Sumber foto: www.stocksy.com |
Di pojok lounge sebuah
hotel berbintang 4, duduklah seorang pria perlente yang terlihat gelisah dengan
beberapa kali melihat kearah jarum jam tangannya dan pintu masuk lounge secara bergantian.
Kehadiran dan kegelisahan pria tersebut bukanlah hal baru bagi para pramusaji
di lounge tersebut, karena rupanya pria itu hampir setiap hari datang, menunggu
dan mempertemukan sejumlah orang di sana. Bahkan lounge tersebut seakan-akan
sudah menjadi kantor resmi baginya. Rutinitas yang dilakukan oleh pria tersebut
adalah saling memperkenalkan tamu-tamunya dan kemudia membiarkan tamu-tamunya
mencapai kesepakatan yang membuahka komisi bagi dirinya pribadi. Seorang pelobikah
dia?
Mitos pelobi. Banyak sekali
persepsi yang beredar di masyarakat mengenai sosok pelobi dan kegiatan lobi
yang dilakukannya. Dari persepsi yang ada, kebanyakan memandang kegiatan lobi
sebagai kegiatan yang mengarah negative dan bahkan pelobi dianggap sebagai
profesi yang tidak layak dicantumkan dalam kartu nama. Pelobi sering disamakan
dengan makelar yang mempertemukan orang dan memperoleh komisi dari hal tersebut.
Sepak terjang pelobi banyak yang dianggap membuahkan KKN dengan melibatkan
peredaran “amplop pelicin”.
Kegiatan
lobi juga relative berumur pendek. Segera setelah keuntungan masuk ke dalam
kantong, jamuan-jamuan tatap muka dihentikan. Bila ada kemungkinan keuntungan baru,
hubungan kembali dibuka. Dengan kata lain, bagi banyak pelaku lobi sendiri,
kegiatan lobi dipandang murni sebagai kegiatan tatap muka tanpa banyak melibatkan
ketrampilan diri dan kertas kerja. Semakin cepat keuntungan diperoleh, maka
sepak terjag “lobi”nya dinilai semakin lihai. Itulah mitos dan kenyataan yang
ada di lapangan.
Sumber foto: www.shutterstock.com |
Apa dan
Siapa.
Kegiatan lobi pada awalnya banyak dilakukan oleh wakil-wakil rakyat yang
memperjuangkan hak-hak mereka kepada pemerintah. Kegiatan lobi seperti itu
tentunya dilakukan dengan persiapan yang matang dan membawa misi kelompok yang
diwakilinya. Berkaitan dengan peliknya esennsi masalah yang dilobi, kegiatan lobi
sendiri mau tidak mau dilakukan secara berkesinambungan dan relative lama.
Dengan demikia, pembinaan hubungan baik yang terus-menerus merupakan esensi
yang penting dalam kegiatan lobi.
Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan lobi juga dilakukan atas nama kelompok, organisasi, atau perusahaan yang membina hubungan dengan pihak lain. Jadi yang dimaksud dengan pelobi professional adalah pihak yang mewakili kepentingan kelompok tertentu dan secara professional membina hubungan jangka panjang untuk merealisasikan misi kelompoknya. Bagaimana dengan kegiatan lobi atas nama pribadi? Kegiatan seperti itu lebih tepat digolongkan ke dalam pendekatan personal.
Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan lobi juga dilakukan atas nama kelompok, organisasi, atau perusahaan yang membina hubungan dengan pihak lain. Jadi yang dimaksud dengan pelobi professional adalah pihak yang mewakili kepentingan kelompok tertentu dan secara professional membina hubungan jangka panjang untuk merealisasikan misi kelompoknya. Bagaimana dengan kegiatan lobi atas nama pribadi? Kegiatan seperti itu lebih tepat digolongkan ke dalam pendekatan personal.
Profesi Pelobi. Melihat esensi kegiatan lobi di atas, seseorang tentunya dapat mencantumkan “pelobi” sebagai profesi yang dijalankan secara professional tentunya. Anthony T. Podesta contohnya. Pada tahun 1998 ia dinobatkan oleh majalah The Washingtonian menjadi salah satu diantara 50 pelobi yang memiliki pengaruh paling kuat. Firma lobi yang didirikannya mengalirkan dana lobi lebih dari 7 juta dollar untuk merepresentasikan kepentingan kliennya, seperti Textron, CBS, Universal, dan Washington Post. Wajahnya juga tidak asing di Gedung Putih sebagai penasehat kebijakan secara informal. Kekuatan Podesta adalah kemampuannya mempertemukan banyak kepentingan dan membuat semua pihak puas atas kesepakatan akhir tersebut. Banyak organisasi yang juga didirikan dengan esensi kegiatannya didasarkan pada aktifitas lobi untuk memperjuangkan kepentingan organisasinya, seperti serikat buruh, kamar dagang, asosiasi profesi, kelompok perlindungan konsumen, kelompok pembela hak asasi dan lain-lain. Kegiatan lobi yang dilakukan secara professional dengan tidak melanggar hukum dan etika tentunya dapat digolongkan sebagai kegiatan yang sah. Dana dianggarkan untuk kegiatan lobi sangatlah tidak lihai bila diwujudkan dalam bentuk “amplop pelicin” dan kegiatan hiburan semata. Persiapan kertas-kertas kerja secara rapi seperti pembuatan company profile yang menampilkan misi organisasi tentunya bisa menjadi sarana lobi yang baik. Demikian juga bentuk-bentuk publikasi kampanye atau kegiatan nirlaba yang mengarah pada kegiatan lobi yang lihai dan halus.
Bekal Diri Pelobi. Untuk menjadi pelobi professional,
sejumlah ketrampilan yang mutlak dimiliki adalah ketrampilan negosiasi,
persuasi, interpersonal, dan strategi membuat jaringan. Hal ini menjadi modal
untuk masuk ke dalam struktur kegiatan lobi dalam lingkup pekerjaan apa saja.
Struktur kegiatan lobi sendiri dapat dilihat secara sederhana, yaitu pencairan hubungan
awal/ ice breaking, membaca kekuatan prospek, memahami sudut pandang dan misi
prospek, presentasi misi, mempertemukan misi melalui cara-cara yang halus, professional,
namun tepat pada sasaran. Silakan menguji kelihaian lobi Anda!
Penulis:
Alexander Sriewijono, EXPERD
Dimuat di majalah [aikon!] media, edisi 109, Februari 2000
Dimuat di majalah [aikon!] media, edisi 109, Februari 2000
No comments:
Post a Comment