#Heritage4Generations17-18 April 2018
Mungkin bukan hanya saya yang belum tahu, bahwa tanggal 18 April 2018 diperingati Hari Internasional untuk Monumen dan Situs atau secara informal dikenal sebagai Hari Warisan Dunia. Ditetapkan oleh ICOMOS pada tanggal 18 April 1982 dan disetujui pada Konferensi umum UNESCO ke 22 pada tahun 1983. Sementara itu, kita (Indonesia) memiliki 8 situs warisan dunia (apa aja hayo?). Maka bersama sekitar 40 anak muda dengan berbagai komunitas, UNESCO & Kementrian Pendidikan & Kebudayaan RI merayakan bersama dalam bentuk workshop "Borobudur dalam Potret Lanskap Budaya".
Mungkin juga bukan hanya saya yang belum tahu bahwa Borobudur itu nama Kecamatan, nama Kelurahan (Desa). Maka Borobudur tidak hanya sekadar candi, Borobudur adalah lanskap. Selama dua hari mereka melakukan cultural mapping (dibagi dalam 5 kelompok) di seputaran kawasan Borobudur. Dan hari berikutnya memaparkan hasil mapping dan mendiskusikan upaya nyata membuat Borobudur sebagai sebuah wisata kawasan. Bahwa di kawasan Borobudur bisa kita temui wisata kuliner, wisata budaya, kearifan lokal, handicraft khas tiap desa, seni pertunjukan dan masih banyak yang lain.
Inilah bentuk perayaan kami, semoga memberi kontribusi positif bagi perkembangan wisata kawasan Borobudur
PERAYAAN HARI WARISAN DUNIA 2018
Workshop “Borobudur dalam Potret Lansekap Budaya”
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
18 April, 2018
Hari Internasional untuk Monumen dan Situs (secara informal dikenal sebagai Hari Warisan Dunia) ditetapkan pada tanggal 18 April 1982 oleh ICOMOS dan kemudian disetujui pada Konferensi Umum UNESCO ke-22 pada tahun 1983. Dengan adanya hari yang diistimewakan ini akan memberi kesempatan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang keragaman warisan dunia dan upaya yang diperlukan untuk melindungi dan melestarikannya, serta untuk menarik perhatian publik terhadap kerentanan yang ada pada setiap warisan dunia.
Di Indonesia, yang menjadi tuan rumah delapan Situs Warisan Dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO, perayaan Hari Warisan Dunia telah dilakukan sejak bertahun-tahun di berbagai daerah di Indonesia. Dalam hal ini, selama bertahun-tahun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan kegiatan kesadaran publik dengan komunitas lokal, kelompok pemuda, masyarakat sipil, media dan kantor pelestarian warisan di seluruh Indonesia. Untuk 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengadopsi tema global Hari Warisan Dunia 2018 yang diluncurkan oleh ICOMOS, yaitu Warisan Untuk Generasi.
Untuk itu, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia menyelenggarakan serangkaian kegiatan selama 17-18 April 2018 di daerah Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Acara ini dilakukan untuk menciptakan lebih banyak kesadaran serta memfasilitasi transfer pengetahuan antar generasi dalam memahami Borobudur sebagai salah satu Warisan Dunia di Indonesia, dan bagaimana cara kerjanya dengan lansekap budaya dan dinamika perkembangan modern yang melingkupinya. Acara yang dikemas dalam bentuk workshop ini mengambil tema“Borobudur dalam Potret Lansekap Budaya”. Pada hari pertama, sekitar 40 peserta workshop diterjunkan ke lapangan di sekitar delapan belas titik di kawasan Borobudur termasuk didalamnya Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut, Balkondes Borobudur, Balkondes Bumiharjo, Balkondes Ringinputih, Balkondes Kenalan, Sanggar Saking Ndene – Giritengah, Arum Art, Nglipoh, Batik Borobudur, Punthuk Setumbu, Gereja Ayam, Rafting, Candirejo, Pengelola Homestay di Ngaran, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Dinas Pariwisata Magelang, Bappeda Magelang. Para peserta melakukan pengamatan dengan mendengar dan melihat kondisi yang ada di lokasi masing-masing, serta juga melakukan wawancara dengan pengelola situs serta perwakilan pemerintah dan masyarakat.
Di hari kedua, pada tanggal 18 April 2018, para peserta berkumpul bersama para pemangku kepentingan dari Balai Konservasi Borobudur, PT. Taman Wisata Candi Borobudur, BPCB DIY, BPCB Jawa Tengah, Camat Borobudur, Forum Rembug Klaster dan perwakilan masyarakat Borobudur. Dalam sambutannya, Kepala Sub-Direktorat Warisan Budaya Benda Dunia, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan, Yunus Arbi, menyampaikan,” Yang ingin ditekankan dalam perayaan Hari Warisan Dunia ini sekarang adalah bukan lagi hanya mengenalkan apa itu warisan dunia, tetapi lebih kepada bagaimana kita menransfer pengetahuan kita kepada generasi yang lebih muda sehingga mereka bisa terus melestarikan Situs Warisan Dunia kita dengan pendekatan dan inovasi yang kekinian ala generasi muda sekarang. Mereka juga perlu mengidentifikasi titik titik kerawanan dalam upaya pelestarian sehingga mereka kemudian bisa memberikan kontribusi solutif di masa mendatang.
Perayaan Hari Warisan Dunia ini juga diisi dengen pemotongan tumpeng bersama oleh para peserta workshop bersama para pemangku kepentingan dari Balai Konservasi Borobudur, BPCB DIY, BPCB Jawa Tengah, Perwakilan Kemdikbud, Camat Borobudur, PT. Taman Wisata Candi Borobudur, staff UNESCO di Borobudur serta perwakilan masyarakat Borobudur.
Setelah dilakukan pemotongan tumpeng, peserta kemudian menikmati penampilan tari Kubro Siswo dari rup tari komunitas Borobudur serta kemudian melanjutkan dengan diskusi hasil pemetaan dipandu oleh pengamat budaya dari LIKE Indonesia Yogyakarta, Hairus Salim. Menurut Hairus Salim, dengan mengubah perspektif memandang Borobudur tidak semata-mata candinya saja, tetapi juga sebagai kawasan, akan membuat kegiatan wisata menjadi sebuah dialog dan pertemuan antartradisi, antarkelompok masyarakat, antarkota dan desa, singkatnya antar mereka yang berbeda.
Dalam diskusi lanjutan ini potensi kawasan Borobudur menjadi bahan diskusi yang cukup hangat. Para peserta menyampaikan masukan dan pemikiran yang cukup segar tentang bagaimana Borobudur bisa dikembangkan sebagai kawasan, berikut tantangan dinamika sosial di dalamnya.