Wednesday, September 11, 2019

Ruang Imajinasi Tanpa Beban


Ruang Imajinasi Tanpa Beban

Mengapa membuat pameran untuk anak-anak? Apa perlunya membuat pameran buat mereka? Apa kekuatan karya-karya mereka sehingga perlu dipamerkan? Apakah karya anak-anak ini memang sudah layak pamer? Demikian kira-kira beberapa pertanyaan yang seringkali muncul ketika hendak membuat pameran untuk anak-anak? Pertanyaan-pertanyaan ini justru lebih sering muncul dari orang tua sendiri. Orang tua justru malah tidak percaya diri terhadap karya anak-anak mereka. Mari temukan jawaban-jawaban pertanyaan diatas melalui pameran “Ruang Imajinasi”.

“Ruang Imajinasi” mencoba memberi ruang bagi karya anak-anak. Memberi ruang atas imajinasi mereka yang kadang di luar batas yang kita bayangkan – yang kadang hanya dimengerti oleh mereka sendiri atau teman-teman sebayanya.”Ruang Imajinasi” mempresentasikan karya dari 11 anak dengan rentang usia 4-11 tahun. Mereka adalah Dara Ayudya Balqis, Mutiara Laut Biru, Gemintang Alam Semesta, F. Anindito Bramantyo, Sang Badai Ulung Kembara, Masayu Sang Radjapadmi, Orlin Maritsa Gunari, Letycia Cherysh Tupamahu, Kalyana Jaladri Median, Leonce, Bintang dan Daraswita Jeva Dananjaya. Masing-masing anak memamerkan 1-3 karya. Bertempat di Badai Art Studio, Tirtonirmolo, Kasihan Bantul, sebuah ruang presentasi terbilang baru di peta seni rupa Yogyakarta. Pameran “Ruang Imajinasi” sendiri dipamerkan pada rentang waktu 14-21 September 2019.

Anak-anak yang mengikuti pameran ini, memiliki orang tua yang terdiri dari beragam latar belakang profesi. Ada memang yang sangat bersinggungan dengan seni rupa – orang tuanya memang seorang seniman misalnya, atau orang tuanya pekerja seni. Tetapi ada juga yang tak ada latar belakang seni rupa sama sekali. Latar belakang ini sedikit banyak akan berpengaruh pada karya anak-anak. Pengaruhnya lebih pada kepekaan atau keberanian mereka berekspresi dalam karya. Ketika saya tanyakan, seberapa besar peran orang tua dalam karya anak kali ini? Apakah mereka ikut menyelesaikan gambar anak-anak ini? Ada orang tua yang menyampaikan, orang tua tidak ikut campur karena anak sudah memiliki kemauan sendiri akan karyanya. Kemauan mereka sangat kuat, soal pilihan warna dan bentuk. Ada juga yang komentar, tak ada cukup waktu untuk memantau karya anak mereka karena orang tua sibuk bekerja. Maka bisa kita rasakan dan nikmati kejujuran karya anak-anak melalui pameran ini.

Komposisi 11 anak ini terdiri dari 5 laki-laki dan 6 perempuan. Bila kita tengok karya mereka, apa yang mereka gambar tak jauh dari keseharian. Karya anak-anak perempuan lebih banyak bertema tentang keluarga dan rumah. Sementara karya anak laki-laki bertema mainan atau fantasi tentang mainan.

Apa kekuatan karya-karya mereka sehingga perlu dipamerkan? Apakah karya anak-anak ini memang sudah layak pamer? Membaca karya anak menurut saya sebaiknya tidak memakai pendekatan yang sama seperti membaca karya seniman yang sudah paham teori seni rupa. Anak-anak ini mungkin memang belum paham teori seni rupa seperti nirmana, perspektif dan sebagainya itu. Maka membaca karya anak adalah membaca soal kejujuran berkarya. Tidak perlu terlalu berkerut kening ketika membaca karya anak-anak ini. Membaca karya anak adalah membaca jiwa, membaca energi mereka. Soal kejujuran dalam berkarya ini yang mungkin akan sulit kita baca pada karya seniman dewasa karena mereka juga terbebani bahwa karyanya harus bagus, karyanya harus memiliki pesan kuat, atau bahkan karyanya harus bisa terjual. Sementara ukuran membaca karya anak-anak menurut saya adalah anak-anak sebaiknya justru tanpa beban ketika mengerjakan karya tersebut. Bila mereka ingin menggunakan media kertas ya silakan, atau ingin memakai pensil dan tanpa diwarnai, ya monggo. Kadang kita dibuat terkejut ketika judul karya tidak seperti apa yang mereka gambarkan (haha). Itulah energi kejujuran yang bisa kita baca ketika tiba-tiba ada gambar gajah bersayap atau pelangi versi corat coret mereka. Maka memberi ruang imajinasi itu sama dengan memberi kebebasan tanpa beban kepada anak-anak kita yang tertuang lewat karya. Kita bisa ikut merasakan aura kebebasan imajinasi tersebut dalam karya anak-anak ini. Jadi ukuran karya anak itu justru bukan pada bagus atau tidak, tetapi dia jujur atau tidak, terbebani atau tidak ketika berkarya. Akan terbaca aura atau energinya pada setiap karya yang tampil.

Mengapa membuat pameran untuk anak-anak? Memberi ruang presentasi atau memamerkan karya anak, menurut saya adalah salah satu bentuk terapi psikologis terhadap anak. Dengan memamerkan karyanya, anak menjadi lebih percaya diri, anak bisa lebih semangat dalam kehidupan bersosialiasi. Bahkan ketika anak sedang berproses menyiapkan pameran saja, mereka sudah terkatrol semangatnya. Mereka tahu karya mereka akan dipamerkan, kadar bahagianya bisa naik hingga 80% mungkin. Inilah salah satu jawaban apa pentingnya memberi ruang imajinasi terhadap anak.

Menurut saya, pameran ini tidak hanya diperuntukkan diapresiasi oleh anak-anak; justru orang tua bisa banyak belajar dari pameran ini. Apa saja edukasi yang bisa kita peroleh dari penyelenggaraan pameran ini:
* Inspirasi karya anak-anak yang orisinil. Para orang tua disini benar-benar membebaskan anak berkarya dengan tema yang mereka sukai, tema yang dekat dengan mereka dan media yang mereka inginkan.
* Menghargai anak. Bagaimana antara orang tua dan anak menemukan sepakat karya mana yang akan dipamerkan. Pilihan orang tua kadang tidak sama dengan anak. Orang tua menghargai proses dan hasil karya anak yang mereka hasilkan. Bahkan hingga keputusan apakah karyanya akan dijual atau tidak, bila dijual dengan harga berapa, semuanya hasil kesepakatan dengan anak itu sendiri.
* Lingkungan tumbuh kembang anak. Bisa kita lihat bagaimana anak dengan latar belakang seni yang kuat, atau anak yang sudah sering mengikuti kompetisi menggambar hingga anak yang bahkan baru saja mulai menggambar karena mengikuti pameran ini.
* Kemasan pameran. Pameran ini dibuat layaknya pameran yang mengedepankan apresiasi terhadap karya-karya mereka. Karena kesadaran akan berpameran, beberapa orang tua menyiapkan media gambar seperti kanvas komplit beserta catnya. Meskipun sebenarnya anak bisa bebas mau menggambar lewat media apa saja.


Maka saran saya bagi para orang tua, hilangkan beban khawatir atau ragu-ragu mempresentasikan karya anak-anak; karena pembacaan karya anak adalah karya tanpa beban.

Yogyakarta, 10 September 2019
Nunuk Ambarwati



SALAM SENI // Perupa kenamaan HERI DONO datang dan akan membuka program untuk keluarga. Perupa muda BINTANG TANATIMUR (14 th) juga bakal menampilkan karya-karyanya bersama parabelia lainnya dalam Pameran Seni Rupa Anak "RUANG IMAJINASIKU" di Badai Art Studio, Jl. Tegal Kenongo, Tirtonirmolo Kasihan Bantul, Yogyakarta, 14-21 September 2019. 

Dalam pameran ini Bintang Tanatimur sebagai tamu spesial, penggerak inspirasi parabelia yang lebih muda. Jika anak Anda sering berlomba mencari juara, kini saatnya berlomba tampil di muka bersama-sama. Menggalang apresiasi masyarakat tentang baiknya karya seni untuk dinikmati bersama-sama. 


Sampai jumpa di BADAI Yogyakarta. SALAM SENI












No comments: