Gerbang masuk Pedukuhan Druwo |
Depan dan belakang rumah saya masih banyak
lahan persawahan membentang sejauh mata memandang. Suasana dusun cenderung
tenang karena tetangga masih sedikit. Bila cuaca bagus, Gunung Merapi dan
Merbabu terlihat biru menjulang dengan gagahnya. Udaranya bersih, sejuk dan
dingin. Jauh dari polusi, kecuali ketika ada warga yang membakar sampah. Sumber
mata air juga mudah didapat hanya dengan kedalaman 2 meter, bersih dan jernih,
walaupun kandungan zat besinya sedikit lebih tinggi. Bahkan saking mudahnya
mendapatkan air, konon katanya, warga sulit menguburkan jenazah di dusun ini,
karena menggali tanah 2 meter sudah ketemu air.
Malam pertama saya tidur di rumah Druwo,
sudah mendapati hal yang janggal. Ini nanti akan menjadi awal perjalanan
perkenalan saya dengan “dunia lain” di sekitar rumah dan Dusun Druwo. Saat itu,
saya sulit tidur nyenyak, yah mungkin karena suasana baru pikir saya. Malam
mulai merambat mendekati dini hari, antara tertidur atau bangun entahlah, saya
merasa melihat sesosok besar tinggi se kusen pintu. Sosok tersebut berbulu dan
belang-belang seperti macan. Tetapi dia hanya diam saja berdiri pas di pintu
kamar. Saya pun diam saja. Tidak ada dialog atau perlawanan. Dan seingat saya,
saya baru bisa tertidur lelap pukul 03.00 dinihari. Esok paginya saya sudah
hampir lupa kejadian semalam karena tuntutan konsentrasi pekerjaan sangat
tinggi waktu itu.
Dua malam berturut-turut berikutnya, ternyata saya mimpi lagi. Dalam mimpi tersebut, saya diajak jalan-jalan mengitari dusun Druwo dan diberitahu tempat-tempat mana saja yang dihuni oleh mahluk ghaib. Ternyata tidak hanya satu lokasi, tapi ada beberapa spot yang menjadi “rumah” makhluk ghaib, dan ternyata salah satunya adalah persis di depan kamar tidur saya, jarak sekitar 3 meter saja. Hmm… oke. Esok harinya, sama seperti hari berikutnya, saya kembali hectic bekerja dan tidak mempedulikan mimpi tersebut. Saya baru akan menyadarinya beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelahnya. Intinya, 3 malam tersebut saya seperti diberi tahu dan dikenalkan siapa saja yang ada di wilayah tersebut.
Hari-hari berikutnya, bahkan hingga kini, gangguan-gangguan kecil saya rasakan. Seperti ada yang ketuk-ketuk jendela kaca rumah kami hingga membuat terbangun dari tidur, atau ada suara handle pintu yang dipaksa dibuka berulang-ulang, seperti ada orang mau masuk. Dua hal ini paling sering terjadi. Pernah juga ada teman yang datang ke rumah kami padahal rumah kosong tetapi seperti ada orang didalam rumah. Ketika bayi kecil kami baru lahir, juga banyak kejadian aneh. Tiba-tiba ada bapak tua duduk di kursi bambu depan rumah kami. Atau tiba-tiba ada ular melingkar dibawah boks bayi kami (meskipun kami meyakini ini karena rumah kami dekat sawah). Tetangga juga beberapa kali mendengar suara bising di rumah kami tengah malam, kata dia asal suara dari atas, padahal kami semua lelap tidur. Seorang pembantu rumah tangga tetangga sebelah juga bilang rumah kami ada gendruwonya. Keponakan saya juga tidak mau bertandang ke rumah tantenya ini, horor katanya. Saya sendiri juga sering melihat kelebatan-kelebatan warna hitam. Abel, anak kami, juga pernah melihat sosok hitam di tengah sawah saat pergantian hari. Kata ibu saya, mungkin karena banyak lukisan yang dipajang di rumah, jadi banyak makhluk ghaib yang mampir. Tengah malam sekitar pukul 12.00 saat pulang aktifitas, saya dan suami melihat sosok perempuan menyeberang jalan dan tiba-tiba hilang. Ini versi saya. Versi pengalaman suami ada banyak juga, tapi dia jarang mau cerita ke saya. Saya merinding lho sambil mengetik ini hehe.
Dua malam berturut-turut berikutnya, ternyata saya mimpi lagi. Dalam mimpi tersebut, saya diajak jalan-jalan mengitari dusun Druwo dan diberitahu tempat-tempat mana saja yang dihuni oleh mahluk ghaib. Ternyata tidak hanya satu lokasi, tapi ada beberapa spot yang menjadi “rumah” makhluk ghaib, dan ternyata salah satunya adalah persis di depan kamar tidur saya, jarak sekitar 3 meter saja. Hmm… oke. Esok harinya, sama seperti hari berikutnya, saya kembali hectic bekerja dan tidak mempedulikan mimpi tersebut. Saya baru akan menyadarinya beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelahnya. Intinya, 3 malam tersebut saya seperti diberi tahu dan dikenalkan siapa saja yang ada di wilayah tersebut.
Hari-hari berikutnya, bahkan hingga kini, gangguan-gangguan kecil saya rasakan. Seperti ada yang ketuk-ketuk jendela kaca rumah kami hingga membuat terbangun dari tidur, atau ada suara handle pintu yang dipaksa dibuka berulang-ulang, seperti ada orang mau masuk. Dua hal ini paling sering terjadi. Pernah juga ada teman yang datang ke rumah kami padahal rumah kosong tetapi seperti ada orang didalam rumah. Ketika bayi kecil kami baru lahir, juga banyak kejadian aneh. Tiba-tiba ada bapak tua duduk di kursi bambu depan rumah kami. Atau tiba-tiba ada ular melingkar dibawah boks bayi kami (meskipun kami meyakini ini karena rumah kami dekat sawah). Tetangga juga beberapa kali mendengar suara bising di rumah kami tengah malam, kata dia asal suara dari atas, padahal kami semua lelap tidur. Seorang pembantu rumah tangga tetangga sebelah juga bilang rumah kami ada gendruwonya. Keponakan saya juga tidak mau bertandang ke rumah tantenya ini, horor katanya. Saya sendiri juga sering melihat kelebatan-kelebatan warna hitam. Abel, anak kami, juga pernah melihat sosok hitam di tengah sawah saat pergantian hari. Kata ibu saya, mungkin karena banyak lukisan yang dipajang di rumah, jadi banyak makhluk ghaib yang mampir. Tengah malam sekitar pukul 12.00 saat pulang aktifitas, saya dan suami melihat sosok perempuan menyeberang jalan dan tiba-tiba hilang. Ini versi saya. Versi pengalaman suami ada banyak juga, tapi dia jarang mau cerita ke saya. Saya merinding lho sambil mengetik ini hehe.
Tapi semuanya itu saya tepis, toh
nyatanya saya masih bertahan tinggal di rumah ini hingga 8 tahun sekarang. Tinggal
bersama mereka yang tidak kelihatan itu. Saya sangat mencintai rumah mungil
saya ini. Rumah ini adalah rumah pertama yang saya bisa beli dari hasil jerih
payah saya sendiri. Yang penting rumah selalu kondisi bersih, rapi, terang,
sinar matahari cukup masuk. Nah, sekarang tentang nama dusun Druwo. Namanya
aneh ya? Kayak-kayak nyerempet Gendruwo begitu. Dan ternyata, setelah 8 tahun
tinggal di dusun ini, baru sekarang dapat jawabannya. Simak cerita berikut ini.
Areal persawahan di Dusun Druwo |
Dahulu kala, terdapat legenda di sebuah kampung pinggiran kota
Yogyakarta. Kampung tersebut bernama Druwo. Kampung ini dihuni oleh para warga
yang mayoritas bermata pencaharian bercocok tanam yaitu petani. Akan tetapi,
warga selalu merasa kecewa akan hasil panen mereka. Setiap akan panen,
hasil ladang mereka selalu rusak. Hanya hasil yang cukup untuk mereka bertahan
hidup.
Warga Druwo sudah mengetahui keberadaan makhlus halus disekitar
mereka. Karena kampung itu juga terdapat sebuah kerajaan makhluk halus, yaitu
kerajaan Gendruwo. Hanya saja pada setiap malam warga tidak bisa menjaga
tanaman mereka. Karena setiap malam, warga ketakutan akan kehadiran para
makhlus halus yang hidup berdampingan dengan para warga.
Suatu malam, datanglah seorang pedagang gerabah dari kampung
Kasongan. Ternyata, pedagang itu kemalaman akan jalan menuju pulangnya, hingga
dia memutuskan untuk menginap di salah satu rumah warga kampung Druwo. Mbah
Amat adalah warga yang di tuakan di kampung setempat. Mbah Kaum warga
memanggilnya.
Pedagang itu meminta ijin kepada Mbah Amat untuk menginap di
singgasana nya, tapi Mbah Amat tidak punya tempat yang layak untuk pedagang itu
menginap. Hanya di emperan teras rumah tempat yang tersisa. Pedagang itu pun
sangat berterima kasih sudah diijinkan menginap di terasnya.
Akan tetapi,… Mbah Amat, menghimbau kepada pedagang itu, agar
hati-hati dan waspada karena setiap malam di kampung itu banyak gendruwo
berkeliaran. Pedagang itupun tak masalah karena dia disitu hanya menumpang istirahat
dan sudah minta ijin kepada yang punya rumah.
Malam telah larut, apa yang dikatakan Mbah Amat ternyata benar
terjadi. Pedagang itu di datangi sesosok Gendruwo. Pedagang itu tidak menyangka
bahwa akan sesosok Gendruwo yang memberikan dia hadiah berupa emas picis
rojobrono.
Kabar mulai tersebar dari mulut ke mulut. Warga mulai hilang akal.
Warga berlomba-lomba untuk mendapatkan apa yang didapat oleh pedagang gerabah
itu. Setelah sesosok Gendruwo itu muncul dan mendatangi para warga,
diberikanlah seonggok bawung yang berupa emas. Warga pun gembira
ria mendapatkannya. Setelah Gendruwo itu pergi, bawung yang berupa emas itu
ternyata berubah menjadi Lethong Kebo (kotoran Kerbau).
Warga kembali lagi beraktifitas bercocok tanam di kemudian hari.
Warga hanya berserah diri pada yang Maha Kuasa agar hasil panen mereka
melimpah. Akan tetapi, para Gendruwo tidak akan membiarkan itu terjadi.
Mbah Amat atau Mbah Kaum juga menjadi korban akan keganasan para
Gendruwo itu. Ladang jagung Mbah Amat telah rusak, hingga Mbah Amat tidak bisa memanennya.
Mbah Amat tidak tinggal diam. Mbah Amat melakukan ritual (lelaku) untuk
mengantisipasi agar para Gendruwo itu bisa ditanganinya.
Setelah itu, Mbah Amat menunggu kehadiran Gendruwo diladangnya.
Para Gendruwo itu datang dan merusak ladang warga. Dengan penuh persiapan, Mbah
Amat membawa tombak dan menyerang para Gendruwo itu. Di tombak lah Gendruwo itu
oleh Mbah Amat dan mengenai salah satu Gendruwo itu, tak luput dia adalah
pimpinan para Gendruwo.
“Yoh kowe Amat, Aku ra nrimak e banget marang kowe nganti mateni
Aku. Titenono sak anak putumu bakal tak tumpas kelor”. (Ya kamu Amat, aku
tidak terima karena kamu membunuhku. Ingatlah bahwa anak cucumu akan kuhabisi).
Akhirnya, matilah pimpinan Gendruwo itu.
Pesan itu terngiang hingga kini. Tidak ada keturunan keluarga Mbah
Amat yang menjadi Kaum atau Dukun Bayi. Hingga kini tidak ada warga Druwo yang berprofesi
seperti Mbah Amat, sebagai Kaum atau Dukun Bayi. Bila ada yang berprofesi
demikian, maka selalu sakit. Maka warga Druwo akan mengundang Kaum atau Dukun
Bayi dari dusun seberang.
Setelah kejadian itu, warga kampung Druwo sangat berterima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena mereka telah diberi jalan untuk memusnahkan
pengganggu dalam hasil bercocok tanam. Dan hingga kini hasil panen selalu
melimpah. Tak lupa warga selalu bersyukur kepada-Nya, Tuhan Yang Maha Esa.
Konon
katanya, tanah tempat mayat Gendruwo dikubur selalu tinggi menggunung. Gundukan
tanah sudah diambil, eh esok harinya menggunung lagi, demikian seterusnya.
Akhirnya warga memutuskan untuk membangun Masjid diatas kuburan Gendruwo
tersebut. Masjid itu masih aktif hingga ini dipakai untuk aktifitas ibadah dan
diberi nama Masjid Al-Hidayah.
Sumber
tulisan Legenda Dusun Druwo ini dari berbagai tokoh masyarakat di dusun
tersebut. Tulisan ini muncul untuk kebutuhan karnaval budaya peringatan HUT
Kemerdekaan RI yang ke 72, bulan Agustus lalu. Dalam karnaval tersebut,
diperankan adegan saat Mbah Amat menusuk Gendruwo dengan tombak. Beberapa warga
berjalan beriringan sambil membunyikan alat musik tradisional. Sambil beraksi,
para warga membagikan fotokopian tulisan Legenda Dusun Druwo supaya orang yang
menonton karnaval paham apa yang diperankan dalam adegan tersebut. Demikianlah
Legenda Dusun Druwo, boleh percaya boleh tidak.
Cerita Horor lain dalam blog ini
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-bunyi-genderang-memekakkan.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-dingin-seperti-melewati.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-bayangan-putih-berkelebat.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-dunia-lain.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-kerajaan-di-laut-selatan.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-hantu-yang-bikin-kesel.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-hantu-bawaan-toko-barkas.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-prewangan.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-dijemput-dari-keluarga-peri.html
Cerita Horor lain dalam blog ini
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-bunyi-genderang-memekakkan.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-dingin-seperti-melewati.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-bayangan-putih-berkelebat.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-dunia-lain.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-kerajaan-di-laut-selatan.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2019/10/cerita-horor-hantu-yang-bikin-kesel.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-hantu-bawaan-toko-barkas.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-prewangan.html
https://nunukambarwati.blogspot.com/2020/04/cerita-horor-dijemput-dari-keluarga-peri.html