Sunday, October 20, 2019

Cerita Horor: Hantu yang Bikin Kesel

Ini cerita horor yang sebenarnya membuat saya kesal, saya tidak merasa takut, tapi kesal. Kenapa? Begini ceritanya. Pada waktu itu, butik yang saya kelola bersama partner akan membuka cabang baru di tengah kota. Dengan harapan pasarnya bisa lebih berkembang. Akhirnya saya mendapatkan tempat dengan lokasi yang bagus. Gedung yang akan kami sewa itu, bekas usaha salon yang cukup terkenal di kota ini. Sebut saja Bu Tri, pemilik gedung itu adalah pengusaha salon tersebut. Sisa-sisa kejayaan usaha salon masih berjalan hingga kini, hanya saja ruangannya lebih kecil. Karena Bu Tri sudah semakin berumur, dia tidak ingin terlalu lelah memikirkan bisnis. Maka gedung itu dibagi dua, yang sebelah dipakai usaha si ibu, yakni salon, dia ambil franchise. Kemudian yang sebelah disewakan, dan kami menyewa disana 2 tahun, 6 bulan.

Proses renovasi dimulai, beberapa minggu beberapa tukang bermalam disana. Tidak ada yang aneh. Tukang-tukang yang merenovasi juga tidak cerita apapun, mereka kerja seperti biasa. Ibu pemilik rumah juga sering mengecek proses renovasi supaya sesuai kesepakatan untuk tidak merusak bangunan. Tetangga kanan kiri juga biasa saja. Kebetulan tetangga kanan kiri semuanya buka bisnis, karena memang lokasi  yang kami tempati adalah lokasi bisnis. Setelah hampir sebulan, proses renovasi selesai.

Butik sudah mulai dibuka, mulai melayani pelanggan. Dan keanehan mulai terasa. Meskipun interior dan lokasi butik cabang baru terasa lebih eksklusif - tapi buat saya, butik baru ini tidak terasa hommy. Anak saya (waktu itu usianya masih sekitar 6-7th) juga tidak merasakan kenyamanan disana. Beberapa staf yang jaga mempunyai perasaan yang hampir sama. Jadi begini, dalam ruangan butik kami tersebut, area bagian belakang ada gudang untuk penyimpanan stock, kemudian disampingnya ruang ganti untuk pelanggan dan sampingnya lagi toilet. Di bagian gudang penyimpanan stock tersebut, lampu memang sengaja kami matikan dan ada pintu tertutup, supaya pelanggan tidak masuk area tersebut. Nah disinilah sering sekali kami merasa tidak nyaman. Padahal area ini juga lokasi dimana kami para staf bisa bersantai, entah istirahat makan, sholat atau sekadar rebahan.

Jadi begini, di area ini, ternyata tidak hanya saya, staf maupun anak saya sering melihat penampakan makhluk gaib. Entah berupa sekelebatan bayangan hitam yang wira wiri hingga bentuk sesosok wanita, rambutanya awut-awutan, memakai baju warna putih. Ketika sedang standby di butik yang baru ini, pertama-tama saya hanya bisa merasakan saja, belum sampai melihat. Nah yang bikin kesel adalah ketika penampakan tersebut bolak balik nongol, bahkan kayak godain, pengen menunjukkan bahwa dia ada disitu. Lagi serius kerja di komputer atau bahkan sedang melayani pelanggan, tahu-tahu seeettt lewat dia. Baiklah, kami masih diam saja. Ada salah satu staf saya waktu itu yang kuat sense nya, sebut saja Marni, dia selalu menceritakan tentang kehadiran si sosok ini saat dia jaga disana. Di awal-awal kami masih diam saja, membiarkannya. Saya juga berusaha tetap kalem saja supaya staf lain juga tidak merasa ketakutan, karena mereka harus bekerja disana.


Sampai pada suatu hari, bener-bener di siang hari, dan waktu itu posisi saya ada pelanggan sedang lihat-lihat pakaian, jadi tidak Cuma saya seorang – tiba-tiba prepet-prepet, seperti hanya dalam satu kedipan mata, cuma hitungan detik saya melihat penampakan embak-embak pakai baju putih rambutnya pendek. Setelah diperhatikan lagi, dia hilang entah kemana, sudah tak nampak. Dia menampakkan diri di tempat yang saya lingkari dalam foto itu. Dan posisi saya masih bersama pelanggan di butik itu. Saya berusaha tetap tenang, saya tidak takut, hanya kaget sedikit, dan agak sebel sebenarnya. Sebel karena kenapa dia nongol? Siang hari pula. Banyak orang pula. Gimana kalau pelanggan saya ikut ngelihat kan. Untungnya cuma saya. Oke baiklah, hari demi hari berlalu, tapi tetap saya kami selalu ada gangguan dan perasaan tidak nyaman.

Karena saya tidak setiap hari ini butik tersebut, saya sering dapat laporan dari staf saya Marni. Dia bilang bahwa ada juga pelanggan butik yang sempat lihat sosok-sosok berkelebat di dalam butik. Wah saya mulai agak senewen nih. Marni tetap kepo, berusaha mencari tahu ada apa atau kenapa sosok-sosok ghaib itu menampakkan diri mereka. Karena katanya, mereka menampakkan diri karena ingin menyampaikan pesan tertentu. Marni sampai bertanya ke para pegawai salon, sebut saja Mbak Sri, di sebelah butik kami. Karena mbak Sri kadang malah tanya balik ke Marni,”Kamu kok berani jaga sendirian disini? Emang ngga ada apa-apa?”. Seolah-olah memang Mbak Sri sudah tahu keberadaan sosok-sosok ghaib di tempat kami. “Lha emang ada apa e”, Marni balik tanya. Lalu Mbak Sri langsung agak gagap menjawab, “Ngga papa, ngga papa kok” sambil cengengesan.

Setelah kami beberapa saat di butik baru ini, beradaptasi dan mencoba akrab dengan semua kebiasaan dan perasaan aneh, tak nyaman dan perasaan berkecamuk tiap berada di sana. Saking keselnya kami, Marni bilang sama saya setengah mengiba, “Buk, mbok ibuk nanya yang Bu Tri (yang punya rumah), itu dulu ruangan gudang atau gedung ini dipakai buat apa sih? Apa buat nyimpen sesuatu atau gimana?”. Sebagai gambaran, Bu Tri ini seorang Tionghoa, beliau sudah berumur sekali tapi masih terlihat kuat bekerja, super aktif dan cerewet sekali.  Kami memang penasaran, kenapa si embak baju putih atau sosok-sosok itu berkelebat senenaknya saja. “Soalnya saya udah nanyain Buk ke Embaknya (baju putih), tapi dia diem aja”, sahut Marni. Marni memang kadang sering membantu saya dalam soal beginian, karena dia juga peka penglihatan dan penciumannya soal sosok ghaib itu. Marni bahkan bisa mencium bau anyir atau bau lain dari sosok ghaib, sementara saya hanya melihat tidak detail  atau Cuma merasakan saja. “Ya udah aku nanya ke Bu Tri”, jawab saya. Ketika ada kesempatan bicara dengan Bu Tri, ya saya sampaikan seperti keinginan Marni. Jawab Bu Tri,”Ah yang bener to mbak Nunuk? Emang ada (mahkluk halus) to ?”. Laaahhh ternyata Bu Tri malah ngga ngerti. Entah ngga ngerti atau dia menyembunyikan sesuatu ke kami. “Terus saya harus gimana Mbak Nunuk?”, kata Bu Tri. “Hmm ya sudah Bu, terserah Ibu saja, mau dibersihkan atau tidak”, saya sih menjawab dengan agak kesel.

Ya sudah, waktu berlalu begitu saja, durasi kontrak kami disana sudah habis, sudah 2 tahun. Ketika partner saya bertanya apakah kontraknya mau diperpanjang, saya rekomendasikan tidak usah. Karena disana sepi, entah kenapa. Saya merasa sudah berusaha mencoba strategi marketing ini itu, tetep saja ngga mengangkat sales atau penjualan. Malah cenderung tombok/rugi. Lagian banyak sekali gangguan, ada aja, baik gangguan dari manusia atau dari makhluk halus. Jadi bawaannya ngga enak aja. Akhirnya partner saya menyetujui untuk tidak meneruskan usaha di sana. Dan kami bisa menutup butik di lokasi tersebut. Lega saya. Lega sekali... Ini cerita horor saya yang agak kesel, kesel karena digodain terus sama sosok-sosok itu. Kesel karena ibu pemilik rumah yang seperti tidak tahu apa-apa soal keberadaan mereka, padahal saya, staf, anak saya bahkan pelanggan, beberapa kali menerima gangguan dari mahkluk halus itu. Kesel karena harus mengalami kejadian ngga jelas ini dalam hidup saya.


2 comments:

Light Talg said...

Keren kaks 😩😩😩😩😩

Cerita Alister N

nunukambarwati.blogspot.com said...

Terima kasih ya 😁