70 Tahun OHD
‘Kisah di Balik Koleksi’
Pameran seni visual yang mengetengahkan sebagian koleksi dari dr. Oei Hong Djien OHD
Jogja Gallery, Yogyakarta 12 April – 3 Mei 2009
Orang bilang, kalau kamu tidak pernah dapat lukisan palsu, lukisan keliru, kamu belum bisa disebut kolektor. Karena belum membayar uang kuliah!
Koleksi yang akan ditampilkan dalam pameran ini merupakan karya-karya dari para perupa berikut ini:
Abas Alibasyah, Affandi, Agus Kamal, Ahmad Sadali, Amrus Natalsya, Arlan Kamil, Andrew Kenneth Jack, Bambang Soegeng, Djoko Pekik, Donald Friend, Earl Lu, Edi Sunaryo, Entang Wiharsa, G. Sidharta Soegijo, H. Widayat, Hendra Gunawan, I Made Wiradana, I Nyoman Gunarsa, I Nyoman Masriadi, Ivan Sagito, Kartika Affandi, Koentjoro, Kwee Ing Tjiong, Mochtar Apin, Nasirun, Pletser, Pupuk Daru Purnomo, Picasso [poster], Raden ‘Salah’, Rudi Mantofani, S. Sudjojono, Santoso, Sidik W. Martowidjojo, Srihadi Soedarsono, Suraji, Sutopo, Syahrizal Koto, Trubus Soedarsono, Ugo Untoro, Yunizar, Yuswantoro Adi.
Pameran ini sebagai penanda kecintaan dr. Oei Hong Djien/ OHD mengoleksi karya-karya perupa Indonesia, juga sebagai upaya sosialisasi akan dibangunnya museum koleksi OHD dan memperingati usia beliau yang ke 70 di tahun ini, Jogja Gallery bersama dr. Oei Hong Djien dan Museum OHD akan menggelar pameran koleksi dr. Oei Hong Djien, di Jogja Gallery, Yogyakarta, 12 April – 3 Mei 2009 dengan tajuk ‘Kisah di Balik Koleksi’. Untuk itu pembukaan pameran akan dibuka bersama-sama oleh beberapa perupa antara lain Djoko Pekik, Nasirun, Heri Dono, Putu Sutawijaya dan Yuswantoro Adi, Samuel Indratma dan Bambang Herras.
Hal ini merupakan kebanggaan dan kesempatan luar biasa bagi Jogja Gallery, dimana untuk kali pertamanya di Indonesia, pameran yang mengkhususkan koleksi dr. Oei Hong Djien. Pameran koleksi ini nantinya akan lebih mengedepankan perihal kisah-kisah di balik proses mengoleksi dan karya itu sendiri. Kisahnya tentu beragam, publik akan mendapati kisah-kisah unik, kisah sedih, kisah lucu, bahkan tragis atas upaya pengkoleksian, merawat karya, bertransaksi dan seterusnya. Sehingga pemilihan karya untuk pameran ini berdasarkan keunikan-keunikan masing-masing karya, tidak semata berdasarkan kualitas, penanda jaman [dekade] atau aliran seni. Publik akan disuguhi 47 karya yang terdiri dari 6 karya patung dan 41 karya lukis. Ke-47 karya tersebut dipilih sendiri oleh OHD khusus untuk pameran ini.
Dari pameran ini diharapkan publik akan lebih memahami bagaimana sebuah hubungan sosial, psikologis hingga ekonomi terjalin antara seorang kolektor dengan koleksi mau pun dengan perupanya sendiri; dengan mengambil contoh kasus-kasus/kisah-kisah unik yang berhubungan dengan proses mengoleksi karya. Publik juga bisa membaca dan mengambil hal positif perihal bagaimana mengoleksi karya seni. Dan terlebih adalah kecintaan yang sesungguhnya dari seorang yang disebut kolektor seni rupa.
Berikut salah satu petikan kisah uniknya, dimana OHD saat itu ingin sekali mendapatkan karya Affandi berjudul ‘Adu Ayam, oil on canvas, 100 x 160 cm tahun 1982.
Mencicil 1 tahunKala itu OHD sudah memiliki cukup uang untuk bisa membeli karya. OHD pun ingin memiliki karya Affandi. Bersama Kwee Ing Tjiong, OHD dan istri, bertandang ke rumah Affandi yang saat itu hendak pameran tunggal. Pada akhirnya ada 3 lukisan Affandi yang hendak dibeli, namun OHD tidak cukup uang. Affandi menyarankan OHD untuk mencicil pembayaran. ‘Berapa lama?’, tanya OHD. ‘Sakgeleme [semaumu, red.]’, timpal Affandi. ‘Kalau mau mencicil, malah saya kasih korting [diskon, red.] 10 persen’, tambah Affandi. Karena dengan cara mencicil tersebut, Affandi sudah tidak pusing memikirkan biaya kebutuhan rumah per bulannya. Dan akhirnya ketiga lukisan tersebut, merupakan lukisan Affandi yang pertama kali dibeli OHD di tahun 1982 dengan cara mencicil pembayaran selama 1 tahun.
Profil dr. Oei Hong Djien
Dr. Oei Hong Djien/OHD lahir di Magelang, Jawa Tengah 5 April 1939, adalah seorang pensiunan dokter. Ia lulus dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia tahun 1964 dan, menempuh pendidikan magister Pathological Anatomy di Universitas Katholik Nijmegen, Netherlands [1966-1968]. Menikah dengan Wilowati Soerjanto di tahun 1977 dan dikaruniai 2 putra, yakni Igor [lahir tahun 1978] dan Omar [1980]. Istrinya telah meninggal dunia di tahun 1992. OHD pernah bekerja sebagai dokter sukarelawan di Magelang dan Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia [1964-1966, 1968-1991]. Ia juga seorang ahli tembakau dan sebagai mitra bisnisnya sejak tahun 1979, Djarum, salah satu perusahaan rokok kretek terkemuka di Indonesia. Dalam mengkoleksi karya seni sesungguhnya lebih banyak dibiayai dari bisnisnya tembakau dibandingkan dari profesinya sebagai dokter. Ia mulai mengkoleksi lukisan lebih dari dua puluh tahun lalu, dan baru kemudian meluaskan minatnya pada patung. Dr. Oei pernah menjalankan perannya sebagai kurator Museum H. Widayat dalam peresmiannya tahun 1994 meski pun sekarang telah resmi mengundurkan diri. Hingga saat ini masih tercatat sebagai honorary adviser di Singapore Art Museum, Singapura dan anggota dewan penasehat Jogja Gallery, Yogyakarta sejak 2006. Ia juga banyak menulis pengantar dan esai untuk katalog pameran dan buku-buku seni rupa, menjadi juri dalam berbagai kompetisi seni visual dan sering diminta untuk membuka pameran di berbagai tempat. Pada tahun 1997, Dr. Oei membuka sebuah museum milik pribadi di Magelang yang digunakan untuk memajang koleksi-koleksi karya seninya.
Sumber:
- Wawancara dengan dr. Oei Hong Djien, di kediaman beliau, Magelang, Jawa Tengah, tanggal 10 Maret 2009.
- Exploring Modern Indonesian Art: The Collection of dr. Oei Hong Djien, penulis Dr. Helena Spanjaard, penerbit dr. Oei Hong Djien, terbit tahun 2004.
- www.ohd-artmuseum.blogspot.com
In Memoriam Andrew Kenneth Jack
Berbarengan dengan digelarnya pameran koleksi OHD, Jogja Gallery bersama Arwinda Hurip bermaksud memperkenalkan kembali sosok Andrew Kenneth Jack, yang selanjutnya lebih sering dipanggil Andrew Jack atau AJ saja. AJ merupakan perupa kelahiran New Zealand [1963] dan lebih banyak berkarya di Australia. Memang baru pertama kali menggelar beberapa karyanya di pameran bersama Jogja Gallery bulan Januari lalu dengan tema ‘Fresh 4 U’. AJ bahkan tertantang untuk menggelar pameran tunggal di ruang pamer Jogja Gallery suatu hari nanti. Di saat rencana sedang ditata dan pameran ‘Fresh 4 U’ masih berlangsung, kami mendengar kabar meninggalnya AJ di Byron Bay, Australia, tepatnya tanggal 17 Februari 2009. Kabar itu tentu membuat kaget banyak pihak, terutama Arwinda Hurip sebagai istri. Untuk itu, tak ada salahnya kiranya, sebuah gelar sederhana kami hadirkan, untuk mengenang sosok AJ. Berikut petikan kenangan salah satu rekan AJ yang sempat dikirimkan melalui email kepada Arwinda Hurip.
‘Kisah di Balik Koleksi’
Pameran seni visual yang mengetengahkan sebagian koleksi dari dr. Oei Hong Djien OHD
Jogja Gallery, Yogyakarta 12 April – 3 Mei 2009
Orang bilang, kalau kamu tidak pernah dapat lukisan palsu, lukisan keliru, kamu belum bisa disebut kolektor. Karena belum membayar uang kuliah!
Koleksi yang akan ditampilkan dalam pameran ini merupakan karya-karya dari para perupa berikut ini:
Abas Alibasyah, Affandi, Agus Kamal, Ahmad Sadali, Amrus Natalsya, Arlan Kamil, Andrew Kenneth Jack, Bambang Soegeng, Djoko Pekik, Donald Friend, Earl Lu, Edi Sunaryo, Entang Wiharsa, G. Sidharta Soegijo, H. Widayat, Hendra Gunawan, I Made Wiradana, I Nyoman Gunarsa, I Nyoman Masriadi, Ivan Sagito, Kartika Affandi, Koentjoro, Kwee Ing Tjiong, Mochtar Apin, Nasirun, Pletser, Pupuk Daru Purnomo, Picasso [poster], Raden ‘Salah’, Rudi Mantofani, S. Sudjojono, Santoso, Sidik W. Martowidjojo, Srihadi Soedarsono, Suraji, Sutopo, Syahrizal Koto, Trubus Soedarsono, Ugo Untoro, Yunizar, Yuswantoro Adi.
Pameran ini sebagai penanda kecintaan dr. Oei Hong Djien/ OHD mengoleksi karya-karya perupa Indonesia, juga sebagai upaya sosialisasi akan dibangunnya museum koleksi OHD dan memperingati usia beliau yang ke 70 di tahun ini, Jogja Gallery bersama dr. Oei Hong Djien dan Museum OHD akan menggelar pameran koleksi dr. Oei Hong Djien, di Jogja Gallery, Yogyakarta, 12 April – 3 Mei 2009 dengan tajuk ‘Kisah di Balik Koleksi’. Untuk itu pembukaan pameran akan dibuka bersama-sama oleh beberapa perupa antara lain Djoko Pekik, Nasirun, Heri Dono, Putu Sutawijaya dan Yuswantoro Adi, Samuel Indratma dan Bambang Herras.
Hal ini merupakan kebanggaan dan kesempatan luar biasa bagi Jogja Gallery, dimana untuk kali pertamanya di Indonesia, pameran yang mengkhususkan koleksi dr. Oei Hong Djien. Pameran koleksi ini nantinya akan lebih mengedepankan perihal kisah-kisah di balik proses mengoleksi dan karya itu sendiri. Kisahnya tentu beragam, publik akan mendapati kisah-kisah unik, kisah sedih, kisah lucu, bahkan tragis atas upaya pengkoleksian, merawat karya, bertransaksi dan seterusnya. Sehingga pemilihan karya untuk pameran ini berdasarkan keunikan-keunikan masing-masing karya, tidak semata berdasarkan kualitas, penanda jaman [dekade] atau aliran seni. Publik akan disuguhi 47 karya yang terdiri dari 6 karya patung dan 41 karya lukis. Ke-47 karya tersebut dipilih sendiri oleh OHD khusus untuk pameran ini.
Dari pameran ini diharapkan publik akan lebih memahami bagaimana sebuah hubungan sosial, psikologis hingga ekonomi terjalin antara seorang kolektor dengan koleksi mau pun dengan perupanya sendiri; dengan mengambil contoh kasus-kasus/kisah-kisah unik yang berhubungan dengan proses mengoleksi karya. Publik juga bisa membaca dan mengambil hal positif perihal bagaimana mengoleksi karya seni. Dan terlebih adalah kecintaan yang sesungguhnya dari seorang yang disebut kolektor seni rupa.
Berikut salah satu petikan kisah uniknya, dimana OHD saat itu ingin sekali mendapatkan karya Affandi berjudul ‘Adu Ayam, oil on canvas, 100 x 160 cm tahun 1982.
Mencicil 1 tahunKala itu OHD sudah memiliki cukup uang untuk bisa membeli karya. OHD pun ingin memiliki karya Affandi. Bersama Kwee Ing Tjiong, OHD dan istri, bertandang ke rumah Affandi yang saat itu hendak pameran tunggal. Pada akhirnya ada 3 lukisan Affandi yang hendak dibeli, namun OHD tidak cukup uang. Affandi menyarankan OHD untuk mencicil pembayaran. ‘Berapa lama?’, tanya OHD. ‘Sakgeleme [semaumu, red.]’, timpal Affandi. ‘Kalau mau mencicil, malah saya kasih korting [diskon, red.] 10 persen’, tambah Affandi. Karena dengan cara mencicil tersebut, Affandi sudah tidak pusing memikirkan biaya kebutuhan rumah per bulannya. Dan akhirnya ketiga lukisan tersebut, merupakan lukisan Affandi yang pertama kali dibeli OHD di tahun 1982 dengan cara mencicil pembayaran selama 1 tahun.
Profil dr. Oei Hong Djien
Dr. Oei Hong Djien/OHD lahir di Magelang, Jawa Tengah 5 April 1939, adalah seorang pensiunan dokter. Ia lulus dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia tahun 1964 dan, menempuh pendidikan magister Pathological Anatomy di Universitas Katholik Nijmegen, Netherlands [1966-1968]. Menikah dengan Wilowati Soerjanto di tahun 1977 dan dikaruniai 2 putra, yakni Igor [lahir tahun 1978] dan Omar [1980]. Istrinya telah meninggal dunia di tahun 1992. OHD pernah bekerja sebagai dokter sukarelawan di Magelang dan Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia [1964-1966, 1968-1991]. Ia juga seorang ahli tembakau dan sebagai mitra bisnisnya sejak tahun 1979, Djarum, salah satu perusahaan rokok kretek terkemuka di Indonesia. Dalam mengkoleksi karya seni sesungguhnya lebih banyak dibiayai dari bisnisnya tembakau dibandingkan dari profesinya sebagai dokter. Ia mulai mengkoleksi lukisan lebih dari dua puluh tahun lalu, dan baru kemudian meluaskan minatnya pada patung. Dr. Oei pernah menjalankan perannya sebagai kurator Museum H. Widayat dalam peresmiannya tahun 1994 meski pun sekarang telah resmi mengundurkan diri. Hingga saat ini masih tercatat sebagai honorary adviser di Singapore Art Museum, Singapura dan anggota dewan penasehat Jogja Gallery, Yogyakarta sejak 2006. Ia juga banyak menulis pengantar dan esai untuk katalog pameran dan buku-buku seni rupa, menjadi juri dalam berbagai kompetisi seni visual dan sering diminta untuk membuka pameran di berbagai tempat. Pada tahun 1997, Dr. Oei membuka sebuah museum milik pribadi di Magelang yang digunakan untuk memajang koleksi-koleksi karya seninya.
Sumber:
- Wawancara dengan dr. Oei Hong Djien, di kediaman beliau, Magelang, Jawa Tengah, tanggal 10 Maret 2009.
- Exploring Modern Indonesian Art: The Collection of dr. Oei Hong Djien, penulis Dr. Helena Spanjaard, penerbit dr. Oei Hong Djien, terbit tahun 2004.
- www.ohd-artmuseum.blogspot.com
In Memoriam Andrew Kenneth Jack
Berbarengan dengan digelarnya pameran koleksi OHD, Jogja Gallery bersama Arwinda Hurip bermaksud memperkenalkan kembali sosok Andrew Kenneth Jack, yang selanjutnya lebih sering dipanggil Andrew Jack atau AJ saja. AJ merupakan perupa kelahiran New Zealand [1963] dan lebih banyak berkarya di Australia. Memang baru pertama kali menggelar beberapa karyanya di pameran bersama Jogja Gallery bulan Januari lalu dengan tema ‘Fresh 4 U’. AJ bahkan tertantang untuk menggelar pameran tunggal di ruang pamer Jogja Gallery suatu hari nanti. Di saat rencana sedang ditata dan pameran ‘Fresh 4 U’ masih berlangsung, kami mendengar kabar meninggalnya AJ di Byron Bay, Australia, tepatnya tanggal 17 Februari 2009. Kabar itu tentu membuat kaget banyak pihak, terutama Arwinda Hurip sebagai istri. Untuk itu, tak ada salahnya kiranya, sebuah gelar sederhana kami hadirkan, untuk mengenang sosok AJ. Berikut petikan kenangan salah satu rekan AJ yang sempat dikirimkan melalui email kepada Arwinda Hurip.
Saya bertemu dengan Andrew Jack dua kali sewaktu ia berkunjung ke Solo sekitar tahun 2006. Sebelumnya saya hanya mengenal dia lewat lukisan, ceritera konyol dan penyakit yang dideritanya. Ketika bertemu, saya punya kesan bahwa ia adalah orang yang rendah hati, peka terhadap keadaan sekitar dan amat mudah memberi apa yang dimilikinya. Kesadaran akan penyakit yang dideritanya, membuat ia menjadi disiplin dalam mengatur ritme hidup. Ia dengan ketat mentaati aturan kapan harus minum obat, makan maupun istirahat.
Tentang lukisannya, saya tidak bisa bicara banyak. Pengetahuan saya hanya sebatas lukisan yang dipasang di kamar tamu Arwinda, album dan lukisan yang dipamerkan di Balai Sujatmaka. Dari apa yang saya lihat, saya mengagumi keberanian dan kehebatannya dalam memilih warna, gaya ke"kanak-kanak"annya dalam menuangkan ide.
Meski baru bertemu dua kali, saya merasa seperti telah bersahabat lama. Saya begitu terkejut dan merasa sangat kehilangan sewaktu Arwinda memberi tahu bahwa Andrew K Jack meninggal. Semoga arwahnya beristirahat dalam damai setelah ia menderita sakit yang cukup lama di muka bumi ini. Semoga karya-karya yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi terus memancarkan sumbangannya dalam dalam dunia seni.
Andrew, selamat jalan.
Cambodia, 2 April 2009
J. Mardiwidayat SJ
Profil Andrew Kenneth Jack
Lahir: New Zealand, 25 Maret 1963
Pendidikan: 1978 – School of Certificate Art. 1979 – University Entrance, Art, New Zealand
Aktifitas pameran: 2009 – ‘Fresh 4U’, Jogja Gallery, Yogyakarta. 2007 – Pameran tetap, 4/15 Grevillea St. Arts and Industry Estate, Byron Bay, Australia 2006 – Mendirikan Andrew K. Jack Fine Art Gallery 2005 – Melbourne Art Show Sydney Art Show Singapore Art Show
Pameran tunggal : 2006 – Art Gallery Collections, Gold Coast Melbourne Art Show. 2005 – Galleries Dauphin / Om Goddess
Terima kasih kami sampaikan kepada:
- Bapak dr. Oei Hong Djien dan keluarga besar.
- Museum Oei Hong Djien, Bapak Aryo Pinandoyo beserta seluruh staf.
- Ibu Arwinda Hurip dan keluarga besar.
- Mr. Sean Flakelar [General Manager Amanjiwo].
- Ibu Andonowati
- Bapak Soekeno
- Perupa yang membuka pameran
- Rekan-rekan jurnalis dan media massa.
Release ini dipublikasikan oleh:Jogja Gallery [JG]
Jalan Pekapalan No 7, Alun-alun Utara Yogyakarta 55000
Phone +62 274 419999, 412021
Phone/Fax +62 274 412023
Email jogjagallery@yahoo.co.id / info@jogja-gallery.com
http://jogja-gallery.com