Mimpi Dunia Empuk / Dream of Pillowy World
Solo Exhibition by Agustina Tri Wahyuningsih
Solo Exhibition by Agustina Tri Wahyuningsih
Via Via Café
Traveller
Jalan Prawirotaman No 30, Yogyakarta, Indonesia
22 December 2011 – 12 January 2012
Jalan Prawirotaman No 30, Yogyakarta, Indonesia
22 December 2011 – 12 January 2012
Pillowy
Fairytale World
Agustina Tri
Wahyuningsih, intimately called Tina, is a person who cannot stand idle.
Although she is very calm in nature, a typical Javanese woman, she has many
activities and ideas. She creates Japanese dolls, bags and t-shirts, paintings
on wooden boards. Her latest works are hand-sewed dolls. According to her, the
inspiration for these works actually had long existed in her mind, but she just
could realize it in the beginning of this year. Now she has more spare time to
continue the work while taking care of her daughter, Kaysha (16 months).
Having Kaysha now
has inspired her much more to keep working with her dolls. With artist Edo
Pillu, her husband on her side and working experiences and networking in the
art circles of Yogyakarta, she can have more fresh ideas for her dolls. She is
found of things related to decoration, cotton fabric, fairy tale and
illustration. These aspects have shaped the character of her works.
Maria Carmelia, her
friend and customer, in her testimony depicts the propensity of Tina’s works;
the taste, type and color. Although outside there are similar products, which
perhaps have appeared earlier, Tina’s products with the label “jahitangan” have Tina’s distinctiveness.
The motif and type of fabric that she chooses, and the figures of dolls she
makes are so typically Tina. For her, though what she does seems like a
domestic work, it is a means of realizing her distinctive and creative ideas.
In addition, it is a place and time where she can play and make explorations,
producing tales and contemporary figures in the shape of dolls. Why doll? Doll
is a toy that usually looks so cute.
People of all ages, from children to adults, like dolls.
Maria Carmelia is
very impressed with the thickness of her pillow dolls. It fits what customers
want. The dolls are really cottony. The exhibition titled “Mimpi Dunia Empuk” (Dream of Pillowy World) is trying to lead us to
wander deep into imaginations, making us feel so cozy with the tales created.
“And one thing for sure is that I want my dolls not just to be used as pillows.
They can be part of something anywhere, anyone can enjoy. I want to invite all
my customers to play in the pillowy world”, she said.
Enjoy and let us
have beautiful dreams.
Nunuk Ambarwati
Testimonies
I think Tina’s works are unique. I never saw works
like them in other place. She is really able to transform buyers’ requests into
beautiful pillows. Animal series is done, when will she make vegetable and
fruit series? I am waiting for pillows made of batik fabrics. Meida Rosa
Delima Tanlain (Teacher of a Kindergarten in Newmont, Sumbawa)
I really love Tina’s doll works. They are so cute,
and the shapes can be customized in accordance with our requests. Miu Kyung
(staff of Sangkring Art Space, Yogyakarta)
Nothing is impossible. In her dexterous hands
anything can turn to be unique. She always has fresh ideas. I don’t know what
is in her mind. Perhaps her world is so colorful and full of dreams. She
materializes them into beautiful things. Her drawings are so unique with
childhood character. Perhaps that is the way she is. Despite a grown-up woman
and even a mother, she still has an imagination about a little girl in a fairy
tale. Tovic Raharja (Creative &
Marketing Grand Pacific Hall, Yogyakarta).
Previously I didn’t
pay much attention to the term: “Jahitangan”.
For me, her works are always unique. She really knows her friends; their
inclinations, tastes, types, etc. Though borrowing her hands, I feel like it is
indeed my own hand-sewing. And uniquely it is so Tina (or so Jahitangan), isn’t it? One reason that I
choose her hand-sewing product is the appropriate thickness of her pillow
dolls. They are very much suitable to what we want; they are huggable. They are
so warm, very nice to be hugged. The thickness is appropriate to prop parts of
our body as we order; to prop our back, buttock, head, etc. They are so
versatile like my owl doll, which can be a little travelling pillow. It is
child friendly. She chooses materials that cannot injure children’s skin or
harm them. So, once it fits me, I won’t go anywhere. J. Maria Carmelia S (Teacher at Sunsmile Kids).
“There are power of
love and compassion in your hand-sewed dolls. I want to keep hugging
them”. Nur Cahyati W (Librarian at American Corner, UGM).
They are so cute;
they are creatively and nicely made. I give them to my friends and nieces. And
they do love them. Rismilliana Wijayanti (Manager of VWFA).
“Aunty, thank
you for the Dino dolls. I call them Tito and Tato. They’re so cute and
adorable. They always accompany my sleep if my mother and father haven’t got
home”. Emmanuel Devanand Onduko (5
years old, kindergarten in Salatiga)
A
brief profile
She was born in
Purwokerto, in August 11st, 1977. She was graduated from Psychology Department
of Sanata Dharma University in Yogyakarta. Since 1997 until present, she has
worked for various activities of both performing and visual arts. Her
exhibition debut took place in 2003 in Sanata Dharma University. On that
occasion she was awarded as the winner of painting competition. “Mimpi Dunia Empuk” will be her first
solo exhibition after for years working behind the scene, helping artists in
many art events.
BAHASA INDONESIA
‘Mimpi Dunia Empuk / Dream of Pillowy World’
Pameran tunggal karya Agustina Tri Wahyuningsih
Pameran tunggal karya Agustina Tri Wahyuningsih
Via Via Café Traveller
Jalan Prawirotaman No 30, Yogyakarta, Indonesia
22 Desember 2011 – 12 Januari 2012
Jalan Prawirotaman No 30, Yogyakarta, Indonesia
22 Desember 2011 – 12 Januari 2012
Negeri Dongeng yang Empuk
Mengenal
Agustina Tri Wahyuningsih atau lebih akrab dipanggil Tina (perempuan kelahiran
Purwokerto, 34 tahun) adalah sosok yang tidak pernah bisa diam. Pembawaannya
yang kalem, khas perempuan Jawa, namun aktivitas dan ide-idenya terus
bermunculan. Mulai dari membuat boneka ala Jepang, membuat tas dan kaos,
lukisan diatas papan kayu dan yang terbaru saat ini adalah karya-karya
bonekanya. Menurut Tina, inspirasi untuk karya-karya ini sebenarnya sudah jauh
terpendam dalam pikirannya, namun baru bisa terrealisasikan di awal tahun ini;
dimana sekarang ia lebih punya waktu senggang sambil merawat putri cantik
pertamanya, Kaysha (18 bulan).
Memiliki
Kaysha saat ini semakin menginspirasi Tina bertekun di dunia bonekanya. Dan
mendampingi Edo Pillu, sang suami yang dikenal sebagai perupa, juga pengalaman
kerja dan pergaulannya di lingkaran seni rupa Yogyakarta, sedikit banyak
memberinya ide-ide segar untuk karyanya. Tina memang hobi dengan hal-hal yang
berkenaan dengan dekorasi, kain katun, dunia dongeng dan ilustrasi didalamnya.
Kombinasi dari latar belakang dan hobinya tersebut, jadilah karya-karya
karakter Tina ini.
Mengutip
testimoni dari seorang sahabat sekaligus konsumennya , Maria Carmelia, yang
menggambarkan bagaimana kecenderungan karya Tina mulai dari soal selera, tipe
dan warna. Maka, meskipun di luar sana, mungkin ada produk-produk yang mirip
dan sudah lebih dulu muncul, tetapi karya Tina yang kemudian dilabeli
‘jahitangan’ memiliki kekhasan ala Tina. Cek saja dari pilihan karakter motif
kain, jenis kain dan figur boneka yang ia buat, itu khas Tina. Bagi Tina,
pekerjaan yang terkonotasi domestik ini merupakan pelampiasan dari ide-ide unik
dan kreatif, disamping itu ia bisa bermain dan bereksplorasi di dalamnya.
Menumpahkan sebuah dongeng dan figur-figur bermotif kontemporer dalam sebuah
boneka. Kenapa boneka? Boneka adalah benda mengantarkan kita bermain, berkesan
lucu, imut dan hampir semua kalangan umur
menikmatinya, mulai dari kanak-kanak hingga orang dewasa.
Kembali mengutip testimoni Maria
Carmelia, ia sangat terkesan dengan ketepatan tebal boneka bantalnya, amat
sangat pas dengan apa yang kita inginkan, empuk. Pameran ‘Mimpi Dunia Empuk’
ini mencoba mengantarkan kita pada imajinasi-imajinasi yang melanglang jauh,
membuat kita lebih nyaman dengan dongeng-dongeng yang diciptakan. ‘Dan yang
jelas aku ingin boneka karyaku tidak hanya sebagai bantal, tapi dia mampu
menjadi bagian dari karya yang bisa berada dimana saja, dinikmati siapa saja.
Aku ingin mengajak semua penikmat bermain-main di dunia empuk’, demikian
angan-angan Tina.
Selamat menikmati dan mari sama-sama
bermimpi indah.
Nunuk
Ambarwati
Testimoni
Menurut aku, karyanya Tina unik
dan aku belum pernah menjumpainya di tempat lain. Tina dapat menuangkan
permintaan pemesan dalam kreasi bantalnya dengan cantik. Edisi binatang sudah,
kapan ya edisi sayur dan buah muncul? Aku juga sedang menanti kreasi bantal
dari kain batik hehehehe… Meida Rosa
Delima Tanlain (Pengajar Taman Kanak-kanak di Newmont, Sumbawa).
Saia sangat suka dengan
karya-karya bonekanya mbak Tina... Lucu-lucu dan bisa dibuat berbagai macam bentuk
sesuai dengan keinginan...Salam, Miu Kyung (bekerja di Sangkring Art Space,
Yogyakarta).
Tidak ada yang tidak mungkin. Di
tangan Tina, melalui kepiawaiannya
mengolah
sesuatu yang biasa menjadi unik. Selalu ada ide segar yang muncul.
Entah
apa yang ada dalam otak dia, mungkin dunianya yang penuh mimpi dan
warna,
lalu dia wujudkan dalam pernik-pernik cantik dan karya gambar yang
mempunyai
ciri khas kanak-kanak. Mungkin itulah Tina, di dalam tubuhnya yang
tumbuh dewasa dan bahkan sudah menjadi ibu. Dia masih punya khayalan
tentang
gadis kecil di negeri dongeng. Tovic
Raharja (Creative & Marketing Grand Pacific Hall, Yogyakarta).
Tadinya
saya tidak terlalu memperhatikan namanya: ‘jahitangan’. Karena bagi saya, ini
karya Tina yang selalu khas. Seperti kekhasannya yang mengenal teman-temannya;
kecenderungan selera, tipe, warna dan seterusnya…rasanya memang ini
‘jahitangan’ku – tapi pinjem tangan Tina. Dan uniknya, justru Tina-Sekali (atau
harusnya: ‘jahitangan’-sekali ya?) J Salah satu yang
bikin ‘jahitangan’ jadi pilihanku adalah ketepatan tebal boneka bantalnya. Amat
sangat pas dengan apa yang kita inginkan: pelukable (tebalnya pas buat
dipeluk-peluk), ganjelable (ketebalan pas buat mengganjal bagian-bagian tubuh
sesuai yang kita pesan peruntukkannya: ganjel punggung, ganjel pantat, ganjel
kepala, atau serbaguna seperti owl pesanan saya yang memang untuk bantal mungil
travelling, dan children friendly. Bahan-bahannya memang dipilih yang tidak
akan melukai kulit anak atau membahayakan anak. Jadi, ya gimana ya…kalau sudah
cocok itu kan ya nggak kemana-mana J. Maria Carmelia S (Pengajar di Sunsmile
Kids).
“Ada
kekuatan dan kelembutan cinta di jahitan tangan bonekamu. Jadi pengen meluk
terussss…”. Nur Cahyati W (Librarian
di American Corner, UGM).
Bentuknya
lucu, kreatif dan rapi. Saya bagi ke teman-teman dan keponakan. Semua suka! Rismilliana Wijayanti (Manajer Jogja
Contemporary).
"Tante, terima kasih boneka dinonya. Tak kasih nama Tito
sama Tato. Luccuuu banget
gemesiinn, sekarang mereka teman bobokku loh kalo mama dan papa belum
pulang". Emmanuel Devanand Onduko
(umur 5th, TK besar di Salatiga).
Profil singkat Agustina Tri Wahyuningsih
Lahir di Purwokerto, 11 Agustus 1977. Tina merupakan lulusan sarjana jurusan Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sejak tahun 1997 hingga saat ini, Tina aktif di berbagai kegiatan kesenian sebagai seorang pekerja seni, baik seni pertunjukan hingga seni rupa. Debut pameran pertamanya di tahun 2003, dimana ia sekaligus mendapat penghargaan sebagai juara pertama lomba lukis di kampus Sanata Darma. ‘Mimpi Dunia Empuk’ menjadi gelaran perdana pameran tunggalnya setelah sekian lama bekerja di balik layar membantu para seniman dan sebagai pekerja seni dalam sebuah event.
Lahir di Purwokerto, 11 Agustus 1977. Tina merupakan lulusan sarjana jurusan Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sejak tahun 1997 hingga saat ini, Tina aktif di berbagai kegiatan kesenian sebagai seorang pekerja seni, baik seni pertunjukan hingga seni rupa. Debut pameran pertamanya di tahun 2003, dimana ia sekaligus mendapat penghargaan sebagai juara pertama lomba lukis di kampus Sanata Darma. ‘Mimpi Dunia Empuk’ menjadi gelaran perdana pameran tunggalnya setelah sekian lama bekerja di balik layar membantu para seniman dan sebagai pekerja seni dalam sebuah event.
Ucapan Terima Kasih
Tuhan YME, para malaikat yang baik hati, orangtuaku, suamiku, malaikat kecilku “Kay”, kakak-kakakku | Nunuk Ambarwati & MAM-nya | Farah Wardani | Meida Rosa Delima Tanlain | Miu Kyung | Tovic Raharja | Maria Carmelia S | Nur Cahyati W | Rismilliana Wijayanti | Emmanuel Devanand Onduko & Ruth Onduko | Mie Cornodeus, Putri Santoso dan segenap staf Via Via Café Traveller
Diterbitkan di koran Tribun Jogja, rubrik Art & Culture, halaman 12, Minggu, 30 September 2012
Tuhan YME, para malaikat yang baik hati, orangtuaku, suamiku, malaikat kecilku “Kay”, kakak-kakakku | Nunuk Ambarwati & MAM-nya | Farah Wardani | Meida Rosa Delima Tanlain | Miu Kyung | Tovic Raharja | Maria Carmelia S | Nur Cahyati W | Rismilliana Wijayanti | Emmanuel Devanand Onduko & Ruth Onduko | Mie Cornodeus, Putri Santoso dan segenap staf Via Via Café Traveller
Diterbitkan di koran Tribun Jogja, rubrik Art & Culture, halaman 12, Minggu, 30 September 2012
No comments:
Post a Comment