Membaca buku ini, menginspirasi saya untuk menulis. Disamping memang sudah lama tidak menulis, entah kenapa…buku ini membuatku tergerak untuk menulis, mengomentarinya dan mencoba membaginya ke publik. Mungkin juga karena berjarak dengan orang yang ditulis atau penulis di dalamnya. Atau mungkin juga terlalu dekat dengan sosok yang ditulis mau pun penulisnya. Sebuah buku bersampul depan hitam polos, kebetulan warna yang saya sukai, dengan huruf Alif warna perak di tengahnya. Sederhana…, tak ada sebaris kata apa pun di sampul depannya, kecuali Alif. Tebal 163 halaman, tersedia dalam bahasa Indonesia dan Inggris, dan judul buku tersebut adalah RISALAH RAJAH SOSROKARTONO – Lukisan Profetik K.H. M. Fuad Riyadi di Era Pascamodern. Ada 3 penulis utama dalam buku tersebut, yakni dibuka oleh tulisan Joni Ariadinata, kemudian inti dari buku ini ditulis oleh Mikke Susanto dan ditutup sangat arif dengan tulisan Bambang Sugiharto. Buku ini memang diterbitkan dalam rangka pameran ALIF: Pameran Tunggal Lukisan K.H. M. Fuad Riyadi, di Bandung, September 2011. Diterbitkan oleh Lukisan Sang Kyai Management, Yogyakarta, 2011.
Saya beruntung bisa mendapatkan buku ini sekitar bulan September 2011 dan baru sempat membacanya sekitar sebulan setelahnya. Sebelumnya, memang hanya saya pajang dalam rak buku koleksi saya. Tak ada niatan ingin membacanya, ah paling-paling hanya itu-itu saja isinya. Karena kebetulan, 3 bulan sebelumnya, saya mengorginisir pameran tunggal lukisan karya K.H. M. Fuad Riyadi. Sehingga, sedikit banyak sudah paham, cukup mengetahui seluk beluk, hingar bingar hingga kontroversi perihal sosok K.H. M. Fuad Riyadi khususnya, karya-karya lukisannya hingga kehidupan pondok pesantren yang dipimpinnya.
Ketika pada suatu hari kemudian, saya tergerak untuk serius membaca kata demi kata di dalamnya. Menarik, mengalir, puitis, penuh informasi dan cukup komprehensif. Meski di akhir bacaan, saya masih terasa haus informasi dari apa yang saya harapkan dari isi buku tersebut. Seharusnya bisa lebih banyak, seharusnya bisa lebih panjang, seharus bisa lebih tebal dan seterusnya. Sekilas melihat dan menyentuh buku ini, sepertinya kita akan mendapat banyak hal, hmm…namun, mungkin terkesan tebal karena kemudian masih ada halaman bahasa Inggris di dalamnya.
Meski dalam tulisannya, Mikke Susanto menjabarkan panjang lebar dan membantu pembaca memasuki siapa itu K.H. M. Fuad Riyadi, apa relasi seni dan religi dan posisi karya K.H. M. Fuad Riyadi – namun sayangnya hanya satu karya lukisan yang berjudul Rajah Sosrokartono saja yang diulas. Dari ratusan karya K.H. M. Fuad Riyadi yang sempat saya lihat dan dipamerkan kala itu, memang saya juga setuju ketika kemudian karya Rajah Sosrokartono menjadi begitu kuat untuk diperbincangkan dan kemudian dibukukan. Semata menurut pendapat saya pribadi, tokoh Sosrokartono sendiri sudah sungguh menarik dikedepankan. Juga karena entah kenapa, karya tersebut membawa magnet begitu dahsyat untuk diapresiasi. Dari buku tersebut, saya baru tahu betul bagaimana proses lukisan tersebut dihasilkan, apa yang melatarbelakanginya hingga detail kata per kata yang ada dalam kanvas tersebut. Saya menjadi semakin ingin tahu perihal siapa Sosrokartono yang bersahaja itu. Lukisan tersebut menjadi sarat makna, magis dan terkesan benar rajah. Siapa pun kolektor dari lukisan ini nantinya, akan sangat beruntung dengan diterbitkannya buku ini.