Tulisan ini sebagai pengantar pameran berdua lukisan karya Bintang Tanatimur & Faiz E. Robbani Imransyah | Galeri Biasa, Yogyakarta | 10 - 17 Mei 2014.
Berkenalan
dengan Bintang Tanatimur (Jogja, 9 tahun) dan Faiz E. Robbani Imransyah (Papua, 8 tahun) sungguh
sebuah kejutan. Dua anak
dari dua wilayah berbeda ini memberikan gambaran tentang dunia anak-anak yang sesungguhnya.
Ekspresi mereka saat berkarya tak bisa dibendung. Mulai dengan media pensil,
tinta, krayon, spidol, cat akrilik hingga cat minyak, digeluti. Dengan material kertas, kardus
bekas, kaca hingga kanvas pernah dilakoni. Coretan-coretan yang mereka hasilkan menyimbolkan
kebebasan: bebas dari
tekanan, liar berkelindan dan semaunya. Ya,
begitulah seharusnya semua anak seumuran mereka.
Bintang
lebih “beruntung” daripada Faiz. Bintang berada pada arena yang kondusif untuk mengembangkan
kreativitasnya. Lahir
dalam keluarga yang kental dengan dunia seni rupa, kedua orangtuanya bekerja
dan berkarya di dunia tersebut. Ayahnya, Mikke Susanto seorang kurator dan
dosen seni rupa, sementara ibunya, Rina Kurniyati, seorang pelukis. Bintang
juga tinggal di kota yang sarat nilai-nilai seni dan budaya, Yogyakarta. Hampir setiap hari di kota
gudeg ini selalu ada
perhelatan pameran seni rupa. Bintang menekuni menggambar selama kurun waktu 5 tahun terakhir ini.
Hampir tiap hari dia berkarya dengan kertas atau buku sketsanya di sela
aktivitas belajar di sekolah, menonton televisi atau sedang bepergian. Di akhir
pekan, Bintang baru berkutat dengan kanvas, rata-rata 3-4 jam menggambar. Bisa
dibilang, menggambar
bagi seorang Bintang bagaikan media
ekspresi dan rekreasi.
Sementara
Faiz, orang tuanya berkecimpung di dunia formal non-seni. Ayahnya, Muhammad Imran adalah
seorang jurnalis senior dan ibunya
Aisyah Arifin berkutat dengan ranah konsultan keuangan. Bidang yang sangat berbeda dengan
dunia seni. Di Papua,
tempat Faiz tinggal, tak sesibuk kota Jogja dimana seni rupa dan pameran menjadi
napas. Dengan tangan kidalnya, Faiz mengekspresikan
gagasannya. Lingkungan sehari-hari yang ia
amati menjadi subjek karya-karyanya. Gambaran orang Papua yang berkulit gelap sering muncul dalam
karya-karyanya. Beberapa wilayah yang pernah didatanginya juga digambarnya. Intinya melalui
gambar, Faiz meluapkan
karakternya yang oleh orang tuanya dilabeli sebagai
anak yang memiliki energi tinggi. Meskipun baru mulai menggambar setahun yang
lalu, dari segi
kuantitas maupun kualitasnya tak kalah dengan Bintang. Bahkan jam
1 malam pun, ia melukis tanpa harus didampingi orang tuanya. Selesai melukis,
ia bersihkan sendiri kamar dan alat-alat melukisnya. Luar biasa...
Beberapa
fakta perbandingan tersebut ternyata tak berlaku untuk ukuran sebuah kreativitas anak-anak seperti Bintang
dan Faiz. Anak-anak tetaplah anak-anak. Lihatnya karya-karya mereka yang sangat
mencirikan hal yang senada. Mereka menggambar
tak jauh dengan hal-hal yang mereka lihat dan alami sehari-hari. Jujur apa
adanya. Cerita tentang mainan, rumah, hewan peliharaan, tokoh yang diidolakan,
robot, superhero, orang-orang dan lingkungan sekitarnya, rumah berciri lokal, atau apa yang mereka alami atau lihat dari televisi adalah objek
yang sering menjadi sasaran.
Kedua anak
ini juga memiliki daya observasi yang cermat, sehingga karya-karya mereka
seakan-akan penuh dengan imajinasi, kreativitas, cerita dan petualangan yang indah
untuk dinikmati. Beruntung Bintang dan Faiz memiliki orang
tua yang moderat. Mereka membebaskan anak-anak melakukan
kegiatan ini. Tak setengah hati, karena
pameran ini juga pasti menjadi kenangan yang berharga bagi siapapun.
Menariknya, mereka tidak memasukkan Bintang dan Faiz ke sanggar lukis yang kini dikenal memiliki pakem sendiri. Orang tua
mereka justru
memberikan kebebasan yang luas. Kebutuhan menggambar disediakan. Waktu dan pendampingan untuk
saling berbagi tak pernah habis.
Hal ini jauh lebih penting dan tepat untuk anak-anak seusia Bintang dan Faiz.
Maka pameran
ini diharapkan sebagai penanda penting, baik bagi kedua anak luar biasa ini maupun bagi
kita semua. Pameran
ini adalah “hadiah” dan apresiasi atas cinta orang tua, atas kecerdasan dan kreativitas di usia emas. Program ini
adalah salah satu upaya untuk menandai pemikiran bahwa jejak berupa karya seni
rupa dinilai penting agar mereka di masa dewasa nanti tahu betapa mereka
berharga, setidaknya di mata orang tua.
Nunuk Ambarwati
Tirana Art Management
BINTANG TANATIMUR. Lahir di
Yogyakarta pada 18 Agustus 2005. Saat ini belajar di kelas 2, di SDIT Alam
Nurul Islam, Gamping Sleman Nama Orang tua: Mikke Susanto (ayah) & Rina
Kurniyati (ibu) Bintang mulai beraktivitas menggambar sejak usia 4 tahun,
dengan modus corat coret. Hampir setiap minggu berkarya baik di kanvas, kertas,
kardus, kaca maupun benda bekas. Ia tidak pernah mau ikut lomba melukis anak.
Ide-idenya adalah bermain dengan bahan-bahan yang dipakai serta tidak
memperdulikan apa yang hendak digambar. Semuanya langsung jalan sesuai dengan
tangan dan pikirannya saat itu. Tetapi sebagian karyanya sering bertema tentang
robot/gadget dan mahkluk hidup maupun hewan, maupun campuran/gabungan
diantaranya.
FAIZ E. ROBBANI IMRANSYAH Lahir di Jayapura, Papua pada 11 Mei 2006.
Saat ini belajar di kelas 2, di SD Muhammadiyah Abepura Jayapura Nama Orang
tua: Muhammad Imran (ayah) & Aisyah Arifin (ibu) Putra bungsu dari 3
bersaudara ini mulai gemar menggambar sejak 2013. Kegemarannya menggambar
merupakan sarana mengontrol energinya yang besar, terbukti hampir setiap minggu
ia menghasilkan karya lukisan. Ide-idenya berasal dari pengamatan dan
pengalaman di lingkungan sekitar ia tinggal. Jadi jangan heran bila karya
lukisannya tidak seperti sanggar dan lebih mengungkapkan tema tentang kehidupan
di tanah Papua. Kepolosannya dalam menggores dan mewarna tanpa disuruh oleh
siapa pun merupakan salah satu nilai penting dalam karya-karya lukisan Faiz. Ia
adalah aset yang unik yang perlu diketahui oleh setiap orang.
_______________________________________________________
RELEASE
Pameran Lukisan Anak Sekolah Dasar
“BINTANG (Jogja)-FAIZ (Papua)”
Pelukis: Bintang Tanatimur & Faiz E. Robbani Imransyah
Tanggal 10-17 Mei 2014, buka tiap hari pukul 10.00 – 19.30 WIB
Dibuka oleh PELUKIS SENIOR HERI DONO
GALERI BIASA : Jl. Suryodiningratan 10 B Yogyakarta
Pameran ini menampilkan dua anak yang masih belajar di kelas 2 (dua) SD. Bintang Tanatimur saat ini sekolah di SDIT Alam “Nurul Islam” Gamping Sleman. Faiz Robbani bersekolah di SD Muhammadiyah Abepura Jayapura. Mereka saling kenal sejak setahun lalu, saat Faiz berkunjung ke Jogja, akhir Juni 2013.
Karya-karya mereka tidak bergaya tunggal. Mereka menerapkan berbagai gagasan baik gaya, teknik, maupun tema yang berbeda dan dekat dengan diri mereka. Bintang dan Faiz, secara bebas menorehkan segala kemampuan dan kemauannya dalam lukisan-lukisannya.
Dua anak yang tidak pernah mengecap sanggar lukis ini memberi pelajaran pada kita semua mengenai makna kebebasan berekspresi. Mereka tidak diatur, apalagi disuruh untuk melukiskan sesuatu. Karya-karya mereka lahir begitu saja dari pikiran dan imajinasi sebagai anak-anak yang hidup di lingkungan masing-masing, baik di Jogja maupun di Papua.
Karena itulah pameran ini diagendakan untuk menengahi beberapa hal penting dan multifungsi.
Fungsi pertama adalah mengenai keintiman keluarga. Ayah, ibu, anak dan lingkungannya adalah satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Lukisan dalam konteks pameran ini menjadi wadah untuk saling bercakap dan mengetahui apa saja pikiran, imajinasi dan kehendak anak-anak. Dalam fungsi inilah pameran lukisan menjadi sarana belajar bagi semua, baik keluarga maupun para penonton.
Fungsi kedua, mengapa mereka berdua yang diangkat? Satu dari Jogja, satu lagi dari Papua. Secara kebetulan, ibu dari dua anak ini adalah kawan lama sejak mahasiswa di Bandung. Dua keluarga ini “dipertemukan” oleh kesukaan anak-anak mereka, yakni melukis. Dari kebetulan semacam ini, ternyata mereka (baik ibu, keluarga maupun anak-anaknya) bisa saling belajar tentang kebhinekaan. Jadi pameran ini selain sebagai sarana kreativitas anak, juga berfungsi sebagai sarana untuk belajar mengenai perbedaan budaya dan tingkah laku sesama warga negara. Anak-anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa, hendaknya diperkenalkan dan diajarkan untuk saling menghargai.
Ketiga, meskipun pameran ini dilakukan oleh anak-anak, tetapi fungsinya tidak hanya bisa dibaca sebagai pameran semata-mata oleh dan untuk anak-anak. Mereka adalah generasi yang akan melanjutkan hidup dan eksisnya bangsa Indonesia. Pameran semacam ini menjadi ajang pertemuan yang indah oleh semua warga negeri yang memiliki perbedaan. Pameran anak-anak semacam ini akhirnya menjadi menyambung tali (silaturahim) antara anggota masyarakat. Kegembiraan dan keintiman inilah yang diutamakan dalam berhubungan dengan sesama anak bangsa.
Seperti yang ditulis oleh Nunuk Ambarwati (lampiran tulisan dalam katalog), kedua anak ini memiliki daya observasi yang cermat, sehingga karya-karya mereka seakan-akan penuh dengan kreativitas, cerita dan petualangan yang indah untuk dinikmati. Beruntung Bintang dan Faiz memiliki orang tua yang moderat. Tak setengah hati dalam mewadahi hobi anak-anaknya. Mereka tidak pula pernah ikut lomba, tetapi justru “lomba” yang diharapkan adalah berbentuk pameran. Pameran ini pasti menjadi kenangan yang berharga bagi mereka berdua.
Pameran ini adalah “hadiah” apresiasi atas cinta orang tua mereka atas kecerdasan dan kreativitas di usia emas. Tak lupa, program ini juga upaya untuk menandai bahwa jejak berupa karya seni rupa harus dinilai penting agar mereka di masa dewasa nanti tahu betapa mereka berharga dan dicintai, setidaknya oleh orang tua mereka dan para penonton yang telah mengapresiasinya. +++
BINTANG TANATIMUR. Lahir di Yogyakarta pada 18 Agustus 2005. Saat ini belajar di kelas 2, di SDIT Alam Nurul Islam, Gamping Sleman Nama Orang tua: Mikke Susanto (ayah) & Rina Kurniyati (ibu) Bintang mulai beraktivitas menggambar sejak usia 4 tahun, dengan modus corat coret. Hampir setiap minggu berkarya baik di kanvas, kertas, kardus, kaca maupun benda bekas. Ia tidak pernah mau ikut lomba melukis anak. Ide-idenya adalah bermain dengan bahan-bahan yang dipakai serta tidak memperdulikan apa yang hendak digambar. Semuanya langsung jalan sesuai dengan tangan dan pikirannya saat itu. Tetapi sebagian karyanya sering bertema tentang robot/gadget dan mahkluk hidup maupun hewan, maupun campuran/gabungan diantaranya.
FAIZ E. ROBBANI IMRANSYAH Lahir di Jayapura, Papua pada 11 Mei 2006. Saat ini belajar di kelas 2, di SD Muhammadiyah Abepura Jayapura Nama Orang tua: Muhammad Imran (ayah) & Aisyah Arifin (ibu) Putra bungsu dari 3 bersaudara ini mulai gemar menggambar sejak 2013. Kegemarannya menggambar merupakan sarana mengontrol energinya yang besar, terbukti hampir setiap minggu ia menghasilkan karya lukisan. Ide-idenya berasal dari pengamatan dan pengalaman di lingkungan sekitar ia tinggal. Jadi jangan heran bila karya lukisannya tidak seperti sanggar dan lebih mengungkapkan tema tentang kehidupan di tanah Papua. Kepolosannya dalam menggores dan mewarna tanpa disuruh oleh siapa pun merupakan salah satu nilai penting dalam karya-karya lukisan Faiz. Ia adalah aset yang unik yang perlu diketahui oleh setiap orang.
Nunuk Ambarwati
Tirana Art Management
Kontak 0818 277 073
Email: qnansha@gmail.com