Waktu itu, sekitar tahun 2002-an, ada sebuah serial acara
realitas “Dunia Lain” yang tayang di saluran televisi swasta Trans TV,
Indonesia. Sebuah acara realitas bertema supranatural. Di acara ini mereka sengaja mencari tempat
yang ditengarai banyak penampakan hantu, memang sengaja ingin merekam gerak
gerik makhluk ghaib. Maka ada segmen
dimana ada seseorang berdiam diri di tempat paling seram tersebut untuk “memancing”
kemunculan para sosok ghaib. Segmen yang paling ditunggu di acara itu disebut
segmen uji nyali. Di segmen itu, peserta hanya dibekali satu lilin saja,
berdiam sekuat mungkin (dengan ukuran durasi waktu) meskipun ada gangguan suara
atau gangguan lain dari ghaib. Di ruangan tersebut dipasang beberapa kamera
dengan memakai infra merah supaya sosok ghaib bisa terdeteksi dalam tayangan.
Bila peserta kuat lolos sampai waktu yang ditentukan, maka ia mendapatkan
hadiah uang. Tetapi bila tak kuat, dia wajib menyatakan ke crew program bahwa
dia menyerah. Ada juga kasus peserta yang terlanjur kesurupan sebelum dia
menyatakan menyerah dan harus dikeluarkan dari lokasi uji nyali.
Oke baiklah, itu tentang cerita tayangan televisi yang akan menginspirasi kegiatan supranatural kami kali ini. Sebenarnya cerita ini horor komedi sih menurut saya, ha ha ha, ah simak dulu saja ya. Pada cerita sebelumnya, saya pernah menggambarkan sosok teman saya Surya ( https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-kerajaan-di-laut-selatan.html ), yang memiliki kelebihan supranatural di komunitas kami. Tayangan “Dunia Lain” memang kami tunggu untuk ditonton bersama. Teman-teman di komunitas kami ini, mereka yang memiliki kelebihan supranatural akan kasih review apakah hantu yang muncul dalam tayangan itu benar atau editan. Kadang-kadang, bahkan sering, hantu yang ditunggu-tunggu ngga muncul-muncul sampai tayangan selesai. Ini yang membuat penonton kecewa (ha ha ha). Nah, entah atas ide siapa, saya lupa, lalu kami berinisiatif bisa lihat hantu beneran, karena tidak cukup puas dengan tayangan di televisi itu – difasilitasi teman kami Surya ini. Surya bisa mengundang hantu yang ingin kami lihat. Akhirnya kami membuat rencana, menyewa villa untuk bermalam dan akan melihat penampakan di daerah K. Saya juga kurang tahu waktu itu kenapa memilih lokasi ini. Di daerah K, ada bekas kolam renang yang sudah tak terpakai. Di belakang kolam renang itu, masih banyak pepohonan tinggi besar dan memang banyak orang bilang disana angker.
Oke baiklah, itu tentang cerita tayangan televisi yang akan menginspirasi kegiatan supranatural kami kali ini. Sebenarnya cerita ini horor komedi sih menurut saya, ha ha ha, ah simak dulu saja ya. Pada cerita sebelumnya, saya pernah menggambarkan sosok teman saya Surya ( https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-kerajaan-di-laut-selatan.html ), yang memiliki kelebihan supranatural di komunitas kami. Tayangan “Dunia Lain” memang kami tunggu untuk ditonton bersama. Teman-teman di komunitas kami ini, mereka yang memiliki kelebihan supranatural akan kasih review apakah hantu yang muncul dalam tayangan itu benar atau editan. Kadang-kadang, bahkan sering, hantu yang ditunggu-tunggu ngga muncul-muncul sampai tayangan selesai. Ini yang membuat penonton kecewa (ha ha ha). Nah, entah atas ide siapa, saya lupa, lalu kami berinisiatif bisa lihat hantu beneran, karena tidak cukup puas dengan tayangan di televisi itu – difasilitasi teman kami Surya ini. Surya bisa mengundang hantu yang ingin kami lihat. Akhirnya kami membuat rencana, menyewa villa untuk bermalam dan akan melihat penampakan di daerah K. Saya juga kurang tahu waktu itu kenapa memilih lokasi ini. Di daerah K, ada bekas kolam renang yang sudah tak terpakai. Di belakang kolam renang itu, masih banyak pepohonan tinggi besar dan memang banyak orang bilang disana angker.
Waktu itu, didata siapa saja yang hendak ikut misi ini.
Akhirnya terkumpul sekitar 10-an orang (saya lupa berapa orang pastinya). Kami
naik motor, saling berboncengan, berangkat malam hari sekitar pk 19.00 WIB.
Sesampainya di villa, kami masih nongkrong-nongkrong dulu, ngobrolin rencana
dan Surya memberikan briefing singkat. Rencananya kami akan berangkat ke lokasi
penampakan pk 24.00, karena Surya janjian sama para hantu itu sekitar jam
tersebut. Dan sepertinya memang waktu yang tepat buat mereka menampakan diri. Dari
kesepuluh kami itu, ada beberapa orang yang harus dibukakan dulu mata batinnya
supaya mereka bisa melihat penampakan hantu itu. Surya memberi pesan bahwa kami
tidak boleh lengah, harus fokus, pikirannya tidak boleh kosong, kalau takut
pegangan teman sebelahnya (ha ha ha), tidak boleh bawa lampu dan sejenisnya, HP
dimatikan, pokoknya ngga boleh ada cahaya. Oke, oke, kami semua sudah sepakat
sambil merasa penasaran. Surya sudah paham siapa diantara kami yang harus
ekstra penjagaan supaya dia tidak kemasukan atau kesurupan hantu, karena memang
kondisi fisik dan psikisnya tidak kuat, sebut saja Nina. Jadi dia minta salah
satu harus pepetin Nina supaya dia tetap waspada. Nah Nina ini dan salah
seorang teman kami Sigit harus dibukakan mata batinnya sebelum misi kami ini.
Mendekati pukul 24.00 kami beranjak dari villa menuju lokasi
dengan motor masing-masing, sambil deg-degan, tapi seneng juga, cekikikan
membayangkan hantu-hantu, berseloroh bercanda untuk mengurangi ketegangan.
Sampailah kami di lokasi. Gelap, cuma suara binatang dan angin. Hih, ngerilah
kalau kesana sendiri, untung bareng-bareng bersama teman haha. “Semua hape
dimatikan”, bisik Surya. Motor-motor kami parkir menghadap ke arah keluar,
supaya kalau ketakutan dan ingin lari meninggalkan lokasi, tinggal jreng
nyalain mesin dan ngebut (ha ha ha). Surya menata posisi kami berdiri, siapa di
depan dan siapa di belakang, siapa yang harus ditemani, dipepet. Surya berdiam
dulu, semedi, sepertinya dia sedang memanggil mereka para hantu-hantu itu.
Setelah sekitar 5 menit usai semedi, Surya bilang, “Nanti aku akan lempar
kerikil ke arah hutan, ketika ada balasan lemparan kerikil dari arah hutan,
maka artinya mereka (hantu-hantu) sudah siap menunjukkan diri mereka”. Oke,
jawab teman-teman. Deg-degan nungguin mereka muncul. Hutan sangat gelap, hanya
ada siluet pohon-pohon besar dan tinggi.
Kami tak menunggu lama setelah Surya melempar kerikil, yang
artinya misi dimulai, lalu mulailah bermunculan mereka... ada genderuwo yang
tinggi dan besar sekali, kakinya saja setinggi pohon, dan guede banget. Ada
Kuntilanak sedang nangkring di atas pohon. Ada pocongan yang malu-malu ngintip
dari balik pohon. Surya tetap mendampingi kami, “Lihat ngga? Nah disana itu
Kuntilanaknya”, kata Surya sambil menunjuk ke atas. Kami bicara pelan dan
berbisik-bisik. Kami merapatkan barisan, ada yang mulai ketakutan, tapi ada
juga yang penasaran sekali. “Mana, mana sih?”, kata seorang teman. Jadi, ada
beberapa teman yang bisa melihat semua dan ada yang tidak. Saya bisa melihat 3
itu, Genderuwo, Kuntilanak dan Pocong. Mereka semua transparan. Buat saya yang
paling menarik perhatian si Mbak Kunti. Kalau diperhatiin terus dan lama-lama,
dia kayak narik-narik energi kita. Saya berusaha untuk tidak terpengaruh, tapi pingin
liatin dia terus. Mereka itu transparan, tapi seperti cahaya, bila
diperhatikan, lama-kelamaan cahayanya semakin terang dan mereka semakin detail,
tapi saya tidak kuat. Beberapa teman ada yang bisa melihat detail wajah mereka,
tapi saya tidak, untungnya tidaklah. Nah yang menarik lainnya adalah, ternyata,
penglihatan antar orang berbeda. Teman saya si Sigit ternyata melihat
Kuntilanak yang sama kami lihat itu, dia terbang menclok ke pohon lain.
Sementara yang saya lihat, Kuntilanak masih nongkrong di pohon yang sama
daritadi, alias tidak bergerak terbang. Sampai sekarang pun kalau saya ketemu
Sigit, dia pasti bilang kalau Kuntilanaknya terbang, dan saya bilang tidak. Nah
lho kan!
Kira-kira kami berada di lokasi sekitar 30-40 menit, teman
kami Nina sudah mulai merasa drop fisiknya, sepertinya dia tidak siap. Dia
mengeluh dan pingin segera pergi meninggalkan lokasi. Teman-teman sudah mulai
merasa tidak nyaman juga, Surya menyarankan segera diakhiri, kalau tidak Nina
bisa kesurupan. Segeralah kita pergi dari lokasi, sedikit terbirit terburu naik
motor masing-masing. Surya memastikan para hantu tadi sudah kembali ke alam
mereka masing-masing dan tidak mengikuti kami sampai villa atau bahkan sampai
balik rumah. Sesampainya di villa, Nina masih dalam pengawasan Surya dan
teman-teman supaya dia tidak kosong pikirannya.
Beberapa orang tertidur setelahnya, karena sudah terlalu
ngantuk. Beberapa lainnya masih berjaga dan membahas penampakan tadi. Saya
memilih tidur. Esok paginya, kami masih aman, tidak ada efek apa-apa dari
penampakan semalam. Nina juga masih baik-baik saja, meskipun agak lemas,
sepertinya dia kurang tidur dan memang kurang sehat badannya. Ini jadi
pengalaman menarik buat di dunia
supranatural (terima kasih ya teman-teman yang bersama saya saat kejadian ini).
Dan kami sudah tidak penasaran lagi dengan tayangan televisi “Dunia Lain” itu
(ha ha ha).
Cerita Horor lain di blog ini
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-kerajaan-di-laut-selatan.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-hantu-yang-bikin-kesel.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-hantu-bawaan-toko-barkas.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-prewangan.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-dijemput-dari-keluarga-peri.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-hantu-yang-bikin-kesel.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-hantu-bawaan-toko-barkas.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-prewangan.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-dijemput-dari-keluarga-peri.html
No comments:
Post a Comment