Tampilan buku The Sketchbook Solichin. |
Ini merupakan gagasan yang menarik. Mengkombinasikan paket yang komprehensif dan menonjolkan keunikan. Saya menyebutnya sebagai sebuah gabungan berbagai seni yang dikemas cerdas, elegan dan cantik, terbit dari passion yang keluar dari hati. Bila kita mendapatkan buku ini, kita bisa mengurai bahwa disana ada seni penerbitan buku, seni rupa berupa sketsa/lukisan, seni menjual, seni arsitektur dan nilai historis heritage yang kental. Idenya adalah residensi seorang seniman otodidak, bernama Solichin, asal Semarang. Ia melakukan residensi di Losari Resort & Spa di kawasan nan sejuk, Magelang. Losari merupakan kawasan perkebunan kopi masa kolonial yang dilengkapi dengan tempat pengolahan kopi. Perkebunan kopi (plantation) di Losari masih dikembangkan, namun bangunan kolonial di sekitarnya, kemudian difungsikan sebagai resort yang telah dikembangkan berikut paket wisata yang berhubungan dengan kopi dan tradisi.
Seniman
melakukan residensi di Losari selama waktu yang disepakati. Membuat studi
sketsa tempat atau sudut tertentu di resort tersebut yang memiliki nilai
historis atau keunikan yang terdeskripsikan menarik. Kemudian kumpulan sketsa
tersebut dibukukan. Diberi pengantar di setiap sketsa yang digambarnya. Bukunya
dicetak hardcover, sampul sederhana warna coklat tua polos dengan teks judul
buku warna emas. Dicetak dengan kualitas tinggi dan berbahasa Inggris. Sangat
recommended menjadi souvenir yang elok bagi kolega atau tamu khusus pengunjung
Losari Resort & Spa tersebut. Buku ini terasa intim dan hangat saat diterima, serasa mendapatkan karya-karya sketsa Solichin dengan spesial meskipun bukan karya aslinya.
Tak
hanya itu tentunya, kala itu saya berkesempatan menghadiri acara pembukaan pameran di Losari, disertai dengan pameran sketsa original karya Solichin dan mengundang
tamu-tamu untuk makan siang, santai menikmati suasana resort yang dingin,
ngobrol ringan hingga lobbying dan juga melakukan charity. Buku ini menjadi
sebuah artefak berharga dari sebuah proses. Yang lebih menarik adalah sebuah
kombinasi marketing yang terpaket elegan, indah dan multi segmen bukan. Bagaimana
tidak? Buku ini kemudian jelas bermanfaat bagi para pecinta traveller, perhotelan
dan pariwisata, penggiat heritage dan seni rupa itu sendiri.
Solichin
yang saya kenal memang bukan lulusan sebuah perguruan tinggi seni. Solichin
seorang otodidak dalam berkarya. Tetapi karya realisnya memang kuat, meski ia
perlu memiliki pengayaan lebih dalam pada detail saat menggambar figur saat saya kenal dia tahun 2008 itu. Gaya
lukisan Solichin berupa sketsa dengan pensil dan realis. Sayangnya saya belum
mendapat informasi, kenapa Solichin yang dipilih dalam proyek ini. Dalam buku
tersebut, Solichin berhasil mendokumentasikan Losari Resort & Spa berupa 26
karya sketsa plus 2 sketsa wajah (dirinya sendiri dan Grabiella Teggia),
bertitimangsa antara 2003 hingga 2007, semua berukuran sama. Semuanya
menggunakan media pensil di atas kertas. Kertas yang digunakan dalam buku
tersebut pun, sejenis kertas untuk membuat karya sketsa tapi berbahan tebal. Sehingga
meskipun buku ini hanya berisi 46 halaman, tetapi tebalnya 1,5 cm karena kertas
yang digunakan tiap halamannya sudah tebal.
Solichin
menggambarkan beberapa ruangan, mulai dari ruang resepsi (menerima tamu),
villa, taman dan restoran di tempat itu. Bahkan hingga sebuah pohon klengkeng
atau monumen kecil di kawasan tersebut. Salah satu yang menarik, ada sketsa
berjudul ‘The Unfinished Elephant’, pencil on paper, ukuran 49,5 x 34,5 cm,
2003. Di sebelah halaman sketsa tersebut diberikan deskripsi pendek mengenai
gambar yang ada dalam sketsa itu, dalam bahasa Inggris: ‘The Unfinished
Elephant. At Muntilan Village, there was an artist, famous stone carver,
descendant from the ancestors who carved the Borobudur Temple. When I stopped,
he was carving three small stone elephants. “Stop… stop”, I said. “ I want them
unfinished”. He did not understand why'. Setiap deskripsi yang menyertai sketsa
Solichin disusun oleh Gabriella Teggia, ia dikenal sebagai konseptor hotel
bernuansa butik, Amanjiwo dan Losari, keduanya berlokasi di Magelang, Jawa
Tengah.
Solichin
lahir di Semarang, tepatnya 23 Desember 1968. Orang tuanya memberi nama Ahmad
Solichin. Segera setelah dia lulus tahun 1995, dia mencoba peruntungan di
bisnis Stock dan menjadi stock broker di Semarang. Kemudian dia menyadari bahwa
itu bukan dunianya dan dia memutuskan untuk berubah tujuannya. Memilih Yogya
sebagai kota tempat tinggalnya, Solichin kemudian memulai hidup barunya sebagai
seniman di tahun 2002. Disamping sketsa, dimana itu merupakan keahliannya,
Solichin juga merupakan pelukis yang berbakat. Ia memilih aliran realis untuk
gayanya. Ia percaya bahwa realisme merupakan cara terbaik untuk menggambarkan
dunia dalam sebuah kanvas.
Buku
berdimensi 15 x 22 x 1,5 cm, dengan judul lengkap ‘The Sketchbook Solichin.
Losari Coffee Plantation Resort & Spa’, merupakan terbitan Losari Coffee
Plantation & Spa, Magelang. Diproduksi oleh Naturatama, yang berbasis di Jl
Kaliurang, Yogyakarta. Naturatama digawangi oleh pasangan suami istri Ratna
Amatsari T & Nanok Tunarno yang memang dikenal handal dalam hal mendesain
sebuah terbitan mulai dari konseptor hingga sebuah buku/majalah terbit. Ditengok
dari karya-karya sketsa yang dihasilkan Solichin antara tahun 2003-2007, buku
ini toh akhirnya terbit di tahun 2007. Betul-betul sebuah proses. Maka menurut
saya, hal ini layak dicopi oleh seniman-seniman yang berniat melakukan
residensi. Agar bisa berpikir multiside, multibisnis, multisegmen, berkarakter
serta long lasting. Sehingga apa yang dihasilkan dari residensi tidak sekadar
hanya berkarya di tempat lain dalam waktu tertentu, pameran dan selesai. Tetapi
tentu saja, ini memerlukan sinergi berbagai pihak. Seperti penyandang dana
untuk penerbitan buku, penulis, kurator, venue, publikasi dan marketing buku
itu sendiri ketika telah terbit dan sebagainya; tentu bukan perkara murah. Tapi
setidaknya patut dicoba bukan, banyak hal bisa dieksplorasi !
No comments:
Post a Comment