Thursday, July 19, 2018

BUNTARI KERAMIK: Menjaga tradisi dari tanah sendiri

Buntari dari bahasa Jawa yang artinya semangat pemuda. Adalah seorang pemuda, Sidik Purnomo asal Dusun Pager Jurang, Klaten. Sidik telah menggagas Buntari Keramik sejak tahun 2014. Sidik terlahir dari dusun Trucuk, dusun yang berdekatan dengan dusun Pager Jurang, Bayat, Klaten. Di dusun Pager Jurang, daerah tersebut sebagai sentra industri keramik secara turun temurun. Kerajinan keramik di dusun Pager Jurang menjadi sentra industri di dusun tersebut dengan teknik putaran miring. 

Membuat keramik mempunyai beberapa teknik yang dipakai, seperti teknik pilin, teknik pinch, cetakan dan teknik putaran. Teknik putar ada 3 jenis: handlingwheel (putaran tangan), kickwheel (putaran kaki) dan machinewheel (putaran mesin). Putaran miring termasuk golongan putaran kaki. Secara teknik, dalam pembuatan pottery tidak jauh berbeda satu sama lain. Akan tetapi kalau dilihat dari nilai historisnya, putaran miring memiliki konsep yang menarik.  Yaitu, disamping ide konstruksinya putaran miring didesain untuk para perajin perempuan yang tidak boleh duduk dengan kaki terbuka, tetapi selonjor dan tertutup karena memakai kain panjang (jarik). Teknik putaran miring digunakan untuk memfasilitasi para perempuan yang mayoritas bekerja pada industri ini.

Pada dasarnya, Buntari berdiri dengan tujuan untuk melestarikan budaya putaran miring dusun Pager Jurang di Klaten. Dan juga ingin mengembangkan potensi sumber daya alam dan manusia dari Bayat itu sendiri. Karena tujuan untuk melestarikan alat putar tersebut, tentu kebanyakan produk yang diproduksi adalah pottery (diproduksi dengan teknik putar) bukan cetakan. Bahan baku keramik di dusun Pager Jurang menggunakan tanah liat jenis earthenware (gerabah atau tanah merah) yang diambil dari bukit di daerah tersebut. Proses pembuatan keramik diawali dari pengambilan tanah lihat, persiapan tanah liat, proses pembentukan, penjemuran, dan terakhir pembakaran. Tanah liat asal Bayat tergolong jenis tanah earthenware (tanah merah) yang memiliki kualitas cukup baik apabila disandingkan dengan tanah liat sejenis dari beberapa daerah lain. Tanah ini dapat dibakar mencapai suhu 1.180 derajat Celcius. Itu artinya tanah tersebut dapat diproduksi layaknya keramik yang menggunakan bahan tanah jenis stoneware. Eksplorasi desain dan terus melakukan ujicoba bahan dapat mengembangkan nilainya.


 Kelebihan karya-karya keramik yang dihasilkan oleh Buntari Keramik adalah justru dari orisinalitas dan kesederhanaannya. Buntari sengaja menonjolkan karya dengan warna-warna asli tanah dan natural. Karya-karyanya simple, baik dari proses hingga pewarnaan, tetapi justru dari kesederhanaan ini, Buntari ingin menunjukkan bagaimana teknik dan ketrampilan yang dikedepankan. Kita bisa belajar bagaimana mengolah tanah sekelas gerabah menjadi tanah yang potensial, menghasilkan karya yang tak biasa namun indah dan bermakna dalam. Upayanya tak sia-sia, Sidik pernah mendapat penghargaan untuk menjalani residensi dan mendalami keramik di Jepang. Dan baru-baru ini, tepatnya Februari 2018 lalu, Buntari terpilih sebagai bagian dari 10 terbaik Youth Creative Award yang diselenggarakan UNESCO dan Citi Foundation. Hasil dari penghargaan tersebut, Sidik dengan Buntarinya telah berhasil membuat tungku pembakaran sendiri. Tungku pembakaran yang baik sangat penting untuk hasil maksimal pottery yang diinginkan. Dari proses perancangan desain dan material, Sidik membuat sendiri melalui penelitian kecil-keilan dari tungku-tungku yang ada. Setelah itu, Sidik membuat kerangkanya ke tukang las, membeli berbagai material kemudian merakitnya. Meskipun saat ini masih ada trial and error, hasilnya cukup baik untuk produksi.

Tak berhenti disitu, banyak hal masih ingin dicapai Buntari adalah menjadi trendsetter atau dapat mengangkat pottery dari Bayat memiliki kualitas dan nilai estetis dan material yang tinggi. Tidak hanya itu, dalam perkembangannya, Buntari terus melakukan berbagai eksperimen yang berkaitan dengan perkembangan keramik. Pada akhirnya. Buntari ingin menjadi ceramic center di Bayat yang dapat memfasilitasi berbagai macam kebutuhan para perajin; antara lain bisa jadi konsultan bagi mereka, membuka kelas-kelas workshop keramik, mempromosikan Bayat sebagai sentra usaha keramik yang maju dan tetap menjaga tradisi dengan membuka program residensi bagi para keramikus dari seluruh dunia.

No comments: