Tuesday, November 27, 2012







Pameran tunggal lukisan karya TRI SUTRISNO a.k.a PETEK SUTRISNO
‘HEAD OF SINNER’
Tirana Artspace, Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta 55141
ph. 0274 411615 | e: tiranahouse@yahoo.com
14 November – 10 Desember 2012
Buka setiap hari, pk 9 pagi – 9 malam.


Tri Sutrisno atau biasa dipanggil Petek - nama yang lucu ketika pertama kali saya mengenalnya, seorang pemuda 24 tahun kelahiran Yogyakarta yang low profile dan bersahabat, meskipun sedikit pemalu. Pertemuan saya dengannya pada masa kuliah dulu berawal dari tongkrongan, dan minat yang sama pada seni-seni underground. “Kenapa harus aku?“ itulah pertanyaan yang terlontar pertama kali waktu Petek meminta tolong saya untuk menulis di pamerannya. Karena sebelumnya saya hanya menulis artikel musik untuk media underground saja. Sedikit kebingungan saya pun mengiyakan, mengingat Petek adalah seorang sahabat yang banyak membantu saya dan juga teman-teman lainnya.

Melihat karya-karya Petek saya teringat diskusi kecil saya bersama teman-teman Ace House Collective beberapa waktu yang lalu : “yang terlihat dari sebuah karya seni tak bisa lepas dari kejujuran seniman yang membuatnya”. Kesederhanaan dan keluguan Petek, terlihat pada warna-warna polos dan figur-figur kartun yang digambarnya. Minatnya pada figur-figur kartun yang simple, warna-warna pastel dan pemakaian garis outline, tak lepas dari pengaruh senior-seniornya dan seniman-seniman yang ia idolakan. Nama-nama seperti Wedhar Riyadi, Uji Handoko dan seniman lowbrow ternama seperti Alex Pardee sebagai influence terlihat pada karya-karyanya. Tanpa berusaha mengada-ngada, tema yang ia pilih pada pamerannya tunggalnya yang kedua ini berdasar dari pengamatan dan pengalamannya sehari-hari, hubungannya dengan orang-orang lain, teman dan masyarakat sekitar dimana ia berinteraksi. Saya tak ingin menuliskan lebih jauh, rasanya akan lebih tepat apabila si seniman yang menjelaskan tema karyanya dengan bahasanya sendiri. Tulisan ini saya kutip dari obrolan dengan Petek melalui Facebook beberapa waktu yang lalu :
“Sebenernya tema yang ingin saya angkat dalam pameran ini mengerucut dari judul pameran ini "Head of Sinner", tentang singgungan apa yang terjadi dalam kepala tiap individu manusia. Menurutku tiap manusia mempunyai pemikiran yang kadang penuh kebohongan, kemunafikan, keserakahan, kesombongan,dan lainya. Dalam karyaku yang judulnya "Mata Duitan" aku ingin membicarakan tentang realitas pemikiran yang ada di tiap kepala manusia yang terkadang munafik. Bohong kalo manusia tidak ingin kedudukan, ketenaran, kekayaan, kenikmatan. Tapi dalam realitas kehidupan nyata kadang munafik, jadi garis besar dari tema pameran ini ingin membaca realitas apa yang terjadi di sekitar kita. Tentang apa yang terjadi di kepala kepala manusia dengan segala kebohongannya...”

Saya pikir itu sudah cukup untuk dipahami. Mari kita nikmati karya-karyanya, proses, kejujuran dan kesederhanaan Petek, seperti kalimat  yang saya kutip dari film dokumenter The Beautiful Losers (2008) : “...it was a language that you didn't have to be smart to understand... All you had to do was have a heart."

Krisna Widiathama
(teman curhat Petek, seniman dan penggemar nasi padang)


Setiap orang pasti mempunyai dua sisi Kepribadian,
Beware of your dark side guys!!!

Setiap orang mempunyai suatu sisi gelap, itulah yang sering dikatakan orang-orang disekitar kita. Bagi banyak orang, perjuangan melawan sisi gelap ini merupakan suatu pertempuran yang paling menarik dalam sebagian besar dari perjuangan kehidupan manusia. Realita menunjukkan selalu terjadi pertempuran antara sisi gelap dan sisi terang dalam diri kita hingga pada akhirnya memunculkan salah satu pemenang.

 “Everyone is a moon and has a dark side he never shown to anybody” (Setiap orang itu seperti bulan, mereka mempunyai sisi gelap yang tidak pernah ia tunjukkan kepada orang . (Mark Twain, 1835-1910)

Saya mengenal Petek Sutrisno sebagai salah seorang teman yang mempunyai rambut polem (poni lempar)  dengan level 13, ha…ha…ha…. Namun dibalik rambut polem yang hampir menutupi seluruh permukaan dahinya itu terdapat pemikiran-pemikiran kritis dan berkembang dalam lingkungan kesehariannya.

Dari konteks inilah karya Petek ditawarkan pemaknaannya. Sebuah pemikiran tentang kepala-kepala (manusia) yang kompleks dengan sejuta pemikiran-pemikirannya, entah itu pemikiran positif atau negatif, atau bahkan pemikiran maha porno sekalipun, kita takkan pernah mengetahuinya dengan pasti. Kita ambil contoh saja, mulai dari seorang atlet, artis, politikus hingga seorang pemuka agama yang punya reputasi begitu tersohor, akhirnya dirusakkan oleh sisi gelapnya sendiri. Seorang pemuka agama yang selalu memberikan khotbah yang baik kepada masyarakat tetapi ia tak menjalani hal-hal yang sesuai dengan khotbahnya tersebut ketika ia tidak lagi berada didepan orang-orang. Tak ada satupun yang mengetahuinya, dan sampai kapan pun sisi gelap ini akan terus menjadi misteri yang menarik untuk diungkap.

Pada karya Petek yang berjudul “Best Friend” (acrylic on canvas, 80 cm x 60 cm, 2 panel), Petek menggambarkan ulang dengan gayanya, visual duo karakter fiksi dari game console tahun 80-an (Nintendo), diambil dari game yang merajai perkembangan game console kala itu: Super Mario Bros; Mario dan Luigi. Kita semua tahu bahwa Mario dan Luigi adalah kakak-adik yang sangat akrab, namun Petek mencoba mengobrak-abrik statement tersebut dengan menggambarkan sosok Luigi yang secara diam-diam mengacungkan jari tengahnya didepan Mario. “Bagaimana mungkin seorang Luigi yang kerap kental sekali dengan saudara kandungnya itu mengacungkan jari tengahnya didepan Mario? Apakah ini semacam Sibling Rivalry antara Mario dan Luigi? Apakah mungkin Luigi sebenarnya mempunyai sebuah dendam & kebencian yang selama ini disembunyikan secara rapih terhadap Mario? atau mungkin dia hanya sedang bercanda saja? Damn! Pikiranku terperangkap!”.

Saya pun bingung, bingung, bingung lagi hingga akhirnya saya tervonis positif mengalami gejala kebingungan tahap remaja akhir. Dan setelah saya bertanya langsung ke Petek, barulah saya mengerti. Ternyata pesan yang ingin disampaikan Petek dalam karyanya tersebut adalah tentang manusia dengan segala pemikiran dan kemunafikannya, bahwa kita semua hidup dengan pemikiran-pemikiran yang terkunci rapat di setiap kepala masing-masing individunya, kita tak akan pernah tahu sebenar-benarnya apa yang ada dibalik tulang tempurung kepala orang-orang disekitar kita, bahkan untuk seorang saudara kandung satu ibu sekalipun, positif-negatif, baik-buruk, senang-benci… We wont never know absolutely  guys!

“Head of Sinner” atau jika diartikan kedalam bahasa nasional yang kita anut berarti “Kepala para Pendosa” menguak kembali isu tentang kepala-kepala manusia dan segala isi didalamnya, isi kepala tak ada batasannya, dan takkan pernah selesai atau game over karena ini bukan program komputer ataupun sebuah game console. Meskipun begitu, saya rasa inilah yang disebut manusia dengan kemanusiawiannya.

Lain lubuk lain airnya, lain pula ikannya..
Lain orang lain kepala, lain pula hatinya..


Rendy Aditya ‘Radit’ (Ilustrator, teman sekaligus lawan main PES nya Petek)

CURRICULUM VITAE
Name                    : Petek Sutrisno
Born                      : Yogyakarta,25 April 1988
Education             : Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
                          
Solo exhibition
2012  
New Monster Via Via, Yogyakarta
‘Head of Sinner’, Tirana Artspace, Yogyakarta

Group exhibition
2012 
“Cutting Edge”Kedai Kebun Forum Yogyakarta 
“Post Card Exhibition 2012” Viridina Art House Singapura
“Just Because I Love You” DGTMB Project,Via Via Yogyakarta
“Jogja Agro Pop feat Krisna Widiathama” Taman Budaya Yogyakarta
“Ticket to the Moon” Kedai Belakang Yogyakarta

2011 
“Disambar Desember Vol # 4” UPT Gallery ISI Yogyakarta
“Diskomfest # 4” Jogja Nasional Museum Yogyakarta
“Drawing Lovers # 3” Sangkring Art Space Yogyakarta
“Drawing Revolution” FFR Yogyakarta

 2010
‘Hi Grapher’ Jogja National Museum Yogyakarta
“Drawing Lovers # 2” UPT Gallery ISI Yogyakarta
“Disambar DesemberVol # 3” UPT Gallery ISI Yogyakarta

2009
’See The Sound’ Ars Longa Gallery Yogyakarta
‘Partisipasi dalam mural 1001 tong sampah TKMDII pemecahan rekor MURI
Pameran fotografi di lorong kampus DKV ISI Yogyakarta
Workshop komik dengan Ismail Sukribo gedung seni murni ISI Yogyakarta

2008
‘Satan festival’ Eyang Gallery Yogyakarta
“Diskomfest # 3 Jogja National Museum Yogyakarta
“Kata Holic” Unit Gawat Dagadu Yogyakarta

2007
Pameran Tugas Akhir SMSR, Taman Budaya Yogyakarta
Pameran Ulang Tahun SMSR Yogyakarta
Pameran Kelompok Lukis #2 lorong kelas SMSR Yogyakarta

Award
2006     Pratita Adhi Karya untuk karya seni grafis terbaik
2007     Karya Terbaik Seni Lukis LKS tingkat sekolah SMSR 

TESTIMONI

R Bonar Diat Senan Putra aka Otong (10/11/12)
Tirana punya tim yang mampu memperhitungkan letak-letak corak, karakter karya yang mau didisplay untuk dipamerkan, mereka mampu mengkomposisikan, menyatukan keberagaman jenis karya bercorak tertentu tanpa merusak suasana elemen ruang, warna, bentuk, pakaian yang dijual; sehingga ketika karya dan pakaian sudah terdisplay bersamaan, maka yang dihasilkan kedua  unsur ini menjadi satu kesatuan harmoni, sejuk sehingga pengunjung pun tak merasa lelah. Tumpang tindih warnanya nyaman. Memang ada benarnya juga jika ruang alternative atau galeri punya tim yang baik dan Tirana Artspace mempunyai tim itu!

Ronald Apriyan (10/11/12)
Pada suatu kesempatan berkunjung ke Tirana House, tidak pernah berencana akan membuat karya mural di tembok  belakangnya. Tapi waktu sudah ada karya perupa Imam Santoso majang disana; saya melihatnya sangat menarik, karena tidak seperti karya mural kebanyakan yang terlihat di banyak tembok-tembok kota Yogya. Bukan hanya karyanya, namun yang lebih menarik adalah kekuatan sebuah dinding yang tersedia di belakang butik. Artinya secara tempat ini kurang strategis. Tapi pikiran saya menyadari bahwa sesuatu yang menarik tidak mesti mencolok mata di gerbang atau di depan ruangan. Penikmat bisa mencarinya atau tidak sengaja menemukannya. Tergantung bagaimana karya itu mencuri perhatian sang penonton. Jadi saya memutuskan ingin mengeksplorasi ruangan ini sebagaimana mestinya dan mencari semangat baru sebuah kesenian. Semoga karya ini bisa menjadi teman yang baik dan cukup menghibur pengunjung Tirana House. Tambahkan segelas kopi pada kesempatan Anda nongkrong didepannya. Good luck
J

Imam Santoso (12/11/12)
Yang paling berkesan dalam proses pembuatan mural di Tirana adalah suasana yang nyaman dan sikap yang ramah terbuka dari pemilik hingga seluruh staf di Tirana House. Hal tersebut yang saya katakan, lebih dari cukup untuk sebuah kerja sama baik dalam hal merespon ruangan sekalipun melakukan kegiatan berpameran. Saya yakin...sudut tembok belakang Tirana ini, nantinya akan menjadi ruang favorite para perupa untuk menghadirkan karya mereka yang semakin tepat dan menarik
J

Isa Panic Monsta (12/11/12)
Pengalaman pameran tunggal pertama kali di Tirana Artspace, menurut saya sangat mengesankan sekali! Terutama dari Tirana Artspace saya mendapat beberapa jaringan pertemanan yang lebih luas dan bisa bertemu dengan beberapa seniman senior, sharing ilmu mengenai proses berkarya yang tentunya ilmu sangat berharga buat saya. Dan terima kasih kepada Mbak Nunuk karena saya dapat kesempatan untuk memamerkan karya saya ke public di Tirana Artspace
J. Salam hangat, Isa Panic Monsta.

Roby Dwi Antono (13/11/12)
‘Tirana, ruang berpintu yang memiliki pintu-pintu lain dari ruang yang lebih berhutan’.