Wacinwa adalah kependekan dari Wayang Cina Jawa. Nah baru tahu kan ya ternyata kita punya wayang Cina Jawa. Seperti apa tokoh, cerita dan sejarahnya? Buku atau katalog ‘Wacinwa: Silang Budaya Cina-Jawa’ ini mengurai banyak hal perihal topik tersebut. Dan buku ini saya pilih untuk menjadi hadiah bagi komentar terinspiratif di artikel mana saja di halaman blog saya durasi Oktober-November 2014. Saya lebih pas menyebut ini sebagai buku karena materinya cukup lengkap setara buku. Beberapa hal menarik dan langka pada sejarah Wacinwa tersebut yang membuat saya ingin memberikan 1 eksemplar buku ini sebagai hadiah.
Buku dengan
tebal 72 halaman, berukuran 21 x 27 cm ini merupakan terbitan Museum Negeri
Sonobudoyo, Dinas Kebudayaan DIY. Bersampul warna merah menyala, buku ini makin
aksesibel karena dilengkapi dengan bahasa Inggris pula. Terdiri dari tulisan
pengantar pameran dari Drs GBPH Yudaningrat, MM selaku Kepala Dinas Kebudayaan
DIY, disambung sambutan dari Dra Riharyani sebagai Kepala Museum Negeri
Sonobudoyo, tulisan kuratorial oleh Hanggar Budi Prasetya (Pengajar Jurusan
Pedalangan ISI Yogyakarta), kemudian catatan budaya oleh Ons Untoro (pengiat
budaya dan bekerja di Tembi Rumah Budaya), sinopsis tentang cerita wayang Sie
Jin Kui Ngumbara, sinopsis Sudira Tandhing, 57 foto tokoh wayang di Wacinwa,
dan beberapa halaman terakhir mengenai dokumentasi yang menyertai perjalanan
Wacinwa. Terbitnya buku ini merupakan suplemen pameran ‘Wacinwa: Silang Budaya
Cina – Jawa’ yang digelar di Jogja Gallery, Yogyakarta tanggal 3-10 Oktober
2014.
Salah satu halaman di buku Wacinwa. |
Sejauh ini hanya ada 2 set Wacinwa di
dunia.
Pameran berdurasi 8 hari tersebut rasa-rasanya tak cukup untuk memamerkan Wacinwa yang sangat menarik ini. Bahkan selama pameran berlangsung, digelar pula pagelaran Wacinwa. Dimana notabene pagelaran Wacinwa sudah langka dikarenakan tidak ada generasi penerus sejak sang dalang telah meninggal dunia satu demi satu. Mengutip keterangan kurator pameran, sejauh ini satu set lengkap Wacinwa hanya ada dua di dunia. Satu set wayang Wacinwa yang berjumlah 200 tokoh menjadi koleksi Museum Sonobodoyo dan set lainnya merupakan koleksi Dr. Walter Angst di Uberlingen, Jerman (halaman 9). Beruntunglah kita masih memilikinya meskipun set yang lain dimiliki oleh orang asing. Semoga koleksi tersebut terjaga utuh dan dipelihara dengan baik demi keberlangsungan kebudayaan warisan leluhur.
Pameran berdurasi 8 hari tersebut rasa-rasanya tak cukup untuk memamerkan Wacinwa yang sangat menarik ini. Bahkan selama pameran berlangsung, digelar pula pagelaran Wacinwa. Dimana notabene pagelaran Wacinwa sudah langka dikarenakan tidak ada generasi penerus sejak sang dalang telah meninggal dunia satu demi satu. Mengutip keterangan kurator pameran, sejauh ini satu set lengkap Wacinwa hanya ada dua di dunia. Satu set wayang Wacinwa yang berjumlah 200 tokoh menjadi koleksi Museum Sonobodoyo dan set lainnya merupakan koleksi Dr. Walter Angst di Uberlingen, Jerman (halaman 9). Beruntunglah kita masih memilikinya meskipun set yang lain dimiliki oleh orang asing. Semoga koleksi tersebut terjaga utuh dan dipelihara dengan baik demi keberlangsungan kebudayaan warisan leluhur.
Keunikan Wacinwa.
Senang sekali saya berkesempatan melihat pameran yang menarik ini. Karena saya pribadi, seumur-umur belum pernah melihat koleksi wayang jenis ini. Bahkan seorang pengunjung pameran berkewarganegaraan asing sangat antusias dan mengucapkan terima kasih tak terhingga karena mendapatkan 1 buku Wacinwa dan berkesempatan menyaksikan pagelaran wayang secara langsung.
Senang sekali saya berkesempatan melihat pameran yang menarik ini. Karena saya pribadi, seumur-umur belum pernah melihat koleksi wayang jenis ini. Bahkan seorang pengunjung pameran berkewarganegaraan asing sangat antusias dan mengucapkan terima kasih tak terhingga karena mendapatkan 1 buku Wacinwa dan berkesempatan menyaksikan pagelaran wayang secara langsung.
Halaman 24
“Wayang kulit Cina Jawa umurnya tidak panjang, sejak dibuat Gan Thawn Sing
tahun 1925, pada tahun 1967 tidak lagi dipergelarkan. Selain karena tidak
mempunyai dalang, meski pun Gan Thawn Sing telah mengkader 4 orang dalang
seperti Kho Thian Siang yang dikenal sebagai mbah Menang, Raden Mas Pardon atau
Raden Mas Gondosuli, Mergasemu dan Pawiro Buwang, tetapi semua dalang yang
dididik Gan Thawn Sing meninggal lebih dulu dan tidak memiliki penerus.”
Apa saja
keunikan Wacinwa? Ternyata Wacinwa ukurannya lebih kecil daripada wayang yang
biasa kita lihat. Paling tinggi berukuran 68 cm atau sebesar wayang
Kidangkencanan (wayang untuk dimainkan anak-anak). Kepala tiap wayangnya bisa diganti-ganti
sehingga menyesuaikan alur cerita dan ketokohan, wah keren ya! Ketika pergelaran berlangsung bahasa yang dipakai ada dua yakni bahasa Jawa dan Indonesia. Wacinwa ini
merupakan persilangan budaya antara Cina dan Jawa. Persilangan budaya ini
dilihat dari beberapa aspek, antara lain bentuk boneka wayang, sarana
pertunjukan dan bentuk pertunjukan. Boneka Wacinwa terbuat dari kulit kerbau
merupakan pengaruh kebudayaan Jawa, sementara itu bentuk wayang dengan kepala
yang diganti-ganti merupakan pengaruh wayang Potehi (halaman 12).
Photo courtesy Museum Sonobudoyo. |
Cerita Wacinwa
bukan tentang Ramayana atau Mahabarata, tetapi cerita-cerita Cina. Figur
wayangnya juga ala Cina, baik pakaian maupun adat istiadatnya. Selain
sosok-sosok tokoh yang biasa ditampilkan dalam wayang, pada Wacinwa juga dibuat
tokoh tentara dengan banyak orang dalam satu gapit atau kereta kencana lengkap
dengan orang yang mengendalikan berikut kudanya dengan satu gapit pula.
Kemudian sosok-sosok binatang seperti kuda, macan, naga, kura-kura dan burung. Karena
Wacinwa jarang dipergelarkan, tetapi spiritnya masih ada dengan diproduksi
komik dan kaset audio (masih dengan pita) pertunjukan wayang.
Nah, banyak hal
menarik tentang Wacinwa ya. Karena saya mendapat 2 buku Wacinwa, maka saya
ingin membagi 1 buku sebagai hadiah untuk Anda plus 1 buah postcard bergambar
salah satu tokoh wayang. Semoga hadiah buku ini menjadi hal yang istimewa bagi
yang menerimanya seistimewa warisan leluhur kita. Maturnuwun…
2 comments:
Halo gimana caranya untuk memperoleh huku wacinwa ya?
Hallo Mbak Shinta, setahu saya dulu, buku Wacinwa bisa didapatkan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Mereka mempunyai IG dan kontak, silakan mbak bisa kontak mereka. Semoga stock bukunya masih ada, karena tulisan ini saya buat tahun 2014 ya.
Post a Comment