Kaleyo cabang Rawamangun. Photo courtesy: http://bebekkaleyo.blogspot.com/2013/01/cabang-bebek-goreng-kaleyo.html |
Bebek Kaleyo cabang Kalimalang, Bekasi. Photo courtesy: http://bebekkaleyo.blogspot.com |
Daging bebek
memang menjadi pilihan kuliner yang lezat. Berbagai jenis olahan dari daging
bebek sudah banyak dihadirkan oleh para peramu masakan, baik digoreng atau
bakar, dibikin rica, sate, diolah dengan aneka bumbu dan seterusnya. Tapi
apakah Anda sudah mencicipi olahan bebek dari dapur rumah makan Kaleyo? Bila
sudah, maka Anda pasti setuju dengan tulisan saya tentang Bebek Kaleyo di bawah
ini. Nah kalau belum, hmm…Anda perlu menjaga lidah dan perut, karena olahan
bebeknya bikin ketagihan! Iya, betul. Dijamin enak sejak gigitan pertama hingga
terakhir. Bumbunya terasa hingga ke tulang. Dagingnya empuk dan banyak. Dimakan
dengan pilihan nasi putih, nasi uduk bahkan nasi merah sama enaknya. Biasanya
daging bebek pasti ditemani aneka sambal yang mantab pedasnya. Kaleyo pun
demikian, tersedia pilihan sambal merah, sambal cabe ijo, sambal rica, sambal
sori, sambal cetar, dll. Tapi untuk Bebek Kaleyo, dinikmati tanpa sambal pun,
tak akan kehilangan kenikmatannya. Tak rela rasanya bila ternyata sudah habis
di piring saji, inginnya nambah teruuusss.
Kaleyo berawal
tahun 2007 dari warung makan bebek kaki lima di Jalan Cempaka Putih, Jakarta
Pusat. Digagas oleh sepasang
suami istri asal Wonosari, Yogyakarta – Hendri Prabowo dan Fenty Puspitasari. Sebelum
membuka warung makan pertamanya, mereka berdua masih berstatus sebagai
karyawan. Saat libur di akhir pekan, mereka mencoba memasak 2 potong bebek
dengan resep bumbu warisan keluarga sejak tahun 1976 (sesuai tagline mereka ‘Sejak
tahun 1976’). Setelah melalui beberapa
kali eksperimen memasak, akhirnya mereka mantap membuka warung pertama mereka
dan meluncurkannya ke masyarakat. Tak disangka apresiasi masyarakat sangat
bagus. Usaha mereka meningkat pesat dan membuka cabang pertama kalinya 6 bulan
setelah itu di kawasan Rawamangun. Hingga saat ini (2014) mereka telah sukses memiliki
12 cabang di Jakarta dan Bekasi. Dengan total sekitar 600 orang karyawan.
Bebek goreng sambal ijo. Photo courtesy: http://www.kaleyo.com |
Sejak saat itu,
pasangan ini memutuskan untuk meneruskan wirausaha mereka tersebut dan
meninggalkan pekerjaan lamanya. Kenapa pilihannya jatuh kepada bebek? Fenty
menjelaskan, saat itu (tahun 2007) belum banyak restoran atau warung makan yang
mengolah daging bebek. Maka Hendri menjajal peluang disana. Menurut Hendri,
mengolah daging bebek memiliki tingkat keunikan tersendiri dan tak gampang
ditiru oleh kompetitor. Maka setelah usaha Kaleyo dinilai sukses oleh berbagai
kalangan, banyak wirausaha lainnya mulai meniru bisnis ini. Penulis sempat
mendapati warung makan yang menggunakan nama mirip, hanya berbeda satu huruf
saja, bahkan logonya pun ditiru meski diadaptasi sedikit. Warung tersebut jelas
mencoba peruntungan yang sama seperti Kaleyo yang sukses. Warung tersebut
berada di sebuah rest area di perbatasan Jakarta. Saat itu saya bersama
keluarga melakukan perjalanan darat dari Yogyakarta ke Jakarta, kemudian
singgah di rest area untuk melepas penat. Sayang, saya lupa dimana tepatnya
daerah itu.
Setiap hari di
setiap cabang, rumah makan ini selalu dipadati masyarakat hingga sering harus
duduk menunggu di jalur antrian (waiting list). Meski telah memiliki puluhan
cabang dengan standar rumah makan, tetapi mereka tetap mempertahankan warung
makan pertama kalinya ala kaki lima di Cempaka Putih. Suasana kaki lima kental
terasa di cabang yang satu ini, namun demikian manajemen tetap memperhatikan
standar mutu kebersihan juga pelayanan. Standar mutu daging bebek yang dimiliki
Kaleyo ini memang tak main-main. Menurut keterangan Fenty, supplier daging
bebek bisa dibikin meringis karenanya. Dari banyaknya daging bebek yang disetor
supplier asal Kudus misalnya, kadang hanya seperempatnya yang diambil oleh
Kaleyo. Maka supplier dituntut harus ekstra teliti jika ingin mensupply daging
ke manajemen Kaleyo. Setiap harinya dibutuhkan sekitar 10.000 daging bebek
untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan Kaleyo di seluruh cabangnya. Wow!
Sungguh angka yang tak sedikit. Standar mutu ini pun makin lengkap karena telah
mendapat sertifikasi halal dari lembaga MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang
diserahkan tanggal 5 Juni 2014 lalu.
Photo courtesy http://www.kaleyo.com |
Di Kaleyo
tersedia pilihan menu seperti bebek kampung, bebek muda dan bebek peking. Yang
diolah dengan aneka masakan seperti bebek goreng kremes (bebek empuk yang
digoreng garing dan ditaburi kremesan), bebek dengan sambal cabe ijo (menu ini
menawarkan sensasi pedas luar biasa), bebek bakar (menawarkan rasa manis gurih,
dibakar dengan cara unik karena dengan batok kelapa dan dilengkapi bumbu ala
Jawa). Ada juga menu andalan seperti bebek rica, bebek cetar dan sate bebek.
Kandungan gizi dalam daging bebek memang tak diragukan lagi. Kaleyo telah
mengulasnya secara mendalam di http://bebekkaleyo.blogspot.com/2012/12/kandungan-gizi-dan-khasiat-daging-bebek.html
Soal harga tidak masalah, bebek yang satu ini juga dikenal karena harganya yang
sangat bersahabat. Hendri dan Fenty memang mematok harga terjangkau untuk
setiap menunya. Ini juga menjadi salah satu kunci setiap meja di warung
makannya selalu dipenuhi pelanggan.
Nama Kaleyo
sendiri berasal dari sinonim kata ‘kalih’ (bahasa Jawa: dua) dan ‘yo’ (bahasa
Jawa: ayo), dikutip dari web http://www.kaleyo.com/about,
makna dari nama ini adalah ajakan bagi pelanggan untuk tidak hanya membeli
sekali atau datang hanya sekali, tetapi kedua dan seterusnya. Menurut penulis,
nama ini juga sangat mengartikan bahwa bisnis rumah makan bebek ini karena
digagas dan dibangun berdua oleh sepasang suami istri tersebut. Dan akhirnya nama
memang menjadi sebuah doa, Kaleyo telah membuktikan bahwa olahan daging
bebeknya tidak hanya cukup dinikmati sekali, tetapi kedua dan seterusnya alias
nagih. Dewi Yanuar, seorang pelanggan mengutarakan ekspresinya bahwa bebek
Kaleyo dagingnya empuk, kremesannya mantap, sambalnya pedeeesss, paduan yang
cocok banget. Bahkan anak-anaknya pun menyukainya, terutama olahan bebek mudanya,
‘Anak-anak suka dan nggak mau berhenti makan, saking enaknya’, sambungnya.
Noris, seorang pelanggan asal Yogyakarta pun mengutarakan hal senada. Meski ia
hanya menikmati daging bebek Kaleyo dari oleh-oleh, artinya tidak menikmati
langsung di warung makan, ‘Bebek Kaleyo bukan sembarang bebek. Rasanya berkesan
di hati. Awas ketagihan!’, demikian celotehnya. Sayangnya, bebek Kaleyo belum
bisa delivery sampai ke Yogyakarta. Sehingga kami disini hanya bisa menantikan
kesempatan saat ke Jakarta atau ada yang bawakan oleh-oleh…rasanya seperti
seorang ibu hamil yang ngidam tapi tak kesampaian :(
Penulis bersama Fenty Puspitasari di Kaleyo cabang Daan Mogot. Photo courtesy by Fenty Puspitasari. |
KALEYO
Lokasi-lokasi RM Bebek Kaleyo, bisa diakses melalui situs http://bebekkaleyo. com/gerai
Senin - Sabtu 11:00 - 23:00 wib
Khusus Kaleyo Satu 18:00 - 24:00
Senin - Sabtu 11:00 - 23:00 wib
Khusus Kaleyo Satu 18:00 - 24:00
MINGGU TUTUP
email: info@kaleyo.com
Facebook: bebekgorengkaleyo
Facebook: bebekgorengkaleyo
PIN BB 316B E036
No comments:
Post a Comment