‘HEAD OF SINNER’
Tirana Artspace, Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta 55141
ph. 0274 411615 | e: tiranahouse@yahoo.com
14 November – 10 Desember 2012
Buka setiap hari, pk 9 pagi – 9 malam.
Tri Sutrisno atau biasa dipanggil Petek - nama
yang lucu ketika pertama kali saya mengenalnya, seorang pemuda 24 tahun
kelahiran Yogyakarta yang low profile
dan bersahabat, meskipun sedikit pemalu. Pertemuan saya dengannya pada masa
kuliah dulu berawal dari tongkrongan, dan minat yang sama pada seni-seni
underground. “Kenapa harus aku?“ itulah pertanyaan yang terlontar pertama kali
waktu Petek meminta tolong saya untuk menulis di pamerannya. Karena sebelumnya
saya hanya menulis artikel musik untuk media underground saja. Sedikit
kebingungan saya pun mengiyakan, mengingat Petek adalah seorang sahabat yang banyak
membantu saya dan juga teman-teman lainnya.
Melihat karya-karya Petek saya teringat
diskusi kecil saya bersama teman-teman Ace House Collective beberapa waktu yang
lalu : “yang terlihat dari sebuah karya seni tak bisa lepas dari kejujuran seniman
yang membuatnya”. Kesederhanaan dan keluguan Petek, terlihat pada warna-warna
polos dan figur-figur kartun yang digambarnya. Minatnya pada figur-figur kartun
yang simple, warna-warna pastel dan pemakaian garis outline, tak lepas dari
pengaruh senior-seniornya dan seniman-seniman yang ia idolakan. Nama-nama
seperti Wedhar Riyadi, Uji Handoko dan seniman lowbrow ternama seperti Alex Pardee sebagai influence terlihat pada karya-karyanya. Tanpa berusaha
mengada-ngada, tema yang ia pilih pada pamerannya tunggalnya yang kedua ini
berdasar dari pengamatan dan pengalamannya sehari-hari, hubungannya dengan
orang-orang lain, teman dan masyarakat sekitar dimana ia berinteraksi. Saya tak
ingin menuliskan lebih jauh, rasanya akan lebih tepat apabila si seniman yang
menjelaskan tema karyanya dengan bahasanya sendiri. Tulisan ini saya kutip dari
obrolan dengan Petek melalui Facebook
beberapa waktu yang lalu :
“Sebenernya
tema yang ingin saya angkat dalam pameran ini mengerucut dari judul pameran ini
"Head of Sinner", tentang singgungan apa yang terjadi dalam kepala
tiap individu manusia. Menurutku tiap manusia mempunyai pemikiran yang kadang penuh
kebohongan, kemunafikan, keserakahan, kesombongan,dan lainya. Dalam karyaku
yang judulnya "Mata Duitan" aku ingin membicarakan tentang realitas
pemikiran yang ada di tiap kepala manusia yang terkadang munafik. Bohong kalo
manusia tidak ingin kedudukan, ketenaran, kekayaan, kenikmatan. Tapi dalam
realitas kehidupan nyata kadang munafik, jadi garis besar dari tema pameran ini
ingin membaca realitas apa yang terjadi di sekitar kita. Tentang apa yang
terjadi di kepala kepala manusia dengan segala kebohongannya...”
Saya pikir itu sudah cukup untuk dipahami. Mari
kita nikmati karya-karyanya, proses, kejujuran dan kesederhanaan Petek, seperti
kalimat yang saya kutip dari film dokumenter
The Beautiful Losers (2008) : “...it was a language
that you didn't have to be smart to understand... All you had to do was have a
heart."
Krisna
Widiathama
(teman curhat Petek, seniman dan penggemar nasi padang)
(teman curhat Petek, seniman dan penggemar nasi padang)
Beware of your dark side guys!!!
Setiap
orang mempunyai suatu sisi gelap, itulah yang sering dikatakan orang-orang
disekitar kita. Bagi banyak orang, perjuangan melawan sisi gelap ini merupakan
suatu pertempuran yang paling menarik dalam sebagian besar dari perjuangan
kehidupan manusia. Realita menunjukkan selalu terjadi pertempuran antara sisi
gelap dan sisi terang dalam diri kita hingga pada akhirnya memunculkan salah
satu pemenang.
“Everyone is a moon and has a dark side he
never shown to anybody” (Setiap orang itu seperti bulan, mereka mempunyai sisi
gelap yang tidak pernah ia tunjukkan kepada orang . (Mark Twain, 1835-1910)
Saya
mengenal Petek Sutrisno sebagai salah seorang teman yang mempunyai rambut polem (poni lempar) dengan level 13, ha…ha…ha…. Namun dibalik rambut polem yang hampir
menutupi seluruh permukaan dahinya itu terdapat pemikiran-pemikiran kritis dan
berkembang dalam lingkungan kesehariannya.
Dari
konteks inilah karya Petek ditawarkan pemaknaannya. Sebuah pemikiran tentang
kepala-kepala (manusia)
yang kompleks dengan sejuta pemikiran-pemikirannya, entah itu pemikiran positif
atau negatif, atau bahkan pemikiran maha porno sekalipun, kita takkan pernah
mengetahuinya dengan pasti. Kita ambil contoh saja, mulai dari seorang atlet,
artis, politikus hingga seorang pemuka agama yang punya reputasi begitu
tersohor, akhirnya dirusakkan oleh sisi gelapnya sendiri. Seorang pemuka agama
yang selalu memberikan khotbah yang baik kepada masyarakat tetapi ia tak
menjalani hal-hal yang sesuai dengan khotbahnya tersebut ketika ia tidak lagi
berada didepan orang-orang. Tak ada satupun yang mengetahuinya, dan sampai
kapan pun sisi gelap ini akan terus menjadi misteri yang menarik untuk diungkap.
Pada
karya Petek yang berjudul “Best Friend”
(acrylic on canvas, 80 cm x 60 cm, 2 panel), Petek
menggambarkan ulang dengan gayanya, visual
duo karakter fiksi dari game console tahun 80-an (Nintendo), diambil dari game
yang merajai perkembangan game console kala itu: Super Mario Bros; Mario dan
Luigi. Kita semua tahu bahwa Mario dan Luigi adalah kakak-adik yang sangat
akrab, namun Petek mencoba mengobrak-abrik statement tersebut dengan
menggambarkan sosok Luigi yang secara diam-diam mengacungkan jari tengahnya
didepan Mario. “Bagaimana mungkin seorang Luigi yang kerap kental sekali dengan
saudara kandungnya itu mengacungkan jari tengahnya didepan Mario? Apakah ini
semacam Sibling Rivalry antara Mario
dan Luigi? Apakah mungkin Luigi sebenarnya mempunyai sebuah dendam &
kebencian yang selama ini disembunyikan secara rapih terhadap Mario? atau
mungkin dia hanya sedang bercanda saja? Damn! Pikiranku terperangkap!”.
Saya
pun bingung, bingung, bingung lagi hingga akhirnya saya tervonis positif
mengalami gejala kebingungan tahap remaja akhir. Dan setelah saya bertanya
langsung ke Petek, barulah saya mengerti. Ternyata pesan yang ingin disampaikan
Petek dalam karyanya tersebut adalah tentang manusia dengan segala pemikiran
dan kemunafikannya, bahwa kita semua hidup dengan pemikiran-pemikiran yang
terkunci rapat di setiap kepala masing-masing individunya, kita tak akan pernah
tahu sebenar-benarnya apa yang ada dibalik tulang tempurung kepala orang-orang
disekitar kita, bahkan untuk seorang saudara kandung satu ibu sekalipun,
positif-negatif, baik-buruk, senang-benci… We
wont never know absolutely guys!
“Head of Sinner”
atau jika diartikan kedalam bahasa nasional yang kita anut berarti “Kepala para
Pendosa” menguak kembali isu tentang kepala-kepala manusia dan segala isi
didalamnya, isi kepala tak ada batasannya, dan takkan pernah selesai atau game
over karena ini bukan program komputer ataupun sebuah game console. Meskipun
begitu, saya rasa inilah yang disebut manusia dengan kemanusiawiannya.
Lain
lubuk lain airnya, lain pula ikannya..
Lain
orang lain kepala, lain pula hatinya..
Rendy Aditya ‘Radit’ (Ilustrator, teman sekaligus lawan main
PES nya Petek)
CURRICULUM VITAE
Name :
Petek Sutrisno
Born : Yogyakarta,25 April 1988
Education : Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Born : Yogyakarta,25 April 1988
Education : Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Solo exhibition
2012
‘New Monster’ Via Via, Yogyakarta
‘Head of Sinner’, Tirana Artspace, Yogyakarta
‘New Monster’ Via Via, Yogyakarta
‘Head of Sinner’, Tirana Artspace, Yogyakarta
Group exhibition
2012
“Cutting Edge”Kedai Kebun Forum Yogyakarta
“Post Card Exhibition 2012” Viridina Art House Singapura
“Just Because I Love You” DGTMB Project,Via Via Yogyakarta
“Jogja Agro Pop feat Krisna Widiathama” Taman Budaya Yogyakarta
“Ticket to the Moon” Kedai Belakang Yogyakarta
2011
“Disambar Desember Vol # 4” UPT Gallery ISI Yogyakarta
“Diskomfest # 4” Jogja Nasional Museum Yogyakarta
“Drawing Lovers # 3” Sangkring Art Space Yogyakarta
“Drawing Revolution” FFR Yogyakarta
2010
‘Hi Grapher’ Jogja National Museum Yogyakarta
“Drawing Lovers # 2” UPT Gallery ISI Yogyakarta
“Disambar DesemberVol # 3” UPT Gallery ISI Yogyakarta
‘Hi Grapher’ Jogja National Museum Yogyakarta
“Drawing Lovers # 2” UPT Gallery ISI Yogyakarta
“Disambar DesemberVol # 3” UPT Gallery ISI Yogyakarta
2009
’See The Sound’ Ars Longa Gallery Yogyakarta
‘Partisipasi dalam mural 1001 tong sampah TKMDII pemecahan rekor MURI
Pameran fotografi di lorong kampus DKV ISI Yogyakarta
Workshop komik dengan Ismail Sukribo gedung seni murni ISI Yogyakarta
’See The Sound’ Ars Longa Gallery Yogyakarta
‘Partisipasi dalam mural 1001 tong sampah TKMDII pemecahan rekor MURI
Pameran fotografi di lorong kampus DKV ISI Yogyakarta
Workshop komik dengan Ismail Sukribo gedung seni murni ISI Yogyakarta
2008
‘Satan festival’ Eyang Gallery Yogyakarta
“Diskomfest # 3 Jogja National Museum Yogyakarta
“Kata Holic” Unit Gawat Dagadu Yogyakarta
2007
Pameran Tugas Akhir SMSR, Taman Budaya Yogyakarta
Pameran Ulang Tahun SMSR Yogyakarta
Pameran Kelompok Lukis #2 lorong kelas SMSR Yogyakarta
‘Satan festival’ Eyang Gallery Yogyakarta
“Diskomfest # 3 Jogja National Museum Yogyakarta
“Kata Holic” Unit Gawat Dagadu Yogyakarta
2007
Pameran Tugas Akhir SMSR, Taman Budaya Yogyakarta
Pameran Ulang Tahun SMSR Yogyakarta
Pameran Kelompok Lukis #2 lorong kelas SMSR Yogyakarta
Award
2006 Pratita Adhi Karya untuk karya seni grafis terbaik
2007 Karya Terbaik Seni Lukis LKS tingkat sekolah SMSR
2006 Pratita Adhi Karya untuk karya seni grafis terbaik
2007 Karya Terbaik Seni Lukis LKS tingkat sekolah SMSR