat upaya-upaya kreatif dan asyik agar anak didiknya memiliki kepekaan entrepreneurship sejak dini.

Aksi Bintang tersebut membuat saya miris ketika beberapa hari setelahnya, saya mendengar cerita ada sebuah organisasi (beranggotakan orang dewasa dan produktif kerja) yang hendak menyelenggarakan acara, kemudian mereka mencari sumbangan dari kafe ke kafe. Cara mereka mencari sumbangan dengan "menjual nama" seseorang (sebut saja Pak X) yang mereka anggap bisa membuat pemilik kafe mengucurkan donasinya. Dari sekian kafe yang disasar, ada beberapa yang belum bisa memberikan donasinya. Dengar kabar, Pak X meminta laporan kafe mana saja yang tidak memberikan donasi. Kemudian kata Pak X, lihat saja nanti kita "mainkan" (artinya: akan kita kasih pelajaran). Trenyuh saya mendengar cerita ini. Sementara Bintang, notabene masih anak usia 13 tahun, dia melakukan upaya sedemikian rupa agar bisa mendapatkan uang Rp 100rb dan kelebihannya disumbangkan. Sementara organisasi yang saya ceritakan diatas melakukan aksi pengumpulan donasi dengan cara yang kurang etis. Semoga generasi-generasi Bintang dan seterusnya bisa mencari laba dengan kerja benar, kerja keras, kerja halal dan bermanfaat bagi banyak orang.




Sunday, October 21, 2018

Seni Abstrak Indonesia

SENI ABSTRAK INDONESIA
Hyatt Regency Yogyakarta, Oktober 2018

Abstrak dalam seni rupa berarti ciptaan-ciptaan yang terdiri dari susunan garis, bentuk dan warna yang sama sekali terbebas dari ilusi atas bentuk-bentuk di alam. Tetapi secara lebih umum, adalah seni dimana bentuk-bentuk alam itu bukan sebagai objek ataupun tema yang harus dibawakan, melainkan sebagai motif saja. Seni abstrak juga disebut sebagai seni nonrepresentasional. (Diksi Rupa, halaman 3).




Pameran Seni Abstrak Indonesia kali ini menghadirkan 4 perupa muda dengan latar belakang sosial, pendidikan dan budaya yang berbeda. Latar belakang tersebut akan menjadi bagian dari karakter abstrak mereka masing-masing. Arif Hanung T dengan tema landscape yang syahdu, sementara karya-karya Dedy Sufriadi menghadirkan karya abstrak ekspresionisme yang sangat kuat goresan catnya, nikmati pula karya Seppa Darsono dan Dwi Hariyanta yang lebih berani dengan komposisi warna, menampilkan figur dengan tema naif yang dekat dengan keseharian.

Arif Hanung T, "Homesick", 2016

Arif Hanung TS (Yogyakarta, 1990)
Pendidikan Sarjana Seni Rupa, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
Tahun 2008-2009 pertama kali Hanung menggunakan media kanvas dan cat akrilik. Hanung memiliki background fotografi, aktif juga seni pertunjukan, penikmat dan pernah bekerja di dunia film.
Karya-karyanya sangat terinspirasi dari pekerjaan yang pernah ia tekuni, yaitu matte painting (teknik layering) di dunia perfilman. Teknik-teknik fotografi tentang landscape sering ia pakai dalam teknik berkarya. Latar belakang Hanung lahir dan tumbuh di Majenang, kawasan agraris kaya landscape pegunungan dan masih sangat kental kekerabatannya. Dua hal ini membuatnya sangat menonjol menampilkan studi landscape pada karya-karyanya. Hanung lebih menyukai tema-tema alam dan dia lebih sering mengeksplorasi tema tersebut. Tak ada tendensi ingin menyuarakan sesuatu melalui karya-karya yang ia tampilkan saat ini. Murni bermain-main dengan bentuk lewat memori yang ia tuangkan dalam kanvas. Maka penikmat seni boleh memaknai karya Hanung dengan persepsi mereka sendiri. Penikmat seni diharapkan bisa mendapatkan ‘pesan rasa’ melalui goresan kuasnya, demikianlah bagaimana menikmati karya abstrak.

Dedy Sufriadi, "Ancient Figure, Mask and Neo Profile", 2016

Dedy Sufriadi (Palembang, 1976)
Pendidikan S2 Insitut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta (2013)
“Membaca perjalanan seni lukis abstrak saya, tidak bisa dilepaskan periode lukis sebelumnya. Karena periode inilah yang membuka ketertarikan dan pemahaman seni lukis abstrak yang sekarang dikerjakan”. (Kutipan pernyataan seniman dari Buku Soulscape: the Treasure of Spiritual Art, halaman 149).
Berasal dari Palembang di Sumatra Selatan, Dedy Sufriadi adalah anak kedua dari enam bersaudara dan mulai melukis dengan serius pada usia 15 tahun, saat masih di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR). Dari sana, ia melanjutkan belajar di Institut Seni Indonesia (ISI), mengambil jurusan seni lukis. Pada tahun 2013, ia mendapatkan gelar Master dari institusi yang sama.
Dedy serius mengkonsumsi buku sejak ia memulai pendidikan tinggi pada tahun 1995. Karena kesukaannya membaca, maka tak mengejutkan bahwa teks telah menjadi elemen yang sangat penting dalam karyanya. Dedy juga mencatat sifat teks yang ada di mana-mana, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, mengutip fakta yang sering diabaikan bahwa kita diproses menjadi teks, dalam berbagai bentuk dan medium penyajiannya, di hampir setiap momen.
Di awal karirnya, dimana Dedy mendeskripsikan periode Eksistensialismenya (1998-2004), teks digunakan dalam lukisannya dengan cara yang dapat digambarkan sebagai pendamping untuk apa yang disajikan di kanvas.  Teks itu lebih berbeda, dan seseorang dapat secara visual melacak dan mengatakan secara lisan apa yang disajikan dengan mudah, mungkin telah dikaburkan.
Karya seni Dedy pada dasarnya membuat penikmat seni tidak hanya menghargai apa yang mereka lihat secara visual, tetapi tidak mengendalikan pemahaman kontekstual. Atribut ini dicapai dari penempatan teks secara multi layering dan acak, menciptakan kombinasi lintasan visual yang tak terhitung jumlahnya yang dapat dilihat oleh penikmat seni. Berbeda dengan buku, di mana teks disajikan dalam pengaturan penulis, karya seni Dedy memungkinkan pemirsa untuk secara bersamaan "membaca" dan menjadi penulis apa yang "dibaca".


Dwi Hariyanta (Bantul, 1976)
Pendidikan Sarjana Seni, Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta (2004)
Dwi Hariyanta, memulai berkarya sejak tahun 2003. Baginya, seni abstrak adalah media  kebebasan berkarya. Karyanya menghadirkan tema-tema sederhana, perihal kehidupan sehari-hari. Secara umum, karyanya banyak menyuarakan kegelisahan dirinya. Sebelumnya Dwi Hariyanta berkarya dengan aliran realis, sekitar tahun 2017 baru kemudian dia beralih ke seni abstrak. Picasso dan Andy Warhol adalah salah satu seniman yang menginspirasi karyanya.

Seppa Darsono, "Dulu Ikannya Melimpah", 2018

Seppa Darsono (Bantul, 1986)
Pendidikan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), Yogyakarta (2006)
Seppa Darsono banyak menempa pengalaman dari pergaulan dirinya dengan berbagai kalangan, baik seniman maupun non seniman. Ia pernah membantu temannya sebagai jurnalis, menjadi artisan seniman patung dan sekarang membuat produksi video berdasarkan pesanan. Sebelumnya, Seppa Darsono berkutat dengan karya beraliran naif. Tahun 2015 baru ia beralih ke abstrak hingga kini.  Masih tampak kecenderungan naif dan abstrak yang menyatu apik dalam sapuan kuas di kanvasnya. Temanya pun tak jauh dari aktifitas yang ditemuinya. Karya berjudul “Penjual Ikan dari Pangandaran” terinspirasi dari Menteri Kelautan, Susi Pudjiastuti, setelah ia mengikuti liputan temannya sebagai jurnalis di Pangandaran. Cy Twombly, seorang seniman abstrak ekspresionisme asal Amerika menginspirasinya dalam berkarya selama ini. Menurutnya, perkembangan seni abstrak Indonesia saat ini sangat bagus dengan warna-warna kuat yang banyak ditampilkan para seniman abstrak Indonesia.




Akustik Asyik

BINTANG TANATIMUR #BusinessProject
“AKUSTIK ASYIK”
Tirana Art House & Kitchen
Jl. Suryodiningratan 55 Yogyakarta
Sabtu, 20 Oktober 2018 | Pk 19.00-20.00 WIB

Bulan Oktober ini, Bintang Tanatimur (13 tahun) mendapat tugas sekolah, SMP Islam Terpadu Alam “Nurul Islam” Godean Yogya (SALYO), berupa “Business Project”. Dengan modal Rp 10 ribu, (modal ini didapatkan dari sekolah) ia harus berniaga hingga mendapatkan laba Rp 100 ribu, dalam kurun waktu 2 bulan. Laba tersebut untuk biaya riset lapangan sebagai salah satu syarat kenaikan kelas. Hal ini berlaku sama untuk semua siswa kelas 7 di SALYO. Sekolah memberlakukan kegiatan ini sebagai bagian dari pendidikan bisnis untuk anak didiknya.

Hampir sebagian besar teman sekelas Bintang, memilih untuk berniaga dengan cara berjualan makanan atau minuman, ada pula yang menjual jasa cuci piring. Menarik dan halal tentu ya.... Sementara Bintang, lebih memilih bisnis entertainment. Apa itu? Ia akan melakukan pergelaran musik. Bintang akan menyanyikan 5 lagu. Kelima lagu tersebut telah dipersiapkan dengan baik. Bintang memilih lagu nasional, lagu daerah, lagu pop, dan lagu khusus didedikasikan bagi korban bencana. Strategi berbisnis telah Bintang pikirkan sebagai gimmick performance-nya, yakni menghadirkan “bintang tamu” dalam pertunjukannya. Siapakah “bintang tamu” tersebut? Adalah Rendra, sepupunya Bintang dan ayahnya sendiri, Mikke Susanto. Mikke Susanto dikenal sebagai kurator Istana Negara Indonesia juga dosen di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta.

Selain bernyanyi, 5 lukisan terbaru Bintang akan didisplai pula sebagai bagian dari pertunjukan tersebut. Sebelumnya, Bintang memang lebih dikenal sebagai pelukis cilik. Beberapa kali pameran tunggal maupun pameran bersama telah ia gelar di Yogyakarta maupun luar kota. Karya-karya lukis Bintang menakjubkan banyak penggemarnya dan memiliki tempat di hati para kolektor. Maka pergelaran hari Sabtu nanti merupakan persembahan terbaik Bintang atas proyek bisnis dan juga atas konsistensinya di dunia seni.




Diharapkan dari pertunjukan ini akan terkumpul dana guna mencapai tujuan proyek ini. Bintang hanya memerlukan Rp 100 rb, jika hasil proyek ini melebihi target, akan didonasikan untuk korban gempa di Palu, demikian tekadnya. Mari dukung, dengan memberikan apresiasi dan donasi terbaik kita.




Guru (Udtazsah) Bintang

Thursday, August 23, 2018

Abad to Outerspace

Abad to Outerspace
Abad Tristan Sihgit, saya biasa memanggil anak laki-laki ini dengan nama Abad. Usianya baru 14 tahun. Menurut ayahnya, anak pertamanya ini sudah lancar membaca sejak usianya 4 tahun. Sejak itu, ia mulai dibelikan komik, cergam dan juga puzzle. Orang tuanya sangat memperhatikan perkembangan anak pertamanya ini. Seiring waktu, Abad semakin menyukai mainan puzzle, sehingga ayahnya bertambah sering membelikannya. Abad sangat sering bersentuhan dengan komik, cergam, dan juga puzzle, lalu menuangkan ekspresinya kedalam gambar. Ia kemudian mulai menggambar komik, bahkan lengkap dengan pengenalan karakter-karakternya. Figur-figur karakter imajinatif pun mulai muncul dari buah pikirannya. Figur-figur yang menyerupai hewan maupun manusia makin muncul dalam coretan-coretannya. Lama kelamaan, figur-figur tersebut ia isi dengan macam-macam bentuk bidang geometris. Ayahnya terus saja membiarkan anaknya ini untuk meng-eksplorasi gagasan-gagasannya selama beberapa tahun. Pada usia 13 tahun, Abad mulai berkarya di kanvas menggunakan cat akrilik dan karya-karyanya dipamerkan di Jogja Contemporary (pameran tunggal). Sejak saat itu, Abad semakin sering mengajak maupun diajak orang tuanya melihat acara-acara pameran seni di Yogyakarta, tujuannya adalah agar dapat terus mengembangkan gagasan dan karyanya.



Di pertengahan tahun 2018 ini, Abad kembali berpameran tunggal dengan karya-karya kanvasnya. Akhir-akhir ini, Abad sangat menyukai film-film bertemakan luar angkasa. Pada pameran kali ini, Abad ingin menuangkan ketertarikannya dengan benda/makhluk luar angkasa. Abad memilih OUTERSPACE sebagai judul pameran tunggalnya ini. Istilah outerspace ini tidak muncul begitu saja, awalnya secara tidak sengaja, ia menonton salah satu video musik beatbox di channel youtube, ia melihat judul beatbox itu, disana tertulis “beatbox to outerspace” (https://www.youtube.com/watch?v=TIwdANwJY28). Maka diputuskanlah istilah ini menjadi judul pamerannya. Tirana Arthouse and Kitchen menjadi tempat pilihan diselenggarakannya pameran ini.
Outerspace dirasakan Abad bisa mewakili imaji-imajinya tentang luar angkasa tanpa adanya kepentingan lain yang mempengaruhinya. Dengan lugu (khas anak-anak pada umumnya) , ia mengolah gagasan-gagasannya, misalnya saja ketika ia sedang keramas, ia melihat brand shampo yang ia pakai. Dengan polosnya, dituangkanlah nama brand tersebut kedalam karyanya. Atau ketika ia mendapatkan kata plankton dalam pelajaran IPA di sekolah, lalu menuangkan gagasanya kedalam visual karya.
Abad punya pandangan sendiri terhadap sebuah benda maupun makhluk hidup. Menyusun dan menggabungkan (sifat dari permainan puzzle) juga dilakukan dalam proses berkaryanya. Ia menggabungkan beberapa visual objek menjadi satu, dan penggabungan itu pun berlanjut menjadi judul karya. Dalam pemilihan judul, ia punya istilah-istilah sendiri yang berasal dari penggabungan tersebut. Dapat dilihat pada karya yang berjudul “foctacle 30” karya ini berukuran 60x60cm, Abad mengimajinasikan sebuah pesawat ufo dan tentakel dari gurita. Pesawat ufo menghadap ke kanan dan kaki-kakinya merupakan tentakel, ufo itu dilukiskannya sedang terbang menjauh dari sebuah planet. Karya selanjutnya ia beri Judul “splankto 8” (ship dan plankton), sebuah pesawat yang menghadap keatas. Ketika Abad membuat visual pesawat ini, serta merta ia teringat akan pesawat besar (eng : ship) milik S.H.I.E.L.D yang ada di film The Avenger. Kata “plankton” ia dapatkan di sekolahnya, ketika guru IPA sedang menjelaskan salah satu mata pelajarannya tersebut, sontak Abad tertarik dengan kata itu kemudian mencari referensinya di internet. Ia memutuskan untuk menggabungkannya dengan pesawat. Selain dua gabungan kata, ada juga karya yang menggunakan tiga kata sekaligus, seperti pada karya yang di imajinasikan Abad adalah sebuah roket berbentuk dasar segilima yang menghadap keatas dengan dorongan pengapian dari bawah dan mempunyai sistem kendali ditengah. Menurut Abad, bentuk roket tersebut terinspirasi dari bentuk bintang (eng: star) yang selama ini kita kenal, lalu jilatan api yang keluar dianggapnya menyerupai kaki kodok (eng: toad), sistem kendali berbentuk antena menyerupai mata kodok. Dari ketiga hal (eng: rocket-star-toad) tersebut, akhirnya Abad menggabungkannya menjadi “Rockstoad” sebagai judul karya ini. Ketiga hal ini sangatlah berbeda jika disandingkan menjadi satu, namun Abad dapat menggabungkan beberapa hal tersebut menjadi satu objek, satu frame, dan satu judul.
Bagi saya, metode yang dipakai oleh Abad ini sangatlah menarik, berawal dari kesukaannya terhadap komik, cergam, dan puzzle di masa kanak-kanaknya, hingga sekarang ia mempunyai metode tersendiri untuk menuangkan ide-ide khasnya dalam usia saat ini. Dari menggabungkan puzzle hingga mem-puzzle-kan gagasan, visual, dan istilah dalam judul-judul karyanya. Dalam pameran ini, Abad mempresentasikan 10 karya baru yang sangat menarik untuk dilihat, dinikmati, dan juga dicermati/diulik. Selamat berpameran kembali teruntuk Abad. Selamat datang bagi masyarakat, pemerhati, maupun pecinta seni. Mari bermain “puzzle” bersama seniman muda kita, Abad Tristan Sihgit.
Yogyakarta, Agustus 2018
Arif Hanung TS

Thursday, July 19, 2018

BUNTARI KERAMIK: Menjaga tradisi dari tanah sendiri

Buntari dari bahasa Jawa yang artinya semangat pemuda. Adalah seorang pemuda, Sidik Purnomo asal Dusun Pager Jurang, Klaten. Sidik telah menggagas Buntari Keramik sejak tahun 2014. Sidik terlahir dari dusun Trucuk, dusun yang berdekatan dengan dusun Pager Jurang, Bayat, Klaten. Di dusun Pager Jurang, daerah tersebut sebagai sentra industri keramik secara turun temurun. Kerajinan keramik di dusun Pager Jurang menjadi sentra industri di dusun tersebut dengan teknik putaran miring. 

Membuat keramik mempunyai beberapa teknik yang dipakai, seperti teknik pilin, teknik pinch, cetakan dan teknik putaran. Teknik putar ada 3 jenis: handlingwheel (putaran tangan), kickwheel (putaran kaki) dan machinewheel (putaran mesin). Putaran miring termasuk golongan putaran kaki. Secara teknik, dalam pembuatan pottery tidak jauh berbeda satu sama lain. Akan tetapi kalau dilihat dari nilai historisnya, putaran miring memiliki konsep yang menarik.  Yaitu, disamping ide konstruksinya putaran miring didesain untuk para perajin perempuan yang tidak boleh duduk dengan kaki terbuka, tetapi selonjor dan tertutup karena memakai kain panjang (jarik). Teknik putaran miring digunakan untuk memfasilitasi para perempuan yang mayoritas bekerja pada industri ini.

Pada dasarnya, Buntari berdiri dengan tujuan untuk melestarikan budaya putaran miring dusun Pager Jurang di Klaten. Dan juga ingin mengembangkan potensi sumber daya alam dan manusia dari Bayat itu sendiri. Karena tujuan untuk melestarikan alat putar tersebut, tentu kebanyakan produk yang diproduksi adalah pottery (diproduksi dengan teknik putar) bukan cetakan. Bahan baku keramik di dusun Pager Jurang menggunakan tanah liat jenis earthenware (gerabah atau tanah merah) yang diambil dari bukit di daerah tersebut. Proses pembuatan keramik diawali dari pengambilan tanah lihat, persiapan tanah liat, proses pembentukan, penjemuran, dan terakhir pembakaran. Tanah liat asal Bayat tergolong jenis tanah earthenware (tanah merah) yang memiliki kualitas cukup baik apabila disandingkan dengan tanah liat sejenis dari beberapa daerah lain. Tanah ini dapat dibakar mencapai suhu 1.180 derajat Celcius. Itu artinya tanah tersebut dapat diproduksi layaknya keramik yang menggunakan bahan tanah jenis stoneware. Eksplorasi desain dan terus melakukan ujicoba bahan dapat mengembangkan nilainya.


 Kelebihan karya-karya keramik yang dihasilkan oleh Buntari Keramik adalah justru dari orisinalitas dan kesederhanaannya. Buntari sengaja menonjolkan karya dengan warna-warna asli tanah dan natural. Karya-karyanya simple, baik dari proses hingga pewarnaan, tetapi justru dari kesederhanaan ini, Buntari ingin menunjukkan bagaimana teknik dan ketrampilan yang dikedepankan. Kita bisa belajar bagaimana mengolah tanah sekelas gerabah menjadi tanah yang potensial, menghasilkan karya yang tak biasa namun indah dan bermakna dalam. Upayanya tak sia-sia, Sidik pernah mendapat penghargaan untuk menjalani residensi dan mendalami keramik di Jepang. Dan baru-baru ini, tepatnya Februari 2018 lalu, Buntari terpilih sebagai bagian dari 10 terbaik Youth Creative Award yang diselenggarakan UNESCO dan Citi Foundation. Hasil dari penghargaan tersebut, Sidik dengan Buntarinya telah berhasil membuat tungku pembakaran sendiri. Tungku pembakaran yang baik sangat penting untuk hasil maksimal pottery yang diinginkan. Dari proses perancangan desain dan material, Sidik membuat sendiri melalui penelitian kecil-keilan dari tungku-tungku yang ada. Setelah itu, Sidik membuat kerangkanya ke tukang las, membeli berbagai material kemudian merakitnya. Meskipun saat ini masih ada trial and error, hasilnya cukup baik untuk produksi.

Tak berhenti disitu, banyak hal masih ingin dicapai Buntari adalah menjadi trendsetter atau dapat mengangkat pottery dari Bayat memiliki kualitas dan nilai estetis dan material yang tinggi. Tidak hanya itu, dalam perkembangannya, Buntari terus melakukan berbagai eksperimen yang berkaitan dengan perkembangan keramik. Pada akhirnya. Buntari ingin menjadi ceramic center di Bayat yang dapat memfasilitasi berbagai macam kebutuhan para perajin; antara lain bisa jadi konsultan bagi mereka, membuka kelas-kelas workshop keramik, mempromosikan Bayat sebagai sentra usaha keramik yang maju dan tetap menjaga tradisi dengan membuka program residensi bagi para keramikus dari seluruh dunia.

HASTAG MAGER


Ketiga seniman yang akan mempresentasikan karya mereka ini rata-rata kelahiran ’90-an. Arif Hanung TS lahir tahun 1990, Cahaya Novan lahir tahun 1987 dan Erza Q-Pop lahir di tahun 1989. Maka rata-rata mereka masih berumur kurang lebih 30 tahun. Mereka yang lahir di tahun 90’an dikategorikan sebagai kaum millenials. Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka millenials adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi. Sehingga generasi ini sangat mahir dalam teknologi (sumber: https://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millenials/). Karakteristik millenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun, generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital (https://id.wikipedia.org/wiki/Milenial).
Ketiga seniman yang akan berpameran ini juga sangat dekat dengan dunia teknologi, televisi berwarna dan juga gadget. Pada pameran mereka sebelumnya (pameran bersama) tahun 2016, di Bentara Budaya Yogyakarta, mereka mengusung tema HASTAG KZL. Pameran bersama mereka di tahun 2018 ini tidak lepas dari perjalanan berkarya di HASTAG KZL tersebut. Pada pameran sebelumnya, HASTAG KZL, mereka berupaya menampilkan karya dan ambience sesuai tajuk yang mereka usung. KZL diartikan sebagai perasaan kesal, bete, murung akan kondisi tertentu. Pameran kali ini mereka klaim sebagai rangkaian kekaryaan pameran sebelumnya. Penikmat karya diajak untuk merefleksikan kembali dan membaca benang merah karya dari pameran HASTAG KZL ke HASTAG MAGER ini.

Meskipun konsep karya bicara tentang hal kekinian dan dikerjakan oleh mereka yang lahir di era milenials; namun karyanya tidak melulu tampak digitalized atau futuristik. Seperti disampaikan di paragraf awal bahwa karakteristik millenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Demikian pula mereka. Karakter sosial dan berkebudayaan kaum millenials kental terasa pada karya masing-masing mereka bertiga. Disamping menggunakan tajuk yang sangat familiar dengan istilah kaum mereka, karya-karya mereka juga berdasarkan keahlian, profesi, hobi yang melatarbelakangi mereka. Pada pameran kali ini dibagi 3 ruang, ruang pertama akan kita temui karya-karya personal mereka sesuai konteks tema Mager. Ruang kedua, karya masing-masing seniman sebagai referensi tambahan proses berkarya. Dan ruang terakhir (bawah), adalah karya kolaborasi mereka bertiga dan mengundang Noris Subagyo untuk merespon karya tersebut. Noris lebih dikenal sebagai pekerja seni otodidak, kelahiran Ambarawa.





KARYA
Karya Arif TS Hanung sangat terinspirasi dari pekerjaan yang pernah ia tekuni, yaitu matte painting (teknik layering) di dunia perfilman. Latar belakang Hanung lahir dan tumbuh di daerah agraris dengan landscape pegunungan dan masih sangat kental kekerabatannya. Dua hal ini membuatnya sangat menonjol menampilkan studi landscape pada karya-karyanya. Sementara dunia digital, pengalaman memakai aplikasi untuk move ke aplikasi selanjutnya (misalnya dari FB ke IG), kadang sulit untuk memakai aplikasi baru, tapi kenyatannya setelah install merasakan kenyamanan. Kenyamanan ini yang membuat mager (malas bergerak), terkesan harus melompat pagar, padahal “pagarnya” justru dibikin dari pikiran sendiri.  Kolaborasi latar belakang inilah menghasilkan karya yang berjudul “Among the Comforts and Challenges”. Pagar kawat berduri dipilih sebagai simbol mager, pagar ini terkesan ambigu, antara diam didalam pagar tapi masih ada celah untuk keluar pagar.

Statement Hanung tentang gadget:
Fungsi lain smartphone bagi saya adalah hiburan selain televisi. “Hiburan” disini bagi saya adalah koneksi internet. Terkadang jika saya dalam keadaan sedang tidak banyak aktivitas, saya sering membukanya dan browsing. Jika memang tidak ada sesuatu yang saya cari, saya sekedar buka sosmed dan hanya melihat-lihat gambar maupun video yang ada disitu. Ya tak lebih sebagai pengantar tidur. Sering saya kebablasan tanpa sadar sudah berjam-jam mantengin smart phone dan merasa kelelahan sendiri.

Sementara karya Cahaya Novan sangat terkesan kontemporer menampilkan karya instalasi yang menggunakan media die cast dan kawat berduri. Die cast yang dipakai adalah mobil impiannya. Die cast disini menyimbolkan dirinya sendiri. Novan mengekspresikan pengalaman dirinya sendiri, ketika belakangan sering menggunakan aplikasi whatsapp; membuat story atau status, cek berapa orang yang like atau berapa yang melihat demikian seterusnya hingga berjam-jam. Dirasakan kemudian, whatsapp seperti candu. Kawat yang membentang terlilit menggambarkan bagaimana candu begitu ingin membelenggu. Lihat bagaimana perbandingan die cast dengan bentangan juga lilitan kawat, sungguh tak berimbang dan seakan menggurita.

Statement Novan tentang gadget:
Bagi saya adalah media berkomunikasi, promosi berbisnis, dan untuk hiburan.

Lain halnya dengan Erza Q-Pop, masih konsisten menggunakan media kayu dengan gaya pop nya. Kesadaran diri tentang mager (malas bergerak) muncul ketika status hubungan berubah. Kaktus, sukulen sedang menjadi hobi yang sedang dekat dengannya saat ini, tanaman seperti kayu tanpa daun. Dalam karya ini, kaktus mewakili diri seniman akan kesadaran membuang waktu saat mager. Erza bisa berlama-lama menikmati hobi barunya ini.

Ketika banyak perubahan diri dan status hubungan terjadi, kesadaran seniman muncul. Erza juga mengalami kerenggangan dengan dunia nyata, seperti halnya simbol-simbol angka adalah kode dimana setiap perubahan lock di gelombang sinyal gadget terjadi. Erza coba mengkritisi fenomena Mujahid Keyboard yang juga menjadi tajuk karyanya. Mujahid Keyboard dikenakan bagi seseorang yang sering mengirim pesan berupa nasehat kebaikan, quote atau kalimat-kalimat penyemangat yang mereka copy paste dari beberapa sumber. Teks-teks tersebut mereka kirim kepada seseorang yang baru saja hijrah mendalami keyakinan tertentu, dikirim secara simultan terus menerus, terkesan menggurui atau bahkan menghakimi. Hal tersebut membuat kadang membuat ketidaknyamanan orang yang menerima pesan.

Erza juga menambahkan dua jam dengan putaran yang berbeda pada karyanya. Jam pertama, putaran normal dan jam satunya putaran lebih cepat. Dua jam ini menyimbolkan refleksi atas waktu. Ketika seseorang terhipnotis dan autis menggunakan sosial media, tak peduli dengan waktu. Tak terasa telah habis berjam-jam hanya memandang layar smartphone.

Statement Erza tentang gadget:
Untuk smartphone saya lebih pada sosial media. Untuk berkomunikasi, berkenalan, sampai hanya untuk melihat aktifitas semua orang, untuk narsis, share statement, melihat trend fashion masa kini atau  istilah istilah baru. Dan dari fungsinya saya mendapatkan hiburan tersendiri dan terkadang membuat baper (emosional) sendiri. Dengan smartphone saya banyak mendapat banyak hal baru dalam dunia kekinian. Saya dengan smartphone sudah menjadi kebutuhan yang selalu lengket ditangan dan menggoyangkan jempol tangan. Hampir 24 jam smartphone ini selalu lengket ditangan dan mata sering tak lepas memandangnya untuk beraktifitas di dunia maya atau sekedar stalking.
Melihat dari presentasi ketiga seniman dengan karya mereka ini, sepakat bahwa mager mereka maknai sebagai candu dan keinginan untuk bisa keluar dari kelekatan tersebut.

KARYA KOLABORASI
Pada bagian terakhir rangkaian pameran ini adalah karya kolaborasi, yang berada di ruang bawah Kiniko Art Space. Karya kolaborasi ini menjadi rangkaian penutup dari karya di Pameran HASTAG MAGER ini. Karya kolaborasi berangkat dari karya personal yang sudah dijelaskan di paragraph di atas. Karya kolaborasi ini lebih kearah harapan. Mereka berharap supaya lebih efektif soal penggunaan waktu dan sosial media. Harapan-harapan tersebut disimbolkan dengan karakter origami. Sementara warna-warna yang muncul adalah simbolisasi warna aplikasi, seperti biru untuk facebook, hijau untuk whatsapp atau line dan seterusnya.
Sementara keyboard sebagai simbol power atas gagasan yang ingin dituangkan.

Karya kolaborasi ini sifatnya working on progress, selama pameran berlangsung, seniman mengerjakan bagian ini. Dengan harapan, setiap pengunjung pameran yang datang bisa berinteraksi langsung dengan seniman, sharing, bertanya, mengungkapkan impresi mereka dan lebih intim. Pengunjung bisa mengikuti proses karya kolaborasi ini dari awal hingga akhir yang akan diposting di sosial media. Di akhir pameran, karya kolaborasi ini akan sepenuhnya utuh selesai. Sifat working on progress ini juga menjadi salah satu bagian promosi supaya penikmat seni mengikuti proses dari hari ke hari, menyaksikan pamerannya dan menunggu hasil jadi karya ini ketika selesai.

Thursday, May 10, 2018

Keep Calm and...

Pameran seni rupa
KEEP CALM AND...karya Arif Hanung T @555hanung | Erza QPop @erzaqpop | Cahaya Novan @cahaya_novan  Di Tirana Art House & Kitchen, Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta8-31 Mei 2018



KARYA
Ketiga seniman yang akan mempresentasikan karya mereka ini rata-rata kelahiran ’90-an. Arif Hanung TS lahir tahun 1990, Cahaya Novan lahir tahun 1987 dan Erza Q-Pop lahir di tahun 1989. Maka rata-rata mereka masih berumur kurang lebih 30 tahun. Menurut saya, ketiga seniman muda ini memiliki benang merah yang sama yakni kecenderungan karya 'abstrak' dengan ciri masing-masing. Abstraknya Hanung yang dua dimensi, abstraknya Erza mixed media dan abstraknya Novan found objects. Benang merah yang lain adalah ‘bermain-main’. Hanung dengan nyaman bermain menggoreskan cat minyak; Erza bermain dengan media kayu yang ia distorsi; demikian juga Novan yang bermain-main mengolah kembali mainan hot wheels. Dalam pameran ini, masing-masing seniman mempresentasikan 15 karya, sehingga total ada 45 karya. Produksi antara tahun 20017-2018.




Arif Hanung T, sangat eksplisit mengajak penikmat seni memberi makna yang dalam pada karya abstraknya. Tahun 2008-2009 pertama kali Hanung menggunakan media kanvas dan cat akrilik. Hanung memiliki background fotografi, aktif juga seni pertunjukan, penikmat dan pernah bekerja di dunia film. Karya-karyanya banyak terinspirasi dari latar belakangnya tersebut. Teknik-teknik fotografi tentang landscape sering ia pakai dalam teknik berkarya. Karya-karyanya yang saat ini dipamerkan adalah sebuah studi tentang bentuk. Hanung lebih menyukai tema-tema alam dan dia lebih sering mengeksplorasi tema tersebut. Tak ada tendensi ingin menyuarakan sesuatu melalui karya-karya yang ia tampilkan saat ini. Murni bermain-main dengan bentuk lewat memori yang ia tuangkan dalam kanvas. Maka penikmat seni boleh memaknai karya Hanung dengan persepsi mereka sendiri. Penikmat seni diharapkan bisa mendapatkan ‘pesan rasa’ melalui goresan kuasnya, demikianlah bagaimana menikmati karya abstrak. Hanung merupakan salah satu dari ketiga seniman ini yang konsisten berkarya abstrak dengan media kanvas akhir-akhir ini. Bila mengikuti karya-karya Hanung, maka kita bisa ‘membaca’ bagaimana ia memiliki karakter mengolah tekstur dan cat yang tebal.




Erza QPop (Erza Budi Faisal)
Erza menampilkan karya dengan media acrylic dan potongan kayu jati belanda yang asimetris. Potongan kayu ini awalnya adalah bentuk utuh dari perahu, rumah, pesawat atau mobil. Kemudian oleh Erza diobrak-abrik, dibongkar sedemikian rupa hingga menjadi bentuk yang sekarang (asimetris). Pemilihan media kayu ini bukan tanpa alasan. Erza memiliki latar belakang ilmu robotik. Erza mengambil teknik-teknik assembling dalam robotik ia prakteknya dalam karya kayunya. 


Ini merupakan karya pertama Erza dengan media kayu. Pameran ini juga menjadi penanda penting bagi Erza sebagai pribadi. Dimana ini adalah masa-masa hijrah untuk menjadi personaliti yang ia yakini sekarang. Perubahan personaliti ini turut mempengaruhi karya-karyanya. Dari segi karakter maupun bentuk berubah. Namun demikian tetap ada benang merah yang menjadi jembatan pembacaan karya Erza sejak awal ia berkarir sebagai seniman. Benang merah itu adalah modifikasi motif batik khas Yogya yang tetap ia pakai hingga kini. 



Sementara Cahaya Novan  karyanya cukup mengejutkan. Ia 'bermain-main' dengan mobil hot wheels yang ia olah lagi. Hot wheels, miniatur mobil yang muncul sejak tahun 1968 ini memang dikoleksi anak-anak hingga dewasa. Novan sendiri sudah menyukai dan mengoleksinya sejak ia di bangku menengah pertama. Sehingga bukan hal baru baginya. Ia mengkombinasikan mainan ini dengan found object lain atau juga teks. Total hot wheels yang dipakai ada 20 miniatur untuk 15 karya. Ada hot wheels yang masih utuh atau dibongkar rodanya hingga dipotong bagian bodinya. Tak seperti karya Novan sebelumnya yang berlimpah warna, karya-karyanya yang ini lebih minimalis tapi dalam makna.


Karya-karya Novan kali ini endapan dari konflik perasaan si seniman. Bila diamati satu persatu, karyanya penuh sindiran atas fenomena sosial sering kita jumpai. Lihat saja, ada satu karya dengan presentasi gambar Ka’bah dan mobil hot wheels warna perak ditepi frame. Hot wheels yang dipakai pada karya ini adalah mobil fantasi (tidak ada wujud nyatanya). Novan ingin mengkritisi fenomena orang berulang kali naik haji, atau naik haji hanya dengan tujuan peningkatan status sosial, hanya untuk gengsi dan bukan ibadah yang sesungguhnya. Jenis hot weheels mobil fantasi (tidak ada wujud nyata), fantasinya aneh-aneh bukan tujuan utama. Atau hot wheels warna putih dengan latar belakang warna yang sama; menurut Novan itu mobil sejuta umat, Avanza putih (ha ha ha). Karya ini bicara tentang mobil sebagai kebutuhan atau prestise. Bahkan kita bisa membaca status sosial seseorang dari jenis mobil yang ia miliki.

TAJUK Tajuk pameran ini bisa jadi ajakan atau nyinyiran; 'Keep Calm and...'. Sengaja, di belakang kata 'and' dikosongkan, berharap penikmat seni mengisi sendiri sesuai mau mereka. Tajuk ini cukup merepresentasikan mereka. Bukan santai sih tapi lebih tepatnya menikmati tiap proses berkarya bertiga. “Keep Calm and…” juga bisa menjadi penyikapan terhadap problematika yang terjadi pada diri keiga seniman ini agar tetap berpikiran bersih, netral dan matang.

Karya-karya mereka segar dan menarik! Ada banyak cerita & impresi yang dihadirkan. Pameran ini adalah 'jembatan' menuju pameran mereka bertiga selanjutnya di bulan Juli di Kiniko @kinikoart. Penikmat seni diajak untuk mengintip, melakukan pembacaan dan mengikuti proses bersama karya mereka melalui pameran 'Keep Calm and...' ini. Nantikan karya mereka selanjutnya!
* Nunuk Ambarwati
(081-827-7073)


__________________________________________




CURRICULUM VITAE
NAME                   : ARIF HANUNGTYAS SUKARDI

DOB                      : 26 Oktober 1990
PHONE                 : 0819 0330 3355
ADDRES                : Perum Kasongan Permai, Bantul, Yogyakarta
EMAIL                   : hanzhu@rocketmail.com
FACEBOOK/IG     : Arif Hanung TS/555hanung

Performing
Jagongan Wagen February edition (Di Batas Cahaya), Padepokan Seni Bagong Kussudiardja,Yogyakarta
Jagongan Wagen November edition(Lenggak-lenggok Suara), Padepokan Seni Bagong
Kussudiardja, Yogyakarta
Jagongan Wagen September edition (Re-kreasi), Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Yogyakarta
Jagongan Wagen Goes To Jakarta, Galeri Indonesia Kaya, Jakarta
Jagongan Wagen May edition (Mingset Greget), Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Yogyakarta Performance Art, VW anniversary, Yogyakarta

Pameran Tunggal
“REFILL”, Indische Koffie, Fort Vredeburg, Yogyakarta

Pameran 5 tahun terakhir
TETRIS, Parallel event biennale xiv, equator #4. Galleri Fadjar Sidik. Yogyakarta
Kenduren #4 (HORIZON) art jog parallel event. Perahu Art Connection. Yogyakarta
HASTAG KAZETEL, Bentara Budaya Yogyakarta.Yogyakarta
TEN GUYS IN ONE CAR (Collaboration Polish and Indonesian Artist), Sesama Gallery, Yogyakarta


Light of Hope, Artotel, Surabaya
25 x 25, Pawitra Artspace, Sidoarjo
LAA #4 (Lempuyangan Art Award), Lempuyangan Elementary School, Yogyakarta
BREAKAWAY, Indiecology Café , Yogyakarta
KENDUREN #3, Perahu Art Connection, Yogyakarta

Ruang Seni Rupa “MERAMAL MAS(S)A”, Padepokan Seni Bagong Kussudiarja, Yogyakarta
Ilustrasi merah bercerita “NARASI ILUSI ZAMAN”, UNS, Solo
ARTLANTIS, Ludens ArtSpace, Yogyakarta
why not to (be) honest, Jogja Gallery, Yogyakarta


ARTIST IN RESIDENCE

SENIMAN PASCA TERAMPIL.Padepokan Seni Bagong Kussudiarja, Yogyakarta.
ART PROJECT
COMMON, Educity complex. Johorbahru. Malaysia
DISPOSISI, Pendhapa ArtSpace. Yogyakarta
NOT ONE LESS with Am+Dg Jason Dy, makam seniman Imogiri. Yogyakarta

_________________________________

NAME                                  : CAHAYA NOVAN

DATE OF BIRTH                    : Yogyakarta, 21 November 1987
ADDRESS                             : Sumberan RT.04, DS II, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul 
                                            Yogyakarta
Email                                  : ovan.cahaya@gmail.com
HP/WA                                : 085 643 663 956

SOLO EXHIBITION
2017
Rumongso Rumangsanono Rumangsani, Tirana Art House and Kitchen, Yogyakarta
2016
OWAH,Indische Koffie,Yogyakarta

2015
ROH KESEPIAN, Rumah Seni Sidoarum. Yogyakarta
2013

OJO DUMEH, Miracle Art Space.Yogyakarta SUMSUMAN, Asdrafi Art Space.Yogyakarta

SELECTEDEXHIBITION
Art Volks JVWF 2017, Jogja Expo Centre, Yogyakarta
Art Charity for Pidie Aceh, Langit Art Space, Yogyakarta
LAA #4 (Lempuyangan Art Award), SD Lempuyangan , Yogyakarta
BREAKAWAY, Indiecology Café, Yogyakarta
Borobudur Today Art And Emotion, Gallery SMSR.Yogyakarta

 “ARTLANTIS”, Ludens ArtSpace, Yogyakarta
Apeman “Ruwatan Sampah Cokro Manggilingan”. Malioboro
“Rambut Putih”, Tahun Mas, Yogyakarta


TAK MEMBIDIK TITIK,Gendis resto,Yogyakarta. TATTO MERDEKA, Jogja Nasional Museum.Yogyakarta. SAY PEACE WITH COLOUR, Lempuyangan. Yogyakarta.
BERSAMA SANGGAR KALPIKA.Taman Sari.Yogyakarta.
OCTOBER ART PAPER, Rumah Seni Sidoarum.Yogyakarta.
ART INTOSPECTION, Pawon Art Space.Borobudur.Magelang.
”BABARAN”, Asdrafi Art Space,Yogyakarta.
LEMPUYANGAN ART AWARD, Yogyakarta.
ANDEROCK “21-21”Asdrafi Art Space,Yogyakarta.
ULTAH ASDRAFI 58th, Asdrafi Art Space.Yogyakarta.

APEMAN “Dari Malioboro Untuk Indonesia” on Street Malioboro, Yogyakarta.

MENGEJA DOA-DOA, Kersan Studio.Yogyakarta.


NAME                                : ERZA Q-POP

DATE OF BIRTH                  : Bantul, 12 Oktober 1989
ADRESS                             : Bregan, Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta
EDUCATION                       : UMY Electrical Engineering
PHONE                              : 081226927884
EMAIL                               : erzaqpop@gmail.com

SOLO EXHIBITION
2016
Solo Exhibition “#JogjaHits” Indische Koffie, (Beteng Vredeburg Yogyakarta)
2012
Solo Exhibition “Dreaming” Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta.

SELECTED EXHIBITION

2016

“Orangutan menolak punah”, JNM, Yogyakarta
“Art Charity for Pidie Aceh”, Langit Art Space, Yogyakarta
“BREAKAWAY”, Indiecology Café, Yogyakarta
“Bianglala” Jogja Nasional Museum, Yogyakarata. (Perwakilan Komunitas KUMBANG MEKAR UMY)
“Move ART#2” Tahunmas Art Room, Yogyakarta.

“Mini Exhibition” Fisipol UMY, Yogyakarta.
“Narasi Ilusi Zaman” Gedung Innovation Center UNS, Solo.
“Anniversary Motor Antique Club” Gedung Graha Wanabhaktiyasa, Yogyakarta.
“Artlantis” Ludens Art Space, Yogyakarta.

“Milad Fisipol UMY ke 46” Sportorium UMY, Yogyakarta.
“Kumbang Mekar” Fisipol UMY, Yogyakarta.
“Why Not To (be) Honest” Jogja Gallery, Yogyakarta.