Pameran tunggal lukisan karya Anang Asmara
Kurator Mikke Susanto
Jogja Gallery, Yogyakarta | 20 Juni - 5 Juli 2009
Kekuatan Batik dan Sosok Perempuan dalam Imajinasi Anang
Sejak berdiri pada bulan September 2006, ini merupakan kali ke-8 Jogja Gallery menyelenggarakan pameran tunggal, tercatat diantaranya: Hanafi, AT. Sitompul, Husin, Sujiwo Tejo, Mulyo Gunarso, Soeprapto Soedjono, Solichin dan sekarang Anang Asmara. Dengan berbagai kelebihannya mereka tampil berpameran solo. Bersama Sri Sasanti Gallery sebagai partner kerjasama dan Mikke Susanto sebagai kurator, Jogja Gallery kali ini menggelar karya-karya Anang Asmara dalam pameran tunggalnya yang menampilkan tema ‘Decorate the Era’, 20 Juni – 5 Juli 2009. Anang merupakan seniman yang konsisten dengan karya-karyanya hingga sekarang, bahkan tak jarang kami mengundangnya untuk mengikuti beberapa event pameran di Jogja Gallery.
Busana Jawa terutama batik dan sosok perempuan menjadi ciri khas karyanya. Kebaya, selendang dan aksesorisnya begitu indah melekat pada sosok yang dikaguminya. Melalui kekuatan imajinasi dan kreativitasnya Anang mengabadikannya dalam lukisan. Sebuah perjalanan dan pemikiran panjang tentunya untuk mengungkapnya ke bidang dua dimensional dengan teknik mixed media dan realisnya. Butuh waktu sekitar 2 tahun dia mempersiapkan pameran ini. Semua dilandasi atas kegelisahannya tentang perempuan desa yang hampir ditemuinya setiap saat.
Perjuangan RA. Kartini atas kesetaraan hak bagi perempuan, menurutnya jauh dari harapan mereka. Masih banyak ternyata perempuanIndonesia yang tidak mengenyam dunia pendidikan, bahkan sebagai seorang ibu rumah tangga pun masih banyak yang terabaikan. Sosok ini diungkapkan apa adanya, meski selalu ada kesan yang ditonjolkan pada setiap karya. Potongan figur dalam tampilannya memberikan pesan khusus dengan balutan kain batik khas busana Jawa. Keuletannya dalam tiap ungkap detail baik pada motif batik, draperi (lipatan kain), menjadi daya tarik karya-karyanya.
Melestarikan budaya Jawa adalah salah satu keinginan Anang. Keinginan ini dia padukan dengan keprihatinan perempuan desa yang ditemuinya. Maka terwujudlah karya kombinasi yang sebenarnya sudah awam kita lihat. Dimana biasanya perempuan Jawa yang sudah uzur selalu memakai kebaya, kain panjang [jarik], dan selendang untuk ke pasar, bepergian, bahkan dalam kesehariannya.
Kekhawatiran dan ancaman atas lestarinya budaya batik ini selalu terbias di benak Anang. Sama halnya dengan pudarnya makna dan fungsi atas sosok perempuan tua dan batik pada karyanya. Melalui karya-karyanya, Anang ingin mengusik hati dan pikiran kita, masihkah kita memiliki rasa cinta terhadap apa yang kita miliki dan kita banggakan selama ini? Tak ada kata terlambat tentunya, mari kita apresiasi karya ini dengan penuh cinta dan rasa memiliki apa yang patut kita miliki, sebelum semua pudar, sebelum semua hilang. Melalui pameran ini, semoga kehadiran karya-karya yang di pamerkan di Jogja Gallery bisa di apresiasi dengan baik oleh sesama perupa, pecinta seni, sahabat, kolega dan masyarakat pada umumnya.
Busana Jawa terutama batik dan sosok perempuan menjadi ciri khas karyanya. Kebaya, selendang dan aksesorisnya begitu indah melekat pada sosok yang dikaguminya. Melalui kekuatan imajinasi dan kreativitasnya Anang mengabadikannya dalam lukisan. Sebuah perjalanan dan pemikiran panjang tentunya untuk mengungkapnya ke bidang dua dimensional dengan teknik mixed media dan realisnya. Butuh waktu sekitar 2 tahun dia mempersiapkan pameran ini. Semua dilandasi atas kegelisahannya tentang perempuan desa yang hampir ditemuinya setiap saat.
Perjuangan RA. Kartini atas kesetaraan hak bagi perempuan, menurutnya jauh dari harapan mereka. Masih banyak ternyata perempuan
Melestarikan budaya Jawa adalah salah satu keinginan Anang. Keinginan ini dia padukan dengan keprihatinan perempuan desa yang ditemuinya. Maka terwujudlah karya kombinasi yang sebenarnya sudah awam kita lihat. Dimana biasanya perempuan Jawa yang sudah uzur selalu memakai kebaya, kain panjang [jarik], dan selendang untuk ke pasar, bepergian, bahkan dalam kesehariannya.
Kekhawatiran dan ancaman atas lestarinya budaya batik ini selalu terbias di benak Anang. Sama halnya dengan pudarnya makna dan fungsi atas sosok perempuan tua dan batik pada karyanya. Melalui karya-karyanya, Anang ingin mengusik hati dan pikiran kita, masihkah kita memiliki rasa cinta terhadap apa yang kita miliki dan kita banggakan selama ini? Tak ada kata terlambat tentunya, mari kita apresiasi karya ini dengan penuh cinta dan rasa memiliki apa yang patut kita miliki, sebelum semua pudar, sebelum semua hilang. Melalui pameran ini, semoga kehadiran karya-karya yang di pamerkan di Jogja Gallery bisa di apresiasi dengan baik oleh sesama perupa, pecinta seni, sahabat, kolega dan masyarakat pada umumnya.
Sukses dan selamat berpameran.
Manajemen Jogja Gallery
No comments:
Post a Comment