Tulisan untuk pameran tunggal karya Rd.Syarief Hidayat
'LAND.LIFE.LOVE'
Tirana Artspace, Jl Suryodiningratan 53-55 Yogyakarta
29 November - 25 Desember 2014
|
Rusnoto Susanto & Syarief Hidayat usai pameran dibuka. |
|
|
Memahami
karya seni beraliran abstrak, memang memerlukan sense tersendiri. Bukannya
sulit (menurut saya), tetapi harus lebih mengasah kepekaan rasa kita ketika
melihatnya. Bukan juga perkara bagus atau tidak, tetapi suka atau sebaliknya. Seperti
presentasi pameran tunggal karya Rd. Syarief Hidayat (asal Bandung) di Tirana
Artspace, Yogyakarta. Bertajuk ‘Land.Life.Love’ dipamerkan 29 November – 25 Desember
2014. Lima belas karya abstrak tersaji di tengah display sebuah butik pakaian. Bukan
perkara mudah juga untuk saya, menyajikan karya-karya beraliran abstrak di
sebuah butik dengan pengunjung yang awam soal seni rupa. Meskipun sudah 2 tahun
selalu regular menggelar pameran seni rupa, tetapi memutuskan apakah karya
abstrak cocok untuk dipamerkan di Tirana Artspace tetap menjadi pertimbangan
yang menyeluruh. Kesimpulan membawa saya untuk tetap memamerkan karya-karya ini
ditambah pertimbangan untuk mempererat silaturahmi antara seniman Bandung dan
Yogyakarta. Pameran dibuka oleh Rusnoto Susanto (seniman, dosen dan kurator) dengan
jabaran sangat detail mengenai proses berkarya seorang Syarief Hidayat. Saking
detailnya, membuat pengunjung di malam pembukaan pameran (29/11/14) harus
bersabar berdiri mendengar ulasannya yang runut selaksa benang merah yang
panjang.
|
Rd. Syarief Hidayat | 'Torehan No 9' | acrylic on canvas | 90 x 140 cm | 2014 | |
|
|
Karya 'Torehan No 9' yang didisplay di luar ruangan. |
Rd.
Syarief Hidayat Kartamidjaja, perupa kelahiran Bandung, 15 Mei 1968. Syarief
mengaku tidak memiliki latar belakang pendidikan seni rupa secara formal. Karena
ia menempuh studi di STBA (Sekolah Tinggi Bahasa Asing)
Yapari-ABA Bandung. Ia
banyak belajar seni rupa dari ayahnya yang notabene seorang
seniman kakap, Rd. Tohny Joesoef (alm) di Sanggar Ligar Sari ’64 (SLS ’64)
Bandung. Dan satu dekade lebih memiliki pengalaman eksplorasi seni rupa di Bali.
Dalam akar kehidupan keluarganya, sarat bersinggungan dengan dunia seni rupa,
karena keempat anak Rd.Tohny Joesoef (alm) bekerja dan berkarya sebagai perupa.
Ia tercatat aktif mengelola Sanggar Olah Seni (SOS) berlokasi di hutan kota Babakan
Siliwangi di Bandung. Rd. Syarief Hidayat juga lebih dikenal sebagai ‘Kikip
Jago’ atau ‘Roosterman’ karena ikon karya ayam jago yang sering ia pakai dalam
karya-karyanya.
|
Rd. Syarief Hidayat | 'Atlantis' | mixed media on canvas | 60 x 80 cm | 2014 |
Syarief sangat sederhana
mendefinisikan tajuk pameran tunggalnya kali ini; ‘Land.Life.Love’; mencintai alam, negeri, dan kehidupan
yang dianugerahkan oleh Allah SWT. Tetapi tak sesederhana itu makna tiap karya
yang ia sajikan. Hampir sebagian besar karya-karyanya merupakan kolase dari
berbagai media. Sembilan puluh persen karya yang dipamerkan masih membawa ikon
ayam jago dalam goresan dan judul karyanya. Sementara empat karya dari 15 karya
yang dipamerkan, Syarief menggunakan potongan kain batik motif Jawa Barat. Menurutnya
karya-karya ini adalah sebuah perjalanan spiritual yang panjang, dalam menyelami
keindahan ciptaan Allah SWT, merekam dalam sanubarinya, yang selanjutnya
diterjemahkan ke dalam wujud lukisan. Goresan-goresannya merupakan harmoni. Biru
adalah laut, hijau adalah lahan subur dan seterusnya. Melihat karya lukis Rd.
Syarief Hidayat, berarti melihat rasa cintanya akan tanah air, dan Sang Pemberi
Hidup. Rasa cinta itulah yang menjadi spirit (semangat) sang perupa untuk tetap
menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Karya berjudul 'Torehan No 9' (acrylic on canvas, 90 x 140 cm, 2014) merupakan karya favorit saya dalam pameran tunggalnya kali ini. Syarief Hidayat sengaja meletakkan di atas sebuah kolam di Tirana House. Sungguh suatu hal yang mengejutkan buat saya. Pakemnya, karya lukisan dengan media kanvas sangat disakralkan, tidak boleh disentuh pengunjunglah dan harus diletakkan di ruang aman dari hujan dan sinar matahari secara langsung. Saat ditanya mengenai resikonya karena meletakkan lukisan di outdoor, Syarief Hidayat berujar santai, 'tidak apa-apa, nanti kalau hujannya deras saja, baru dimasukkan'. Wow!
|
Rd.Syarief Hidayat | 'Khatulistiwa' | mixed media on canvas | 70 x 90 cm | 2013 |
Demikianlah
karena latar belakang keluarganya tersebut, juga kehidupannya di sanggar;
menurut pendapat pribadi saya, membuat seorang Syarief Hidayat ditempa dengan tema-tema
berkisar nasionalisme dan sangat kental mewarnai karya-karya yang ia hasilkan. Rama,
seorang pemuda berumur 19 tahun, sangat muda dan awam di dunia seni rupa, toh
sudah langsung menemukan lukisan favoritnya berjudul ‘Khatuliswa’. Alasannya
sederhana, suka. Sementara Merlin (24 tahun), memilih lukisan berjudul ‘Dialog
Jago dan Pohon’. Lukisan ini langsung menyergap antusiasmenya, paling bagus
diantara yang lain, ujarnya. Jadi cobalah menikmati saja karya-karya yang ada
dengan ketulusan mata hati dan jiwa ketika memandangnya dan temukan luasnya
kekayaan alam negeri ini.
|
Liputan pameran di Harian Jogja | Selasa, 9 Des 2014 | hal 8 |
|
Liputan pameran di Harian Jogja | Selasa, 9 Des 2014 | hal 8 |
|
Liputan pameran di Koran Tempo | Kamis, 4 Desember 2014, hal 16 | |
|
|
Tribun Jogja | Minggu Legi, 28 Desember 2014 | halaman 19 |
No comments:
Post a Comment