Prewangan atau perewangan adalah bahasa Jawa yang artinya kurang lebih makhluk gaib yang menjadi pembantu manusia.
Suami saya, Noris, seorang barista di sebuah kafe kopi di
Yogyakarta. Kalau dapat shift sore, pulang dari kafe bisa pk 00.30 setelah
selesai beres-beres. Suami saya kalau beres-beres rapi, kitchen bisa bersih,
tertata , barang-barang ada di tempatnya sesuai biasanya. Uang hasil pendapatan
kafe tiap dia selesai shift juga sudah dihitung, dilaporkan dan disimpan di
tempat aman terkunci.
Malam itu, saya dan anak menemani suami jaga shift di kafe. Ada juga seorang teman baik yang biasanya nongkrong tiap malam, suka kopi juga, Surya. Sosok Surya ini sudah pernah saya ceritakan di cerita-cerita horor saya sebelumnya. Surya ini memang sosok misterius, dia memiliki keahlian perihal dunia gaib, intinya ilmunya tinggilah. Beberapa teman kesulitan melacak kehidupan Surya sebenarnya bagaimana. Darimana dia hidup, apa pekerjaan dia, temen-temen banyak yang tidak tahu. Nah balik lagi ke cerita, jadi malam itu ada saya, anak saya, suami dan Surya. Kami nongkrong sampai kafe tutup. Menemani suami beres-beres hingga pintu kafe dikunci. Selesai, kami saling pamitan dan pulang ke rumah masing-masing lewat tengah malam. Kafe akan buka lagi esok pukul 09.00 WIB dengan petugas barista yang lain.
Malam itu, saya dan anak menemani suami jaga shift di kafe. Ada juga seorang teman baik yang biasanya nongkrong tiap malam, suka kopi juga, Surya. Sosok Surya ini sudah pernah saya ceritakan di cerita-cerita horor saya sebelumnya. Surya ini memang sosok misterius, dia memiliki keahlian perihal dunia gaib, intinya ilmunya tinggilah. Beberapa teman kesulitan melacak kehidupan Surya sebenarnya bagaimana. Darimana dia hidup, apa pekerjaan dia, temen-temen banyak yang tidak tahu. Nah balik lagi ke cerita, jadi malam itu ada saya, anak saya, suami dan Surya. Kami nongkrong sampai kafe tutup. Menemani suami beres-beres hingga pintu kafe dikunci. Selesai, kami saling pamitan dan pulang ke rumah masing-masing lewat tengah malam. Kafe akan buka lagi esok pukul 09.00 WIB dengan petugas barista yang lain.
Pagi-pagi pukul 09.00 lewat, tiba tiba kami dikejutkan pesan
dari barista yang jaga pagi ini, Lia. Dia mengirim ke grup WA. Dengan agak
panik dan bertubi-tubi kalimat vonis, Lia menginterogasi Noris – katanya,
kenapa kunci pintu kafe tergeletak di tempat yang tidak disepakati, kemudian
uang juga ditaruh di luar tempat penyimpanan dan kitchen agak berantakan.
Semuanya disampaikan Lia dengan bukti foto. Noris tentu saja tidak terima,
karena dia merasa sudah sesuai prosedur tutup kafe. Bahkan menutup dalam
keadaan tidak terburu-buru (saya juga sebenarnya tahu sekali waktu Noris tutup
kafe, jadi anggap saja saya saksinya, dan memang tidak seperti yang dituduhkan
itu). Noris dan Lia adu argumentasi via chat WA. Noris merasa tidak terima dan
Lia merasa laporan sesuai fakta. Intinya seolah-olah ada seseorang datang ke
kafe malam-malam setelah kafe tutup dan berantakin kafe. Lalu siapa?
Argumentasi akhirnya berujung menggantung. Di kafe kami juga
tidak ada CCTV yang berfungsi. Jadi agak susah karena menerka-nerka saja. Tidak
ada yang mengakui, tidak ada yang merasa masuk kafe malam-malam atau berantakin
kafe. Anehnya juga, meskipun uang berada di luar tempat penyimpanan, tapi tidak
ada yang hilang. Cuma berantakan saja tidak sesuai standar. Saya masih
menduga-duga dalam hati, siapa yang diam diam masuk ke kafe tanpa ijin dan
tanpa sepengetahuan kami. Dan saya masih mencoba mencari tahu. Salah satu cara
saya mencari tahu dengan membuka kartu Tarot. Ketika menarik kartu, pertanyaan
saya adalah siapa yang masuk ke kafe – yang keluar adalah kartu Queen of Wands.
Oke petunjuknya adalah seorang perempuan yang mempunyai ambisi tinggi, atau
sedang emosional. Kemudian saya mencoba menanyakan tanpa tendensi apapun kepada
para staf lain, terutama yang perempuan. Memang jawabannya tidak.
Hampir setengah hari sejak Lia geger di grup WA, kami masih
belum bisa menebak siapa orangnya. Yang kami lakukan kemudian, hanya membuat
standar baru tutup kafe berdasarkan peristiwa semalam. Sehabis maghrib, salah
seorang rekan kerja saya, Merlin, tiba tiba memberitahu hal yang mengejutkan,
Merlin : Buk (dia memang memanggil saya Ibu)... Ibu ngga
punya feeling siapa orangnya yang masuk ke kafe?
Saya : Enggak. Tapi dia perempuan.
Merlin : Itu temen Ibuk sendiri.
Saya : Siapa e Lin? (Saya semakin penasaran).
Merlin : Ibu ngga ada pikiran ke Surya?
Hah? Saya kaget sekali. Mengapa Merlin bisa menyebut nama itu? Darimana Merlin bisa tahu? Ternyata Merlin menanyakan ke seorang saudaranya yang Indigo. Menurut saudaranya itu, Surya yang masuk ke kafe bersama para prewangannya. Dan prewangannya itu adalah perempuan perempuan cantik (Ah...makanya kartu Tarot saya yang keluar sosok perempuan). Ada sekitar 5 “orang” yang masuk kafe malam itu. Mereka memang tidak ada niat untuk mengambil barang berharga, hanya ingin menunjukkan bahwa mereka bisa melakukan hal itu.
Saya : Enggak. Tapi dia perempuan.
Merlin : Itu temen Ibuk sendiri.
Saya : Siapa e Lin? (Saya semakin penasaran).
Merlin : Ibu ngga ada pikiran ke Surya?
Hah? Saya kaget sekali. Mengapa Merlin bisa menyebut nama itu? Darimana Merlin bisa tahu? Ternyata Merlin menanyakan ke seorang saudaranya yang Indigo. Menurut saudaranya itu, Surya yang masuk ke kafe bersama para prewangannya. Dan prewangannya itu adalah perempuan perempuan cantik (Ah...makanya kartu Tarot saya yang keluar sosok perempuan). Ada sekitar 5 “orang” yang masuk kafe malam itu. Mereka memang tidak ada niat untuk mengambil barang berharga, hanya ingin menunjukkan bahwa mereka bisa melakukan hal itu.
Masih belum yakin dengan petunjuk Indigo, saya dan Merlin
mengundang seorang tarot reader (guru saya) untuk minta petunjuk. Kartu dikocok
dan ditebar, pertanyaannya Cuma satu, apakah benar Surya yang melakukan
aktifitas semalam? Jawabannya, iya benar, memang dia menurut kartu Tarotnya. Sejak
mendapat kepastian yang sebenarnya tidak ada bukti nyata itu, Noris langsung
chat ke Surya, “Jangan ganggu kami lagi!” Surya menjawab kenapa, ada masalah
apa. Seperti tidak ada masalah apa-apa. Tapi sejak kejadian itu, Surya sudah
tidak kembali nongkrong di kafe kami, ya bisa jadi dia tidak enak atau tidak
suka karena tiba-tiba Noris chat seperti itu. Surya kemudian sudah hilang lagi
entah kemana dan dengan aktifitas apa yang kami tidak tahu.
Mengapa Surya melakukan itu? Asumsi kami karena Surya ada
ambisi tertentu untuk bisa terlibat di bisnis kafe kopi di tempat kami. Supaya
kami selalu minta bantuan dia dan bergantung kepada dia. Itu asumsi kami,
karena memang ada indikasi ke arah itu dalam beberapa obrolan kami sebelumnya.
Bisa jadi memang Surya tidak emosional, tapi prewangannya yang emosi, atau alam
bawah sadar Surya yang beraksi, makanya muncul di kartu tarot saya sosok Queen
of Wands. Demikian cerita horor kali ini.
Cerita Horor lain di blog ini
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-kerajaan-di-laut-selatan.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-dunia-lain.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-hantu-yang-bikin-kesel.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-hantu-bawaan-toko-barkas.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-dijemput-dari-keluarga-peri.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-dunia-lain.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-hantu-yang-bikin-kesel.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-hantu-bawaan-toko-barkas.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-dijemput-dari-keluarga-peri.html
No comments:
Post a Comment