Image: https://www.westword.com/storyhub/online-tarot-readings
Berikut ini cerita pengalaman saya sebagai
tarot reader, membaca kisah kisah dari ratusan Teman Bicara (saya menyebut klien) setiap tahunnya membuat saya banyak belajar karakter manusia.
Tarot reader itu juga masih manusia, dia mempunyai saat dimana merasa lelah, bete, sedang ingin
me time, punya kesibukan lain misalnya dia sebagai ibu rumah tangga, sebagai karyawan karena masih bekerja di sebuah insititusi, dia juga berhak menolak klien bila membuat dia tidak nyaman.
Masing-masing
tarot reader juga mempunyai batasan dan aturan dalam mengikuti sesi konsultasi bersama mereka. Ada yang dibatasi jumlah pertanyaannya, ada yang dibatasi waktunya, tidak melayani klien LGBT, ada juga yang mau melayani klien LGBT, tidak menerima pertanyaan yang bla bla bla dan sebagainya dan seterusnya. Pasti tiap tarot reader punya batasan dan aturan tersebut. Demikian juga dengan saya. Batasan dan aturan ini kalau saya cermati, bertambah seiring pengalaman jam terbang saya membaca tarot. Karena tiap Teman Bicara itu punya karakter sendiri, punya masalahnya sendiri, punya keunikannya sendiri.
Nah di artikel ini, saya mau curhat nih pengalaman saya berprofesi sebagai Tarot Reader, supaya kita sama sama saling menghargai satu sama lain. Saya sebagai reader menghargai klien demikian juga Teman Bicara menghargai reader-nya.
Tarif/Biaya
Nah ini topik yang sensitif ya. Tidak sedikit ada yang ingin konsultasi tarot tapi ingin gratisan alias tidak bayar. Alasannya macam-macam, karena teman, mengaku tidak punya uang, atau belum bisa ke ATM, uangnya hilang habis kecopetan, konsultasi dulu dan baru bisa besok bayarnya dll.
Contoh:
"Kak, bacain aku tarot dong. Tapi aku ngga punya uang nih, sekalian buat amal dong Kak".
atau
"Ngga ada paket yang lebih murah Kak?"
"Hari ini ada gratisan tarot reading kah Kak?"
Nah, ini begini ya, setiap tarot reader sudah menerapkan tarif konsultasi mereka. Dan besarnya tarif ini sudah mereka perhitungkan tentunya, kenapa memberi harga sekian rupiah bahkan ada yang dollar. Barangkali mereka memang punya kemampuan lebih selain media tarot, atau karena pengalaman mereka (lebih senior, jam terbang tinggi) dan sebagainya. Tarot reader ini profesi juga, mereka sudah meluangkan waktu untuk mendengarkan kisahmu, membantumu menganalisa masalah melalui bacaan kartu, jadi mereka juga berpikir kan, kemudian kadang memberi saran atau solusi juga. Artinya, ada usaha dan energi yang juga mereka keluarkan. Maka wajar ketika mereka mengenakan tarif dalam setiap konsultasinya. Bila ada tarot reader yang tidak mengenakan tarif karena memang mau beramal atau mau bantu sesama, ya monggo silakan, itu pilihan mereka. Jadi saling hargai ya...
Saya biasanya menjawab:
"Bila menghendaki konsultasi tarot yang tidak berbayar (gratis), silakan searching di internet dengan hastag tertentu misalnya #freetarotreading, karena masih banyak yang menyediakan jasa konsultasi tarot gratis".
atau
"Kalau tidak mempunyai uang, bisa barter dengan apa?"
Disini saya berupaya mendidik Teman Bicara untuk bisa saling menghargai kerja yang sudah dilakukan, dan solusi barter ini kadang bisa membantu. Bentuk barternya pun disepakati (bukan harus nurut di satu pihak saja), supaya semuanya sama sama nyaman.
Tenang saja, ada saat dimana seorang Tarot Reader akan mengeluarkan promo, misalnya momen tertentu dia menggelar free reading untuk satu pertanyaan, atau pilih 3 kartu yang sudah di sediakan, ada juga tarot reading sesi amal untuk mengumpulkan dana charity. Hal itu terserah dan kelegaan, keikhlasan masing-masing reader. Dan tidak bisa dipaksa kapan mereka mau kasih free, kepada siapa dan untuk kepentingan apa. Nah silakan manfaatkan kesempatan ini. Dan sebaiknya jangan memberikan kalimat-kalimat yang bersifat menghakimi atau menghujat, mencaci maki.
Misalnya:
"Wah punya kemampuan kok ngga mau nolongin orang lain".
Sekali lagi saya sampaikan, tarot reader juga manusia. Dia punya pertimbangan, punya keputusan, punya penilaian, punya masalah juga, punya kesibukan sendiri juga. Jadi jangan men-judge orang lain apalagi belum kenal. Bisa jadi, tarot reader ngga mau kasih free ke kamu karena kamu sendiri ngga sopan attitude-nya he he...
Jadi carilah tarot reader yang memang sesuai kemampuan bayarmu. Bila memang belum ada uang, bisa cari pembacaan yang gratis di internet. Banyak kok. Biasanya memang yang gratis ini kurang memuaskan karena kurang personal, ngga bisa interaktif ngobrol, kurang intens ke topik masalah atau kurang intimate. Semua kan ada pilihannya.
"Keranjang Sampah"
Nah ini another story curhatan saya sebagai tarot reader. Rata-rata Teman Bicara datang untuk konsultasi dalam keadaan bingung, panik, blank mungkin tidak tahu harus bagaimana, ngga tahu harus ngomong ke siapa, emosionalnya tidak stabil, atau bahkan dia sudah mempunyai masalah kesehatan mental. Ketika seseorang pada posisi seperti ini, mereka tidak memiliki fokus yang baik, maka biasanya yang terjadi dalam sesi konsultasi:
* Emosional, bisa menangis atau marah.
Kalau menangis, biasanya akan diam, slow respon (ketika sesi konsultasi online) ketika ditanya, bisa jadi sesi konsultasi ditinggal tanpa begitu saja tanpa bilang diakhiri atau cukup. Nah kalau marah ini, sebenarnya mereka marah kepada orang lain, tapi umpatannya disampaikan saat sesi konsultasi. Jadi tarot reader kena kalimat-kalimat umpatan tersebut.
Contoh:
Teman Bicara: "Bagaimana perasaan dia ke aku, masih mikirin aku nggak sih?"
Tarot Reader: "Dia sudah ngga mikirin kamu, karena dia ada fokus yang lain."
Teman Bicara: "Eh siapa juga yang mau mikirin, ngga sudi ya, aku juga udah ngga peduli kok, ngapain, buang buang waktu!".
Ini contoh sederhana ya, saya perhalus kalimatnya hehe. Biasanya ada yang lebih kasar.
Nah, sebenarnya ini bad attitude, tidak etis atau tidak sopan, karena, sebenarnya kepada sih kita marah, sebaiknya lampiaskan emosi di tempat yang tepat atau kelola dengan baik. Tata kalimat dengan baik ketika berbicara dengan orang lain bahkan yang tidak berkaitan langsung dengan masalahmu, apalagi mereka justru membantumu.
* Tidak fokus
Karena sedang panik atau bingung, sering juga nih Teman Bicara konsultasi ketika kejadiannya baru saja terjadi, misalnya baru saja diputusin pacar hari itu, jadi kejadiannya baru saja dialami. Sehingga masih tergagap-gagap. Karena kondisi tersebut, biasanya pertanyaan yang diajukan berulang-ulang, misalnya, kenapa dan mengapa. Atau bahkan pertanyaannya bertubi-tubi, belum selesai dijawab, sudah diberondong pertanyaan susulan, kesannya buru-buru. Ini sangat ngga nyaman lho buat saya sebagai tarot reader, baru buka kartu, baru mikir, baru mau foto, baru mau ngetik jawabannya (sesi konsultasi online), sudah tuing tuing tuing pertanyaan ngga henti-henti.
Bukan fokus ke solusinya sebaiknya apa yang dilakukan, harus bagaimana setelah ini dan semacamnya. Pertanyaan yang berulang-ulang atau pertanyaan yang sama ini kadang menjengkelkan buat saya sebagai tarot reader kan. Maksudnya, tadi sudah ditanyakan dan sudah dijawab, apakah tidak dibaca atau tidak jelas atau sedang bingung/panik, atau cuma butuh tempat curhat? Tapi ya karena kondisi emosionalnya yang tidak stabil tadi, jadi saya harus mengelola emosi diri sendiri. Menjelaskannya dengan sabar bahwa pertanyaan tadi sudah disampaikan :)
Sebaiknya ketika tarot reading, kondisinya tenang dan fokus, bisa dibaca kembali hasil reading (bila melakukan sesi konsultasi online dan chat). Karena kadang, klien ini hanya butuh teman untuk curhat, teman untuk melampiaskan emosi mereka, makanya saya sebut sebagai Teman Bicara.
Jangan Maksa
Kesan memaksa reader ketika sedang berlangsung sesi konsultasi ini juga biasanya kerap terjadi. Misalnya, menanyakan jodoh kedepan, mencari barang hilang, selingkuhannya pasangan, atau pertanyaan tentang waktu (kapan) . Padahal sudah diinfokan sebelumnya, bila tarot tidak bisa membaca secara detail, hanya akan keluar clue (sinyal atau pertanda kecil) saja. Ketika pertanyaan awal terkuak, terus dikejar detailnya, misalnya menanyakan jodoh, "Orangnya kayak apa. Inisialnya apa. Ketemunya dimana. Kapan ketemuannya." Dan seterusnya :) Tidak bisa ya teman-teman...
Ada juga nih contoh kisah pembacaan yang kesannya memaksa. Misalnya begini, seorang Teman Bicara menanyakan topik yang ada kaitannya dengan bisnis, hukum atau kesehatan. Pembacaan tarot hanya bisa membaca generalnya atau ya tadi itu clue saja. Dan biasanya, selalu saya arahkan untuk melanjutkan konsultasi ke ahlinya.
Misalnya pertanyaan tentang kesehatan, "Bagaimana kondisi kesehatan saya sekarang?" Lalu saya jawab, ada masalah dengan organ dalam. Nah dikejar detailnya, organ dalam nya apa, bagian mana, apakah parah, separah apa dan semacamnya. Kadang ada yang takut pergi ke dokter jadi lebih memilih ke Tarot Reader. Atau, Teman Bicara mengalami masalah kesehatan mental dan setelah pembacaan saya sarankan untuk melanjutkan menemui psikolog, supaya tertangani dengan lebih baik. Kadang males atau merasa ngga penting ke Psikolog, mendingan tarot saja. Padahal lebih tepat bila ditangani Psikolog. Jadi logikanya, seperti kita pergi ke dokter umum, terus dirujuk ke dokter spesialis, begitulah ya kira-kira.
Atau misalnya topik hukum, Teman Bicara menanyakan kasus tertentu tentang persidangan penggelapan uang misalnya. Saat pembacaan tarot hanya bisa dibaca general saja, tidak bisa sampai detail pasal berapa kenanya, akan mendapat vonis berapa tahun misalnya.
Nah hal-hal semacam itu sebaiknya setelah pembacaan tarot bisa dikonsultasikan ke yang ahli di bidangnya. Karena setiap keahlian dan profesi membawa manfaat bagi orang lain, cuma kita perlu tahu saja keahlian mana dan profesi mana yang tepat untuk membantu kita kan. Tarot reading pastinya tidak akan bisa seutuhnya menyelesaikan secara detail semua masalah. Untuk apa ada profesi dokter, pengacara, psikolog, penasehat agama dll bila mereka ada di kehidupan sosial kita dan pastinya mereka bisa membantu di bidangnya masing-masing. Jadi tetap realitis saja.
Sekian dulu Curhatan Tarot Reader sesi sekarang. Mungkin akan dilanjut lagi ke tulisan berikutnya :)
* Konsultasi Personal Tarot
Online, meet up, event
IG @nnk_tarot
WA 081-827-7073
Tarif konsultasi bisa pilih untuk 30 atau 60 menit