UNESCO Office, Jakarta
Regional Science Bureau for Asia and the Pacific
Cluster Office for Brunei Darussalam, Indonesia,
Malaysia, Philippines and Timor-Leste
|
MEDIA
BRIEF
UNESCO
Mendukung Komunitas Dampingan di Borobudur & Prambanan untuk Memamerkan
Produk Lokal Mereka di Tirana House, Kota Baru, Yogyakarta Selama Periode 2
Juni – 31 Juli 2016
Sebagai satu-satunya
organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
mempunyai mandat dalam pelestarian budaya, UNESCO memainkan peranan
khusus dalam mempromosikan aksi kreatifitas manusia dan upaya pelestarian
berbagai macam warisan budaya di seluruh penjuru dunia. UNESCO
terus berupaya demi perlindungan warisan budaya tidak bergerak; pelestarian
warisan budaya
yang hidup; promosi dialog antar budaya, kohesi sosial, dan keberagaman.
Candi Borobudur dikunjungi
oleh lebih dari 3
juta turis per tahun, sedangkan Prambanan
dikunjungi sekitar 2 juta turis pertahunnya. Sejak
2012, sebagai bagian dari strategi pendukung pariwisata berkelanjutan di sekeliling
situs Warisan Dunia, UNESCO telah menjalin kerjasama yang erat dengan komunitas
lokal di sekeliling Candi Borobudur dan Prambanan, juga dengan pemerintah
daerah, dalam upaya membantu pengembangan industri kreatif setempat dan
mendorong pemberdayaan anak muda yang tinggal di wilayah tersebut. Pada 2013, UNESCO bekerjasama
dengan pemerintah
daerah dan pemangku kepentingan di area Borobudur (Magelang, Jawa Tengah)
melaksanakan kajian pemetaan potensi daerah dari sisi industri
kreatif, seni, dan budaya. Selama
pengkajian tersebut, batik teridentifikasi sebagai salahsatu kerajinan
tangan tradisional yang cukup potensial untuk
dikembangkan. Kemudian antara 2014 dan
2015, berdasarkan hasil dari pemetaan dan konsultasi dengan pemangku kepentingan lokal,
UNESCO bekerja memfasilitasi dan menjangkau komunitas di sekeliling Borobudur
dan Prambanan untuk mengembangkan motif batik baru dari dua wilayah tersebut.
UNESCO dan masyarakat setempat melaksanakan diskusi awal
dan sepakat untuk mengembangkan batik yang akan menunjukan motif relief
candi. UNESCO kemudian bekerja sama erat
dengan seorang perancang motif batik dari Yogyakarta untuk menciptakan
rancangan baru yang telah diadopsi dari relief-relief Kompleks Candi Borobudur
(Candi Pawon dan Mendut) dan candi-candi di sekitar
Prambanan (Candi Sojiwan dan Ijo). Proses kreatif bersama
masyarakat ini kemudian melahirkan tiga produk kreatif baru yaitu : Batik
Borobudur, Batik Sonjiwani dan Rumah Jumputan Sambirejo.
Sebagai bagian dari upaya
keberlanjutan, UNESCO Jakarta bekerja erat dengan
komunitas dampingan untuk mengidentifikasi kerangka kemitraan usaha yang
menguntungkan. UNESCO Jakarta mendukung dan memfasilitasi komunitas dampingan untuk
berpartisipasi dalam beberapa pameran produk yang diselenggarakan di wilayah
provinsi ataupun nasional sehingga mereka bisa mempromosikan keunggulan
produknya. Salahsatu upaya kemitraan yang sukses dilakukan oleh komunitas dampingan
adalah dengan satu entitas usaha di Yogyakarta, yaitu Tirana House. Tirana
House adalah sebuah butik yang menggabungkan artspace sebagai konsepnya. Tirana
House memberi dukungan dan membuka ruangnya untuk memamerkan karya-karya lokal
dalam konsep ‘Designer Corner’. Sebagai hasil dari komitmen kerjasama ini, Batik Borobudur, Batik Sonjiwani, and Rumah Jumputan
Candi Ijo mendapatkan fasilitas dari Tirana House untuk memamerkan produk-produknya di Tirana
House, Kotabaru, Yogyakarta selama periode 2 Juni – 31 Juli 2016. Pameran
produk komunitas dampingan UNESCO Jakarta
ini juga bekerja sama dengan desainer berbakat dan ahli jumputan dari
Yogyakarta yaitu Darie Gunawan dan Caroline Rika Winata. Pameran
ini juga akan menampilkan 20 busana siap pakai dengan
menggunakan bahan dasar batik tulis dan jumputan yang diproduksi komunitas dampingan .
Direktur Kantor UNESCO, Jakarta,
Dr. Shahbaz Khan, menyatakan bahwa melalui acara ini, UNESCO berharap komunitas
setempat di Borobudur dan Prambanan akan menemukan inspirasi dan jejaring baru
untuk mempertahankan keberlanjutan produksi mereka sehingga dapat terus melestarikan
warisan tradisi mereka. Kerja sama antara UNESCO Jakarta, Tirana House dan juga
komunitas dampingan UNESCO dari Borobudur dan Prambanan adalah contoh baik
kemitraan menuju promosi dan pemeliharaan Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Sejak
ketiga produk lokal ini diluncurkan tahun lalu, masing-masing kelompok usaha
telah berhasil mendapatkan keuntungan finansial sehingga bisa membantu memenuhi
kebutuhan perekonomian mereka.
Tentang Batik
Borobudur & Batik Sonjiwani
Sejak April 2015 hingga kini,
UNESCO memberikan dukungan dan memfasilitasi dua komunitas batik di Borobudur
dan Prambanan, yang dinamakan Batik Borobudur dan Batik Sonjiwani. Batik
Borobudur memiliki 22 orang anggota dan Batik Sonjiwani memiliki 20 orang anggota,
dimana semua anggotanya adalah perempuan.
Sebagai langkah awal, UNESCO bekerjasama dengan seorang
seniman dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta untuk membuat 14 rancangan
motif baru yang didasarkan pada relief candi yang dapat ditemukan pada Candi
Mendut, Pawon, dan Sojiwan. Untuk
memfasilitasi rangkaian pelatihan batik di Borobudur dan Prambanan,
UNESCO mengundang para ahli dari dari Balai Batik Yogyakarta dan
Batik Kebon Indah Klaten. Selama
pelatihan tersebut, peserta dapat mempelajari proses dasar pembuatan batik
tulis, teknik untuk menambahkan pewarna sintetis, dan bagaimana mengadopsi
rancangan baru dari relief candi (candi
Mendut, Pawon, Sojiwan). Peserta juga menerima peralatan membatik dan kain
polos sebagai modal awal kelompok. Kini,
para anggota Batik Borobudur dan Batik Sonjiwani telah lulus pelatihan teknis
dan meneruskan pelatihan pemasaran dan pengelolaan organisasi. Selanjutnya,
Batik Sonjiwani juga telah digandeng oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa
Tengah dan menerima pelatihan-pelatihan membatik lanjutan.
Rumah Jumputan Sambirejo - Candi Ijo
Selama pengkajian 2014, UNESCO mendapatkan saran dari
Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mengusulkan sebuah kunjungan ke Desa Sambirejo
untuk mengidentifikasi potensi industri kreatif di sekeliling Candi Ijo. Candi ini terletak di daerah Prambanan dan
terkenal karena lingkungannya yang indah yang terletak di lereng barat sebuah
bukit di bagian selatan Candi Ratu Baka, jauh dari keramaian.
Selama kunjungan tersebut, UNESCO mengidentifikasi
sebuah komunitas di Desa Sambirejo (beranggotakan 12 orang) yang memproduksi
jumputan. Merespon hal tersebut, UNESCO
memfasilitasi sebuah pelatihan di desa itu, dibantu oleh Caroline Rika Winata,
seorang perancang jumputan dari Yogyakarta, yang mengajarkan peserta proses
dasar pembuatan jumputan (dengan rancangan yang terinspirasi dari relief Candi
Ijo). Sebagai tambahan, peserta juga
mempelajari bagaimana menambahkan warna pada rancangan jumputan mereka, juga
untuk menangani bahan dengan baik selama proses pembuatan jumputan. Lebih lanjut, UNESCO juga melengkapi
kelompok komunitas setempat dengan keahlian pengembangan usaha.
SELESAI.